Perlukah Membaca Karya Sendiri yang Sudah Dimuat?steemCreated with Sketch.

in hive-103393 •  4 years ago 



Dalam sebuah diskusi sastra di grup WA, seorang penyair mengaku sedang membaca puisinya yang dimuat di surat kabar harian nasional di Indonesia. Seorang penulis senior mengingatkan, untuk apa membaca karya diri sendiri yang sudah dimuat, yang sudah diterima. Lebih baik membaca karya yang ditolak untuk mengetahui kekurangannya dan memperbaiki lagi karya tersebut sebelum dikirim kembali ke media massa.

Segera saja pemikiran itu ada yang merespon. Saya juga berpikir tentangnya dan mengingat kembali kebiasaan selama ini. Saya termasuk orang yang membaca karya sendiri yang sudah dimuat, meski tidak terlalu sering. Mengapa?

Setiap menghasilkan sebuah karya baik berupa cerpen, puisi, artikel, maupun novel, saya menganggap bagian dari belajar sehingga selalu berusaha menghasilkan karya yang lebih bagus dari sebelumnya. Tidak semua karya yang sudah pernah saya tulis bisa saya ingat dengan jelas, terkadang saya lupa sebuah cerpen terinspirasi di mana, mengapa, dan bagaimana.

Setelah membaca kembali karya tersebut, saya seperti terbawa ke masa lalu dan proses mendapatkan ide bisa saya ingat kembali. Sering terjadi, dalam proses kembali ke proses mendapatkan ide, saya mendapatkan ide lain yang lebih besar, lebih segar, dan menurut saya luar biasa.

Membaca karya sendiri yang sudah pernah dimuat juga menjadi refleksi terhadap diri sendiri. Kita seperti melihat diri kita di masa lalu. Dari salah kita bisa melakukan otokritik untuk meningkatkan kualititas artikel kita.[]



Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

menurutku, membaca karya sendiri ibarat penyanyi yang menyanyikan lagu karangan sendiri bang.
apalagi bagii seorang penulis cum deklamator. Sebab menulis dan membaca puisi adalah 2 aktivitas yang berbeda.

Membaca karya sendiri, bagi saya, adalah cermin untuk melihat diri sendiri, berusaha menemukan kekurangan dan kelebihan diri.

Betoel itu bang, kadang-kadang kita lupa membaca karya sendiri, karena kesibukan berpikir memcari ide baru. Padahal seharusnya kita tetap harus membaca.

Saya sering membaca karya sendiri yang dimuat di sebuah media massa, misalnya. untuk mendapatkan gaya yang cocok untuk media tersebut meski saya tidak pernah memaksakan diri mengikuti gaya di sebuah media.

Mantap Bang, seharusnya memang seperti itu.

Kalau menurut saya perlu bang. Saya malah sangat senang membaca karya sendiri yang sudah dimuat. Berkali-kali bahkan, hehehe.

Samalah kalau begitu, Cek Gu, hehehee.....

Semakin sering membacanya, maka semakin banyak kekurangan yang ditemukan. #pengalamanpribadi

Ada joke lucu ketika saya masih sekolah dulu. Katanya, Banyak membaca banyak lupa, sedikit membaca sedikit lupa. Tidak membaca, tidak lupa-lupa. Hehehehe...

Membaca dan menulis. Itu sudah😁

If you don't have time to read, you don't have time (or the tools to write. Simple as that.

Itu kata Stephen King. Menulis dan membaca satu paket, termasuk membaca tulisan sendiri yang sudah dipublish.

I go along with that opinion, bang. Membaca dan menulis adalah paketan yang tidak bisa dipisahkan.

Membaca karya sendiri adalah sebuah pembelajaran yang sangat berarti, kita selalu belajar untuk lebih baik lagi, dengan membaca karya sendiri, kita tau dimana letak kesalahan dan kekurangan. Sesuai dengan yang anda katakan, membaca karya sendiri adalah cermin untuk menilai dan memperbaiki diri.

Sepakat Tgk @mirzamg. Makin sering membaca karya sendiri, makin tahu kelebihan dan kekurangan diri.

Mantap, salam sukses untuk kita semua

Saya malah kebalikannya Bang,, setelah menulis sesuatu, saya baca berulang-ulang sampai saya bosan dan akhirnya tidak kukirim.

Itu salah @aneukpineung78. Saya sudah membaca beberapa tulisan @aneukpineung78 di Steemit. Narasinya bagus, padahal saya yakin itu tanpa editing. Kalau sudah baca berkali-kali dan sudah melalui editing, pasti layak tayang di media profesional. Jangan takut mengirim, jangan takut ditolak, dan jangan takut setelah diterima.

Wah ini kata-kata yang sangat positif, Bang. Terimakasih. Saatnya mencari ide. Saya suka menulis fiksi sebenarnya, Bang. Tapi sudah lama saya tinggalkan. Nanti kalau ada waktu mau ingat-ingat ide-ide lama, atau siapa tahu muncul ide-ide baru. Hmm. Menulis profesional seperti Bang @ayijufridar, menurutku adalah sesuatu yang "serius", setidaknya begitu pikiranku.

Nah itu menarik Bang, "jangan takut setelah diterima".

Apa pun pekerjaan kita, kemampuan menulis harus terus ditingkatkan. Kita akan memiliki nilai plus jika memiliki kemampuan menulis dan bisa menjadi salah satu sumber penghasilan.

Setuju, Bang. Ini sangat membantu semangat saya. Terimakasih.

luar biasa. terus berkarya

Terima kasih @masjeje. Saleum.