'Antara pencakar langit dan Arab'

Terinspirasi dari sebuah kisah pertemuan Jibril dan Rasulullah,Jibril bertanya kepada Rasulullah mengenai hari kiamat, dan Rasul Mulia itu menjawab :

وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.

“Dan bila engkau menyaksikan mereka yang berjalan tanpa alas kaki, tidak berpakaian, fakir, dan penggembala kambing, (kemudian) berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain, disebutkan Ibnu Abbas bertanya kepada Rasulullah SAW :

يَا رَسُـولَ اللهِ، وَمَنْ أَصْحَابُ الشَّاءِ وَالْحُفَاةُ الْجِيَـاعُ الْعَالَةُ قَالَ: اَلْعَرَبُ.

“Wahai Rasulullah, dan siapakah para pengembala, orang yang tidak memakai sandal, dalam keadaan lapar dan yang miskin itu?” Beliau menjawab, “Orang Arab.”

Jika disandarkan dengan sebuah guyonan, bisa dikatakan kalau 'Arab yang dulu bukanlah Arab yang sekarang'
Jazirah Arab pada masa Rasul, masa Khalifah,masa Kerajaan bukanlah Negeri subur nan makmur seperti yang kita lihat hari ini.

Jazirah Arab semenjak menemukan kekayaan alam berupa minyak bumi yang melimpah ruah mulai berlomba-lomba membangun gedung yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia. Dubai memiliki pencakar langit setinggi 828 m.

Arab yang dulunya dalam keadaan miskin,lapar,bertelanjang dada kini menjelma bak negeri termegah dan termewah di dunia, persis sama yang dikatakan Rasul 1400 tahun silam. Menjelmanya Negeri miskin menjadi negeri terkaya merupakan tanda-tanda bahwa kiamat sudah dekat.

Faktanya, umumnya manusia di bumi ini senang dan bangga atas berdirinya gedung gedung megah bak syurga dunia ini.
Lifestyle,gaya hidup yang glamour, beracting seakan-akan dunia kekal abadi.

Pencakar langit yang tinggi menjulang ternyata masih tak mampu menakar sejauh mana tinggi langit yang sebenarnya.
Pencakar langit megah nan mewah ternyata bukanlah hal yang patut kita banggakan,justru ia mendekatkan ke fase akhir zaman.

Wallahu'alam
Semoga kita lebih bijak dalam menakar,apakah dunia pantas dibanggakan?