Artikel ini merupakan terjemahan dari artikel berbahasa Inggris "The Islamic Roots of the Modern Hospital" yang ditulis David W. Tschanz dalam majalah sejarah dan kebudayan AramcoWorld, Arab Saudi. Terjemahan ini bukanlah terjemahan resmi, sekedar interpretasi penulis dengan tujuan menyebarluaskan gagasan ke pembaca Indonesia. Sangat tidak disarankan mengutip tulisan ini untuk tujuan penulisan ilmiah. Mohon merujuk langsung ke sumber aslinya. Terima kasih!
✻ ✻ ✻
Akhir abad ke-9, seorang dokter terkemuka dengan pengetahuan luas dalam bidang lain, Muhammad ibn Zakariya al-Razi membantu mendirikan sebuah bimaristan atau rumah sakit di Baghdad dengan 25 orang dokter, ahli (kaca) mata, ahli bedah dan ahli tulang. Ilustrasi diatas, berasal dari terjemahan Eropa abad ke-13 atas karya Al-Razi berjudul RIngkasan Perlakuan Medis, menunjukkan ia sedang merawat seorang pasien.
Pendekatan modern Barat terhadap kesehatan dan pengobatan berutang besar pada peradaban masa lalu: sekedar menyebut contoh Babilonia, Mesir, Yunani, Romawi dan India. Rumah sakit merupakan sebuah penemuan dalam dunia medis dan sosial, dan hari ini ia merupakan institusi yang kita terima sepenuh hati, meski tidak berharap masuk kedalamnya namun ia sangat bermanfaat saat dibutuhkan. Hampir setiap orang didunia mengharapkan rumah sakit menjadi sebuah tempat dimana kita dapat mengurangi rasa sakit dan seiring waktu membantu menyembuhkan penyakit ataupun kecelakaan.
Kita bisa memperoleh institusi rumah sakit dikarenakan pendekatan sistematis—baik saintifik maupun sosial—terhadap layanan kesehatan yang dibangun masyarakat Islam abad pertengahan. Sejumlah kalifah, sultan, ilmuwan dan pelaku medis berhasil mengambil pengetahuan kuno dan praktek yang dihormati dari beragam tradisi serta meramunya dengan penelitian mereka sendiri. Ini menjadi masukan intelektual berharga selama berabad-abad serta penggerak bagi pencarian perbaikan secara berkelanjutan. Bimaristan atau rumah bagi orang sakit kala itu, bukan saja merupakan pendahulu bagi rumah sakit modern, tapi juga hampir tak dapat dibedakan dari pusat pendidikan dan layanan kesehatan modern saat ini.
Bimaristan kala itu berfungsi bukan saja sebagai pusat pengobatan, pula rumah pemulihan bagi mereka yang baru sembuh dari penyakit atau kecelakaan, rumah sakit jiwa dan rumah jompo yang memberikan perawatan dasar kepada orang tua dan lemah yang tidak memiliki keluarga untuk merawat mereka.
Rumah untuk orang sakit
Bimaristan merupakan salah satu hasil penting dari sekian banyak energi dan pemikiran peradaban Islam abad pertengahan yang dikembangkan dalam bidang medis. Melekat ke rumah sakit yang lebih besar—dahulu dan juga sekarang—adalah sekolah kedokteran dan perpustakaan tempat para dokter senior mengajar siswa bagaimana menerapkan pengetahuan mereka secara langsung kepada pasien. Rumah sakit menetapkan ujian untuk siswa dan menerbitkan ijazah. Institusi bimaristan itu ditujukan untuk mempromosikan kesehatan, penyembuhan penyakit serta perluasan dan penyebaran pengetahuan medis.
Bimaristan Nur al-Din, sebuah rumah sakit dan sekolah kedokteran di Damaskus, didirikan pada abad ke-12. Saat ini merupakan Museum Kedokteran dan Ilmu Pengetahuan di Dunia Arab.
Rumah sakit pertama
Meskipun tempat untuk orang sakit telah ada sejak zaman purbakala, sebagian besarnya masih sederhana, tak lebih dari sekedar organisasi dan struktur perawatan yang belum sempurna. Perbaikan secara bertahap ini berlanjut dalam periode Helenistik, namun fasilitas ini hampir tidak dapat dikenali karena hanya berupa lokasi untuk perawatan orang sakit. Awal abad pertengahan Eropa, kepercayaan filosofis yang dominan berpendapat bahwa asal mula penyakit adalah supranatural dan karena itu tak dapat dikendalikan dan diobati manusia; akibatnya, rumah sakit tak lebih berupa semacam penginapan dimana pasien dirawat oleh para biarawan yang berusaha meyakinkan untuk menyelamatkan kejiwaan tanpa banyak usaha untuk menyembuhkan tubuh.
Dokter Muslim mengambil pendekatan yang sama sekali berbeda. Dipandu oleh ucapan Nabi Muhammad (hadis) seperti “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari), serta "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan penyembuhannya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian …" (HR Abu Dawud dari Abu al-Darda), mereka mengambil ini sebagai dasar dan tujuan bagi pemulihan kesehatan secara rasional, dengan cara-cara empiris.
Desain rumah sakit turut mencerminkan perbedaan pendekatan ini. Di Barat, tempat tidur dan ruang untuk orang sakit diletakkan sedemikian rupa agar pasien dapat melihat sakramen Misa harian. Dekorasinya (jika pantas disebut) sederhana, lebih sering redup serta—dikarenakan iklim dan arsitekturnya— seringkali lembap. Di kota-kota masyarakat Islam, sebagian besar diuntungkan dengan iklim yang lebih kering dan hangat, rumah sakit dibuat dengan memperhatikan pergerakan cahaya dan udara. Dukungan pengobatan ini sesuai menurut humoralisme, yaitu sebuah sistem kedokteran yang memperhatikan jasmani ketimbang keseimbangan spiritual.
Klinik keliling
Pusat perawatan Islam pertama yang diketahui didirikan dalam bentuk sebuah tenda oleh Rufaydah al-Aslamiyah selama masa Nabi Muhammad. Terkenal, selama perang Khandaq, dia merawat yang terluka di tenda terpisah yang didirikan untuk mereka.
Para penguasa setelahnya kemudian mengembangkan bentuk awal "klinik keliling ala tentara" ini ke dalam bentuk klinik keliling sebenarnya, lengkap dengan obat-obatan, makanan, minuman, pakaian, dokter dan apoteker. Misi mereka adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terpencil yang jauh dari kota-kota besar dan fasilitas medis permanen.
Mereka juga menyediakan perawatan keliling bagi para penguasa itu sendiri. Pada awal abad ke 12 pemerintahan Seljuq masa Sultan Muhammad Saljuqi, rumah sakit bergerak menjadi sangat besar sehingga dibutuhkan 40 unta untuk mengangkutnya.
Rumah sakit permanen
Rumah sakit Muslim pertama hanya berupa sebuah leprosarium —sebuah rumah sakit untuk penyandang kusta— yang dibangun pada awal abad ke-8 di Damaskus masa khalifah Umayyah Walid ibn 'Abd al-Malik. Dokter yang ditunjuk untuk itu diberi kompensasi dengan properti besar dan gaji yang memuaskan. Pasien dikurung dalam ruang (penyakit kusta diketahui menular), dan diberi tunjangan untuk membantu membiayai keluarga mereka.
Rumah sakit umum paling awal yang berhasil didokumentasikan dibangun sekitar satu abad kemudian, pada tahun 805, di Baghdad, oleh menteri dari khalifah Harun al-Rashid. Hanya beberapa keterangan rinci yang berhasil diketahui, namun yang menonjol adalah peran dokter kepala dari anggota keluarga Bakhtishu, mantan kepala akademi medis Persia di Jundishapur, disebutkan mereka memainkan peran penting dalam pembangunannya.
Menyusul beberapa dekade berikutnya, 34 lebih rumah sakit bermunculan di seluruh dunia Islam, dan jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya. Di Kairouan, di Tunisia sekarang, sebuah rumah sakit dibangun pada abad ke-9, dan yang lainnya didirikan di Makkah dan Madinah. Persia memiliki beberapa diantara: Satu di kota Rayy dikepalai oleh orang asli tamatan pendidikanBaghdad, yaitu Muhammad ibn Zakariya al-Razi.
Pada abad ke-10, lima rumah sakit lainnya dibangun di Baghdad. Yang paling awal didirikan pada akhir abad ke-9 oleh 'Al-Mu'tadid, yang meminta Al-Razi untuk mengawasi pelaksanaan konstruksinya. Memulainya, Al-Razi ingin menentukan tempat yang paling sehat di kota ini: Dia memiliki potongan daging segar yang ditempatkan di berbagai lingkungan, dan beberapa waktu kemudian, dia memeriksa untuk menentukan mana yang paling sedikit membusuk dan mendirikan rumah sakit di sana. Saat rumah sakit dibuka, ada 25 dokter, termasuk dokter mata, ahli bedah dan ahli tulang. Jumlah dan spesialisasinya terus tumbuh hingga tahun 1258, saat orang-orang Mongol menghancurkan Baghdad.
Menteri 'Ali ibn Isa ibn Jarah ibn Thabit menulis pada awal abad ke-10 kepada kepala petugas kesehatan di Baghdad tentang sekelompok orang:
Saya sangat mengkhawatirkan keadaan para tahanan. Jumlahnya yang besar serta kondisi penjara meyakinkan saya pasti ada banyak orang yang sakit di antara mereka. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa mereka harus memiliki dokter sendiri yang harus memeriksanya setiap hari dan memberikannya, jika perlu, obat-obatan dan desinfeksi. Dokter tersebut harus mengunjungi semua penjara dan merawat napi yang sakit di sana.
Segera setelah itu sebuah rumah sakit didirikan terpisah untuk para narapidana, lengkap dengan petugas dan pasokan.
Plakat di dinding Bimaristan Arghun di Aleppo, Suriah ini memperingati berdirinya Emir Arghun al-Kamili pada pertengahan abad ke-14. Perawatan untuk penyakit jiwa disini termasuk terapi cahaya yang berlimpah, udara segar, air mengalir dan musik.
Di Mesir, rumah sakit pertama dibangun pada tahun 872 di bagian barat daya Fustat, saat ini menjadi bagian dari Kairo Lama, oleh gubernur Abbasiyah Mesir, Ahmad ibn Tulun. Ia adalah fasilitas pertama yang berhasil terdokumentasi menyediakan perawatan untuk penyakit mental maupun umum. Pada abad ke-12, Salahuddin mendirikan rumah sakit Nasiri di Kairo, yang kemudian dikembangkan lebih besar dan menjadi lebih penting oleh pemerintahan Mansuri, selesai pada tahun 1284. Ia tetap menjadi pusat medis utama di Kairo sampai abad ke-15, dan sekarang dinamai Rumah Sakit Qalawun, digunakan untuk pengobatan penyakit mata.
Di Damaskus rumah sakit Nuri adalah yang terdepan sejak didirikan pada pertengahan abad ke-12 sampai abad ke-15, saat itu kota tersebut memiliki lima rumah sakit tambahan.
Di Semenanjung Iberia, Cordóba sendiri memiliki 50 rumah sakit besar. Beberapa diantaranya khusus untuk militer, dan para dokter di sana dilengkapi para spesialis yang juga melayani para khalifah, komandan militer dan bangsawan.
Dengan kamarnya yang lapang dan langit-langiy yang tinggi, Bimaristan Arghun berfungsi sebagai rumah sakit sampai awal abad ke-20. Belakangan, ia difungsikan menjadi museum.
