Dari dulu saya selalu saja mendapat permasalahan yang mendadak, kemudian saya selesaikan dengan mendadak juga, itu memang terselesaikan, hanya saja dampaknya masih terasa ketika permasalahan itu sudah terselesaikan. seperti biasa, saya mengawali pagi saya dengan buang air besar sambil menyesap sebatang rokok. kemudian saya memberi makan kucing-kucing saya, lalu setelah itu mandi dan sarapan. Jika tidak ada kegiatan, yang saya lakukan adakah tidur lagi.
Namun pagi ini saya haris pergi ke Medan, ke Kuala Namu, minibus berangkat pukul sembilan setelah mengambil semua penumpang yang telah me-booking-nya. pukul enam sore saya tiba di bandara itu. Sebab Covid-19 masih mewabah, maka protokol keamanan dan keselamatan terasa sedikit rumit. Ketika masuk ke dalam bandara, di pintu itu, saya merasa seperti produk di super market di dalam keranjang pembeli yang sedang diperiksa harganya dengan alat pendeteksi oleh kasir.
Mengikuti protokol keamanan, maka saya harus melakukan proses antigen dulu, biayanya dua ratus lima puluh ribu rupiah juga mesti mengisi data di aplikasi E Hack. Ini untuk ke dua kalinya saya berada di Bandara Kuala Namu, Medan, yang pertama hanya sekedar transit penerbangan dari Lombok, sebenarnya dari Lombok transit ke Surabaya, lalu ke Jakarta baru setelah transit di Kuala Namu sebelum mendarat di Aceh.
Saat itu saya rasa pesawat transit di Kuala Namu lebih kepada alasan teknis, yakni para pramugari harus berganti kostum yang sesuai dengan budaya Aceh, yakni berjilbab dan tidak mengenakan rok setinggi lutut, mendadak para pramugari itu terlihat seperti wanita-wanita Arab, alasan lainnya mungkin untuk mengambil penumpang.
Bandara ini mengingatkan saya pada sebuah film yang dibintangi oleh Tom Hank dan Chaterine Zeta Jones, film ini diadaptasi dari kisah nyata yang dialami oleh seorang dari Iran yang dicabut kewarganegaraannya, karena tidak memiliki status kewarganegaraan, ia tidak bisa keluar dari bandara itu dan akhir hidup dan menetap di bandara selama puluhan tahun.
Di gate tunggu jadwal penerbangan, saya duduk menunggu, lalu membuka gawai saya, melihat beranda FB, membaca status-status teman FB, hanya itu yang saya lakukan untuk mengisi waktu. Sebenarnya saya juga bermain game slot Higgs Domino, Min kartu 5 kamar atau kartu 41 juga.
Saya bermaksud ingin pergi ke Jakarta dan harus tiba di sana pada kamis pagi sebelum pukul sembilan di sebuah kantor kedutaan untuk mengurus visa. Inilah yabg membuat saya jengkel setengah mati, apakah tidak bisa dilakukan secara daring, sebab saat ini banyak hal yang penting dilakukan secara daring gara-gara Covid. Pihak Embassy mungkin sangat ketinggalan zaman. Alasan harus datang langsung adalah karena Covid, alasan aneh yang tidak relevan saat Covid mewabah, pikir saya.
Namun saya harus bersyukur juga, sebab quota visa dibuka sangat terbatas dan saya beruntung memperoleh kesempatan ini di saat yang serba sulit ini. Kejengkelan saya adalah saya harus mengeluarkan uang untuk biaya perjalanan dari Aceh ke Medan, dari Medan Ke Jakarta.
@baluembidi Pidar, kapeuget introduce dilei baro kapost konten, bak Steemfood meunan chit, ka verifikasi dilei kamat selembar kertas bah jiboh. Meuhan sampe kiyamat donja han jikurasi :D Kajak bak dr bah kupeurnoe bek kaduek sidroe bak Lom.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Oke singoh lon jak keunan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit