Perempuan: Nilai Yang Mereka Tanggung

in hive-103393 •  4 years ago 

tulips-2277939_1920.jpg

pembatas postingan.png

Kedua, cerita C (inisial) menuntut saya untuk bertanya, "apakah kontruksi sosial kita memang terberi?". Ini mengantarkan saya kepada pencarian yang tiada henti, dan menghabiskan separuh tabungan untuk obsesi ini. Bukan tanpa sebab, saya hidup diantara perempuan-perempuan; ibu, kakak, tiga orang saudara perempuan ibu (beserta anak perempuan mereka), keponakan, dan tentu saja murid-murid perempuan di pesantren.

C baru saja bercerai dengan suaminya setelah lama tidak bersama (hana diwoe-woe lakoe, bahasa Acehnya). Untuk menghibur diri dari kenyataan pahit yang dia terima; Menjadi janda di umur yang sangat muda, membesarkan seorang anak sendiri, belum lagi mencoba acuh terhadap omongan orang lain, dia mulai untuk belajar mencintai. Banyak lelaki yang ingin mempersunting C, tentunya setelah masa 'iddahnya selesai. Sekedar menghubunginya, misalnya. Ada salah satu dari sekian lelaki itu yang menarik perhatian C.

"Jika saya bukan janda anak satu, mungkin saya lebih PD untuk dekat dengan abang itu" cerita C kepada saya.

Satu kalimat ini yang membuat saya menghabiskan separuh tabungan untuk mencari tau dan membuat saya berpikir sampai hari ini.

"Ada apa memangnya jika kamu Janda?"

"Kan saya pernah jadi istri orang"

"Lah, apa bedanya "pernah jadi istri orang" dengan "pernah jadi anak orang? Oh maksudmu kamu pernah tidur dengan orang, atau karena Vaginamu pernah dimasuki Penis orang?"

Saya sudah sangat kelewatan dan menyesal juga mengeluarkan kalimat itu. Tetapi C mengiyakan apa yang saya katakan dan benar, itu membuatnya merasa value wanitanya berkurang. Saya tidak ingin menyamaratakan persepsi semua orang perihal darimana value seorang wanita dewasa itu dinilai. Tetapi dari cerita C diatas, siapa saja yang membaca ini saya ajak untuk bertanya kepada masing-masing, terutama lelaki.

Atau ini memang tidak salah siapa-siapa, tetapi budaya yang sedemikian rupa yang membuat hal itu wajar saja dan wanita memang harus menerimanya? Tidakkah ini bisa kita ubah? Seperti pada paragraf pertama tadi, saya kan menjawab, "kontruksi sosial ini tidak terberi. Jika tidak, kita bisa melakukan dekontruksi.

"Kamu adalah C, dimasuki atau tidak vaginamu oleh penis lelaki, kamu tetap C. Valuemu hanya akan berkurang jika kamu merugikan orang lain"

story - Copy.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!