Organisasi rumah sakit
Dengan suatu cara yang masih bisa dikenali saat ini, rumah sakit Islam umumnya terbagi kedalam beberapa departemen seperti penyakit sistemik, bedah, penyakit mata, penyakit tulang dan penyakit jiwa. Departemen penyakit sistemik kira-kira setara dengan departemen penyakit dalam hari ini, dan biasanya dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang berkaitan dengan demam, masalah pencernaan, infeksi dan banyak lagi. Rumah sakit yang lebih besar memiliki lebih banyak departemen dan beragam sub-spesialisasi, dan setiap departemen memiliki petugas berwenang dan petugas kepala selain spesialis pengawas.
Rumah sakit juga dilengkapi dengan seorang inspektur kebersihan yang bertanggung jawab untuk memastikan kebersihan dan praktik yang higienis. Selain itu, ada akuntan dan staf administrasi lainnya untuk memastikan kondisi rumah sakit memenuhi standar —secara keuangan dan standar lainnya. Ada juga seorang kepala pengawas, disebut sa'ur, yang bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan institusi tersebut.
Para dokter bekerja dengan jam kerja tetap, dimana mereka membesuk pasien yang datang ke departemen mereka. Setiap rumah sakit memiliki staf apoteker berlisensi (saydalani) dan perawatnya sendiri. Gaji staf medis ditetapkan oleh undang-undang, dan kompensasi didistribusikan pada harga yang cukup menarik bagi pekerja terampil.
Pendanaan untuk rumah sakit Islam berasal dari pemberian yang disebut wakaf. Para hartawan dan penguasa menyumbang dalam bentuk properti ke bimaristan yang ada atau yang baru dibangun sebagai wakaf, dan pendapatan dari warisan digunakan untuk membayari bangunan dan pemeliharaan. Membantu pembiayaannya, pendapatan rumah sakit itu bisa juga berasal dari kombinasi antara properti toko, pabrik, karavan dagang atau bahkan dari seluruh desa. Penghasilan dari wakaf terkadang juga mencakup uang saku kecil untuk pasien saat dipulangkan. Bagian dari anggaran negara juga diberikan untuk pemeliharaan rumah sakit. Kepada pasien, layanan di rumah sakit bersifat gratis, walaupun dokter secara individual terkadang mengenakan biaya.
Perawatan pasien
Bimaristans terbuka untuk semua orang 24 jam setiap harinya. Beberapa hanya melayani pria, sementara yang dikelola para dokter wanita hanya melihat wanita; ada juga yang melayani keduanya di bangunan terpisah dengan fasilitas dan sumberdaya serupa. Untuk mengobati kasus ringan, dokter melayani di klinik rawat jalan dan obat-obatan yang diresepkan untuk dikonsumsi di rumah.
Tindakan khusus dilakukan untuk mencegah infeksi. Pasien rawat inap diharuskan menggunakan pakaian rumah sakit yang diberikan oleh bagian pasokan, sementara pakaian pasien disimpan di gudang rumah sakit. Saat dibawa ke bangsal, pasien akan menemukan tempat tidur dengan seprai bersih dan kasur yang telah disiapkan khusus. Kamar dan bangsal rumah sakit rapi dan bersih dengan air mengalir dan sinar matahari yang melimpah.
Petugas mengevaluasi kebersihan rumah sakit dan kamar setiap hari. Bukan hal yang aneh jika penguasa setempat terkadang melakukan kunjungan pribadi untuk memastikan pasien mendapatkan perawatan terbaik.
Proses pengobatan yang dianjurkan oleh dokter itu segera dimulai pada saat kedatangan. Pasien diberi asupan diet tetap, tergantung pada kondisi dan penyakit. Makanannya berkualitas tinggi dan termasuk ayam dan unggas, daging sapi dan domba, serta buah-buahan dan sayuran segar.
