Pemadakan kebakaran di PT Arun NGL sedang berlatih memadamkan api.

---

The oil well explosion that occurred in Dusun Tanjung, Bukit Tempurung, Kuala Simpang, Aceh Tamiang Regency, reminds us how high the price is when we ignore work safety. Sadly, this happened in an oil well managed by PT Pertamina (Persero), a state-owned company that was ranked 141st in the Fortune Global 500 list in 2023.

Although the management is under a third party that is a partner of Pertamina, of course there are a number of standards that must be met so that work accidents that result in casualties can be avoided. Workers and the community should be more comfortable when the well is managed by Pertamina, not illegal wells that are handled by the community in a traditional way and often ignore safety standards.

The fire incident that caused four injuries does not reflect the quality of work safety of an elite international company, although similar incidents have been experienced by a number of top oil and gas companies. No matter how small the accident, it should have been avoided because companies engaged in the oil and gas sector have strict standards and they are very disciplined in adhering to them.

The existence of PT Arun NGL for decades in Lhokseumawe City, may be used as a reference. The company whose shares are owned by Pertamina, Jilco, and ExxonMobil has been able to maintain the continuity of work safety for decades. There have been no incidents even though PT Arun's operations have had to go through various storms such as armed conflicts and natural disasters that could have an impact on work safety. It is no wonder that PT Arun often receives the Sword of Honour from the British Safety Council, a prestigious symbol of a world company that has succeeded in achieving zero incidents in its operations.

This means that work safety is not an empty slogan without meaning. There is a work ethic with a high level of discipline, there is the use of technology to detect every potential accident, no matter how small.

On the one hand, Pertamina managed to handle the incident and allocate an area. As conveyed to the public through the mass media, the first stage taken by Pertamina was to evacuate victims and calm local residents. After this, Pertamina must announce to the public why the incident occurred so that it becomes a warning to all, not only the company and workers, but also the surrounding community who have the potential to become victims.

We await the results of Pertamina's work with other related agencies that are investigating the cause of the fire. Safety education for the public must be a routine agenda so that they understand the risks when an incident occurs and what they should do.[]

---

Foto pembangunan konstruksi kilang Arun NGL, tahun 1970-an.

---

---

Standar Tinggi Perusahaan Migas: Kasus Kebakaran Sumur Pertamina

Ledakan sumur minyak yang terjadi di Dusun Tanjung, Bukit Tempurung, Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang, mengingatkan kita betapa mahal harga yang harus dibayar ketika mengabaikan keselamatan kerja. Mirisnya, ini terjadi di sumur minyak yang dikelola PT Pertamina (persero), perusahaan plat merah yang menduduki peringkat 141 dalam daftar Fortune Global 500 tahun 2023 lalu.

Kendati pengelolaan berada di bawah pihak ketiga yang menjadi rekanan Pertamina, tentu ada sejumlah standar yang harus dipenuhi sehingga kecelakaan kerja yang mengakibatkan jatuhnya korban bisa terhindari. Pekerja dan masyarakat harusnya lebih nyaman ketika sumur dikelola Pertamina, bukan sumur liar yang ditangani masyarakat secara tradisional dan kerap mengabaikan standar keamanan.

Insiden kebakaran yang menyebabkan adanya empat orang korban luka itu tidak menggambarkan kualitas keselamatan kerja dari sebuah perusahaan elit internasional, meski insiden serupa pernah dialami sejumlah perusahaan migas papan. Sekecil apa pun kecelakaan harusnya bisa dihindari karena perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas memiliki ukuran ketat dan mereka sangat disiplin menaatinya.

Keberadaan PT Arun NGL selama puluhan tahun di Kota Lhokseumawe, mungkin bisa dijadikan rujukan. Perusahaan yang sahamnya dimiliki Pertamina, Jilco, dan ExxonMobil tersebut mampu menjaga kesinambungan keselamatan kerja selama puluhan tahun. Tidak ada insiden apa pun kendati operasinal PT Arun harus melalui berbagai badai seperti konflik bersenjata dan bencana alam yang bisa berimbas terhadap keamanan kerja. Tak heran jika PT Arun sering menerima Sword of Honour dari British Safety Council, sebuah simbol bergengsi perusahaan dunia yang berhasil meraih nihil insiden dalam operasionalnya.

Artinya, keselamatan kerja bukan sebuah slogan kosong tanpa makna. Di sana ada etos kerja dengan kedisiplinan tingkat tinggi, ada penggunaan teknologi untuk mendeteksi setiap potensi kecelakaan sekecil apa pun.

Di satu sisi, Pertamina berhasil menangani insiden itu dan mengalokasikan area. Seperti yang disampaikan ke publik melalui media massa, tahapan pertama yang dilakukan Pertamina adalah mengevakuasi korban sekaligus menenangkan warga sekitar. Setelah ini,
Pertamina harus mengumumkan ke publik mengapa insiden itu terjadi sehingga menjadi peringatan bagi semua, tidak hanya perusahaan dan pekerja, tetapi juga masyarakat sekitar yang berpotensi menjadi korban.

Kita tunggu hasil kerja Pertamina bersama instansi terkaiat lainnya yang sedang menginvestigasi penyebab kebakaran. Edukasi keselamatan kepada masyarakat harus menjadi agenda rutin agar mereka paham risiko ketika sebuah insiden terjadi dan apa saja yang harus mereka lakukan.[]

---