The Diarygame 210124: Hari Libur Dirumah Saja

in hive-103393 •  11 months ago 

Compress_20240205_091408_8222.jpg

Aku tersentak dari mimpi dengan azan dari surau. Mengumpulkan nyawa sejenak hingga hampir tertidur lagi. Aneh.

Tanpa menunggu lebih lama. Aku meninggalkan kasur untuk dua rakaat pagi. Tak berlama, cucian yang menggunung telah menanti. Bukan malas, tapi tak sempat mencuci. Jahitanku selalu diburu. Belum lagi bungsuku yang minta kugendong atau melarangku mengerjakan apapun. Nasibmu neuk. Berbuat emakmu dengan kerjaan yang tiada henti.

Satu jam lebih aku berada di sumur dengan mesin cuci yang setia. Hingga anak-anakku bangun dan menghampiri. Masih bermuka bantal. Mereka membantuku membawakan cucian yang sudah kuperas dengan mesin cuci ke tali penjemuran.

Compress_20240205_091410_0158.jpg

Siap menjemur kain, aku mengajak anak-anakku sarapan. Setelahnya aku membiarkan mereka mandi ber 3, sedangkan aku langsung menuju mesin jahit. Tubuhku sudah tak tau lagi bagaimana rasa lelah itu. Karena aku tak punya waktu istirahat selain malam yang bahkan terkadang harus begadang.

Compress_20240205_091409_9412.jpg

Setelah berpakaian anak-anakku menghampiri. Mereka minta jatah 2000 per anak untuk hari Minggu. Roti berbalut cokelat yang ingin dibeli.

Selagi menyimak ungkapan anak-anakku, ponsel berdering. Panggilan masuk dari yang punya beludru. Tak lama ponsel kumatikan. Jahitan harus siap sebelum ashar. Dor. Inilah hidup. Walau yang diminta setengah, tapi 70 bordiran Pinto Aceh itu hitungannya lumayan banyak. Untungnya, sudah kujahit sebagian.

Compress_20240205_091408_8643.jpg

Sebentar-sebentar bungsuku menghampiri. Ia mengadu ini itu yang memang harus kudengar dan mencari solusi. Solusi yang ia terima yang memenangkannya saja. Luar biasa memang.

Hari telah siang. Aku memilih membantu emak dan adikku memasak didapur. Setelahnya aku mengajak anak-anakku mandi mereka nampak sangat lelah bermain. Setelah shalat aku mengajak mereka makan siang. Lalu membimbing dua anakku bersiap pergi mengaji. Bungsuku, kuajak tidur. Dan akupun ikut tertidur.

Sekitar 15 menit aku terbangun. Mencuci muka dan kembali menjahit. Jam 15:30 selesai lembar ke 70 bordiran Pinto Aceh bersamaan dengan panggilan bungsuku. Allah memang Maha Baik.

Compress_20240205_091409_9046.jpg

Meninggalkan mesin jahit, aku menuju kamar. Rasanya ingin refreshing sejenak. Bukan karena lelah bekerja yang tak henti. Tapi melepas penat dengan hiruk piku kehidupan yang tak kumengerti. Semua berjalan sesuai takdir-Nya.

Azan berkumandang, aku mengajak bungsuku mandi. Setelah rapi, ia memilih keluar. Sedang aku masih bersiap dan ikut keluar dari kamar. Dua anakku pulang. Mereka ikut denganku setelah shalat. Kami kemesin capit boneka. Sedang marak-maraknya disini. Beberapa toko ritel terdekat ada saja mesin capitnya. Anak-anakku sudah beberapa kali memintaku mengajak mereka bermain.

Alhamdulillah bermodal 7000 IDR aku bisa mencapit 2 boneka. 3x anakku bermain selebihnya mereka memintaku bermain. Sayang uang katanya. Tapi sayang momen tak terfoto. Aku lupa membawa ponsel. Tiba dirumah dengan penuh kemenangan anak-anakku minta kufoto. Tapi sulungku sudah pergi bermain karena saat kami tiba dirumah teman-temannya sudah menunggu.

Compress_20240205_091549_9356.jpg

Aku memasukkan kereta kedalam rumah lalu keluar lagi untuk mengangkat jemuran. Selebihnya memilih berselancar di steemit sambil menunggu yang punya beludru menjemput bordiran Pinto Aceh. Untuk menjahit lagi, rasanya aku malas.

Compress_20240205_091410_0158.jpg

Hampir magrib yang punya beludru datang. Menukar beludru dengan uang. Alhamdulillah. Bungsuku loncat-loncat sambil berucap "yeeeee mamak kaya." Hahahahahaha. Definisi kaya bagi anak-anakku sangat simpel. Asalkan ada uang tiap kali mereka meminta 2000. Sesederhana itu definisi kaya bagi mereka untuk sekarang. Alhamdulillah. Bersyukurlah.

Semua telah dirumah. Hari sudah magrib. Tiba-tiba terdengar salam. Aku yang paling dekat dengan pintu depan membuka pintu. Rupanya kakakku yang nomor 2 pulang tanpa pemberitahuan. Anak-anak riuh. Sifat asli saat berkumpul dirumah emah. Teriakan saat berjumpa tak terelakkan. Untuk magrib mereka sudah diam. Ayahku yang mengkomando.

Usai shalat semua berkumpul sambil bercengkrama. Adikku yang rumahnya berjarak sekitar 2 KM dari rumah emak pun pulang. Emang hampir tiap hari sih ia pulang. Tapi inikan tambah rame. Anak-anakku bermain ala mereka. Kami berkumpul ala kami.

Compress_20240205_091408_8222.jpg

Compress_20240205_091408_8082.jpg

Salam rindu para sedarah. Luv yu full.

Ini diarygameku. Pengabadian keseharianku berbatas maut.

@dhafwa

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

Walaupun sibuk dan lelah, yang penting happy selalu

Benar bapak karena keadaan melarang istirahat.😁