Kriteria utama dianggap sembuh adalah ketika pasien dapat menghabiskan, secara sekaligus, porsi roti normalnya orang sehat, bersama dengan daging panggang dari seekor unggas utuh. Jika pasien dapat dengan mudah mencernanya, mereka dianggap telah sembuh dan dapat dipulangkan. Pasien yang dianggap telah sembuh tapi terlalu lemah untuk pulang, dipindahkan ke bangsal pemulihan sampai mereka cukup kuat. Pasien yang miskin diberi pakaian baru, bersama dengan sejumlah uang kecil untuk membantu mereka membangun kembali mata pencahariannya.
Di Mesir, kompleks al-Mansur Qalawun di Kairo mencakup sebuah rumah sakit, sekolah dan makam. Bangunan ini berasal dari tahun 1284-85.
Dokter dan penjelajah abad ke-13 'Abd al-Latif al-Baghdadi, yang juga mengajar di Damaskus, menceritakan sebuah kisah lucu tentang seorang pemuda Persia yang pintar yang begitu tergoda oleh makanan dan layanan yang sangat baik di rumah sakit Nuri sehingga dia pura-pura sakit. Dokter yang memeriksanya mengetahui apa yang pria muda itu inginkan, begitu menerimanya, serta memberikan makanan kepada pemuda tersebut selama tiga hari. Pada hari keempat, dokter menemui pasiennya dan berkata dengan senyuman sedih, "Tradisi keramahan Arab berlangsung selama tiga hari: Silakan pulang sekarang!"
Kualitas pelayanan itu sendiri tunduk pada proses telaah dan perdata, sebagaimana tersebut oleh Ibn al-Okhowa dalam bukunya 'Ma'bah al-Qurba fi Talab al-Hisba':
Jika pasien sembuh, dokter memperoleh pembayaran. Jika pasien meninggal, orang tuanya dapat pergi ke dokter kepala dan menyerahkan resep yang ditulis oleh dokter. Jika dokter kepala menilai bahwa dokter telah melakukan pekerjaannya dengan sempurna tanpa kelalaian, dia mengatakan kepada orang tua bahwa kematian itu wajar; jika dia menilai sebaliknya, dia mengatakan kepada mereka: ambillah uang darah saudara kalian dari dokter; dia telah membunuh dengan performa buruk dan kelalaiannya. Dengan cara yang terhormat ini, mereka yakin bahwa pengobatan dijalankan oleh orang-orang yang berpengalaman dan terlatih.
Selain rumah sakit permanen, kota-kota besar dan kecil juga memiliki pusat pertolongan pertama dan perawatan akut. Fasilitas ini biasanya terletak di tempat-tempat umum dan sibuk seperti masjid-masjid besar. Maqrizi menggambarkan satu contoh di Kairo:
Ibnu Tulun, saat membangun masjidnya yang terkenal di dunia di Mesir, di salah satu ujungnya ada tempat untuk wudhu dan juga apotik sebagai pelengkap. Apotik itu dilengkapi dengan obat-obatan dan petugas pembantu. Pada hari Jumat, biasanya ada seorang dokter yang bertugas di sana sehingga dia bisa segera merawat korban dalam pertemuan (Jum'at) akbar ini.
Menggambarkan adegan di rumah sakit di Cordóba, dahulu disebut Al-Andalus (Spanyol Muslim), ilustrasi tahun 1883 ini menunjukkan dokter terkenal Al-Zahrawi (disebut Abulcasis oleh orang Barat) merawat pasien sementara asistennya membawa sekotak obat-obatan.
Sekolah Medis & Perpustakaan
Dikarenakan salah satu peran utama rumah sakit adalah sebagai tempat pelatihan dokter, setiap rumah sakit memiliki sebuah ruang kuliah besar di mana mahasiswa, bersama dengan dokter senior dan petugas medis, akan bertemu dan mendiskusikan masalah medis dalam gaya seminar. Seiring kemajuan pelatihan, mahasiswa kedokteran tersebut akan menemani dokter senior ke bangsal dan dilibatkan dalam perawatan pasien —sama seperti program residensi modern.
Dari teks yang berhasil bertahan, seperti karya Ibn Ali Usaybi'ah dalam kitab 'Uyun al-anba' alaqid al-alfa (Sumber-Sumber Informasi tentang Kelas-Kelas Dokter), serta catatan para mahasiswanya, mengungkapkan rincian bentuk awal siklus klinis ini. Ada petunjuk tentang diet dan resep untuk perawatan umum, termasuk penyakit kulit, tumor dan demam. Selama siklus, mahasiswa diminta untuk memeriksa tindakan pasien, ekskreta (seperti tinja dan urin), serta keadaan dan lokasi pembengkakan dan nyeri. Mahasiswa juga diinstruksikan untuk memperhatikan warna dan meraba kulit, apakah panas, sejuk, lembab, kering atau kendur.
Proses pelatihan mengkerucut dalam sebuah ujian untuk memperoleh lisensi praktik kedokteran. Para kandidat harus hadir di depan petugas kepala medis yang ditunjuk pemerintah daerah tersebut. Langkah pertama yang disyaratkan adalah menulis risalah tentang subjek di mana calon ingin mendapatkan sertifikat. Risalah itu bisa berupa karya penelitian pribadi atau komentar atas teks-teks yang telah ada, seperti karya-karya Hippocrates, Galen maupun karya-karya setelah abad ke-11, seperti Ibn Sina, dan banyak lagi.
Para kandidat didorong tidak saja mempelajari karya-karya sebelumnya, tapi juga untuk mengkritisi mereka atas kemungkinan kesalahannya. Penekanan pada empirisme dan pengamatan daripada kepatuhan terhadap otoritas adalah salah satu kunci dari mesin fermentasi intelektual Islam Abad Pertengahan. Setelah risalahnya selesai, kandidat diwawancarai secara panjang-lebar oleh kepala petugas medis, yang mengajukan pertanyaan dengan masalah-masalah yang relevan dengan spesialisasi kedokteran yang hendak dimohonkan. Jawaban yang memuaskan menentukan pemberian lisensi praktik.
Aspek penting lainnya bagi rumah sakit, dan sangat penting bagi siswa dan guru, adalah kehadiran perpustakaan medis yang luas. Pada abad ke-14, Rumah Sakit Ibn Tulun di Mesir memiliki sebuah perpustakaan yang terdiri dari 100.000 buku tentang berbagai cabang ilmu kedokteran. Ini terjadi pada saat perpustakaan terbesar di Eropa, Universitas Paris, baru memiliki 400 jilid.
Bimaristan, sebagai bentuk paling awal kedokteran Islam dan prototype untuk rumah sakit hari ini, sedianya telah bertangungjawab atas berbagai prestasi ilmiah dan intelektual dunia Islam abad pertengahan. Tapi dari itu semua, peran terbesarnya adalah saat sakit atau luka parah menyerang, saat tak ada hal yang lebih bermakna kecuali kesehatan.
@originalworks
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
The @OriginalWorks bot has determined this post by @rshahputra to be original material and upvoted it!
To call @OriginalWorks, simply reply to any post with @originalworks or !originalworks in your message!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
MasyaAllah,,, Informasinya bagus sekali ..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah, atas pujiannya. Begitupun, ini hanya translasi sederhana. Semoga bermanfaat! 😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Btw @ar-ramzan1, kayaknya kita belum saling follow ya? Hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sudah ini,, dari sana yg belum sepertinya. Heheh😁.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hehe, sudah juga.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Setiap postingan abang adalah ilmu pengetahuan dan saya yakin ini bukan sekedar tulisan yang dipostingkan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hahaha, jangan berlebihan. Ini cuma translasi biasa. Senang jika bisa berguna. :)
Keep posting bro!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit