---

Her strength is actually stored strongly behind her body that may be. For people who hate her, the woman seems fragile and easy to conquer. She is like porcelain that always needs care. Not many people think that she is actually like a bee that stores sweet honey as well as a deadly sting.

When a man tries to touch her, she will scream in pain when the poison from her sting enters the body, then flows with the blood to the heart that pumps fast, then a moment later makes the body convulse. Lying helplessly on long nights without stars without a moon without light. When love falls unreceived in a barren field, indeed only darkness is seen everywhere.

I am one of the men who have been stung by her without even realizing it. However, unlike most men, I do not consider her a porcelain woman, although it is indeed difficult to radiate the beauty of expensive porcelain. I already know her name as a mighty woman with a different beauty in my criteria. So, logically, it is very impossible for me to be stung by her.

That is logically, not in the heart and feelings. That love knows no logic, I have read carefully a study about it in the magazine National Geographic an interesting scientific magazine with a yellow frame on all its covers. But, I did not expect to experience it myself, because I am not the type of person who falls in love easily.

After the sting of love entered my body and settled in the deepest recesses of my heart, I was lying awake day and night. The bee woman became the first person, even the first theme that was present when I woke up from sleep, after that night she became the last person to close her sleep. That's what happened every night and every morning. A haunting figure.

The sting contained something that kept me awake all night long. In the liquid of the sting, I felt a formula that strengthened and weakened at the same time. I became strong and weak, became happy and sad, became happy and tortured at the same time.

In a state of fever and severe flu, I once drove a car across the mountains in the middle of the night. I should have slept because the medicine I took contained antihistamines which functioned to reduce mucus and sneezing in the respiratory tract. However, my eyes were like a lighthouse that kept burning because the bee woman was behind me. Sometimes she lay beautifully on the seat, and on other occasions she touched the back of my hair with love. Occasionally she touched my cheek without saying a word, because thousands of words would be meaningless compared to her soft touch.

How could I not be stung by such treatment. Then why did I have to feel a super paradoxical atmosphere like I described above?

The bee woman knew the reason, but was unable to make me just strong, happy, and happy. Like the journey of life, I (and she: we) had to go through it all.[]

---

---

---

Sengatan Cinta Perempuan Lebah

Kekuatannya justru tersimpan kuat di balik tubuhnya yang mungkin. Bagi orang-orang yang membencinya, perempuan itu sepertinya terlihat ringkih dan mudah ditaklukkan. Ia seperti porselin yang selalu membutuhkan perawatan. Tidak banyak yang menyangka bahwa sesungguhnya ia seperti lebah yang menyimpan madu manis sekaligus sengatan mematikan.

Ketika ada lelaki yang mencoba menyentuhnya, maka akan memekik kesakitan ketika racun dari sengatannya masuk ke dalam tubuh, lalu mengalir bersama darah menuju jantung yang memompa kencang, lalu sekejap kemudian membuat tubuh kejang-kejang. Terkapar tak berdaya di malam-malam panjang tanpa bintang tanpa bulan tanpa cahaya. Ketika cinta jatuh tak tersambut di ladang gersang, memang hanya kegelapan yang terlihat di mana-mana.

Aku termasuk lelaki yang sudah terkena sengatannya bahkan tanpa aku sadari. Namun berbeda dengan kebanyakan lelaki, aku tidak menganggapnya sebagai perempuan porselin, meski sulitnya memang memancar keindahan kilau porselin mahal. Aku sudah mengenal namanya sebagai perempuan perkasa dengan kecantikan yang berbeda dalam kriteriaku. Jadi, secara logika, sangat mustahil aku terkena sengatannya.

Itu secara logika, bukan secara hati dan perasaan. Bahwa cinta tidak mengenal logika, aku sudah membaca dengan saksama sebuah penelitian tentang itu di majalah National Geographic sebuah majalah ilmiah menarik dengan bingkai kuning di semua sampulnya. Tapi, aku tidak menyangka akan mengalaminya sendiri, sebab aku bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta.

Setelah sengatan cinta itu masuk ke dalam tubuh dan bermukim dalam relung hati terdalam, aku terkapar siang malam. Perempuan lebah itu menjadi orang pertama, bahkan tema pertama yang hadir tatkala terjaga dari tidur, setelah malamnya menjadi orang terakhir yang menutup tidur. Begitulah yang terjadi setiap malam dan setiap pagi. Sosok yang menghantui.

Sengatannya itu entah mengandung apa yang membuatku terjaga sepanjan usia malam. Dalam cairan sengatan itu, aku merasakan ada formula yang menguatkan sekaligus melemahkan. Aku menjadi kuat sekaligus lemah, menjadi senang sekaligus sedih, menjadi bahagia sekaligus tersiksa.

Dalam keadaan demam dan flu berat, aku pernah menyetir mobil melintasi pegunungan di tengah malam. Harusnya aku tidur karena obat yang kuminum mengandung antigistamin yang berfungsi mengurangi lendir dan bersin di saluran napas. Namun, mataku seperti lampu mercuasuar yang terus menyala karena perempuan lebah ada di belakangku. Terkadang ia tergolek dengan indah di jok, dan dalam kesempatan lain ia menyentuh bagian belakang rambutku dengan kasih. Sesekali ia menyentuh pipiku tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebab ribuan kata-kata pun menjadi tidak berarti dibandingkan sentuhan lembutnya.

Bagaimana aku tidak tersengat dengan perlakuan seperti itu. Lalu mengapa pula aku harus merasakan sebuah suasana yang super paradog seperti kugambarkan di atas?

Perempuan lebah itu tahu sebabnya, tetapi tidak mampu membuatku hanya menjadi kuat saja, gembira saja, dan bahagia saja. Layaknya perjalanan hidup, aku (dan juga dia: kami) harus melewati semuanya.[]

---