The Diarygame 220124: Melayani Bungsuku yang Ngambek

in hive-103393 •  10 months ago 
Menjahit. Tetap.

Compress_20240207_115318_8945.jpg

Senin memang sibuk. Walau kerjaku dirumah tetap saja. Yang namanya Senin, tetap Senin yang dikenal hari Senin.

Aku meninggalkan kamar. Setrika harus kupanaskan. Seragam sekolah dua anakku belum kusetrika. Aku terlalu sibuk dengan mesin jahit dan entahlah. Yang jelas menyetrika salah satu pekerjaan yang tidak kugemari. Karena memang pada dasarnya aku pemalas. 😁 Tapi sekarang menyetrika akan kulakukan saat jahitan sepi. Aku butuh pemasukan rutin untuk 3 anakku.

Compress_20240207_115216_6438.jpg

Selesai dengan seragam merah putih, aku menuju kamar membimbing dua anakku yang akan kesekolah. Mereka masih mengobrol yang akupun tak paham apa yang selalu membuat mereka tertawa atau tiba-tiba salah satunya tertawa atau berteriak marah. Jadi teringat masa kecilku.

Setelah sarapan mereka berangkat dengan sepeda. Aku menuju mesin jahit lagi. Hal yang bisa kulakukan untuk menghasilkan uang.

Compress_20240207_115214_4148.jpg

Hampir jam 9 aku mendengar panggilan bungsuku. Aku menuju kamar. Ia masih berguling-guling dikasur sambil tersenyum melihatku. Aku baru mau mengajaknya bangun, tapi lebih dulu ia memintaku berbaring bersamanya.

Hampir 30 menit aku menjawab dan bertanya dengan bungsuku, ia baru mau kuajak mandi dan sarapan. Setelahnya aku membiarkan bungsuku bermain dengan Nindy. Ia meminta ponsel untuk berfoto.

Aku kembali menjahit. Agar cepat selesai. Masih dengan Pinto Aceh sisa kemarin. Anak-anakku pulang dari sekolah. Bungsuku semakin asyik bermain. Aku lanjutkan jahitan yang sedikit lagi supaya lepas Zuhur bisa beralih ke rencong.

Compress_20240207_115213_3671.jpg

Semua siap. Aku memutuskan untuk makan siang dengan yang lain. Dapur tempat ternyaman berkumpul. Tapi aku tak pernah mengabadikan tempat ini disteemit, adik-adikku tak mau kufoto.

Usai dengan makan aku menuju kamar. Shalat dan dua anakku harus pergi mengaji. Teman sulungku telah menanti diluar. Sedang dua anakku Masi berebut sajadah. Sulungku beruntung punya teman yang sabar.

Setelah kedua anakku kepengajian siangnya, aku mengajak bungsuku tidur. Tapi ia tak mau, padahal matanya sudah memerah. Aku memintanya untuk berfoto agar ia melihat matanya yang memerah. Tapi ia lebih memilih tidur karena takut matanya hilang.

Aku berbaring sejenak, sambil meng scroll benda pipih sejuta umat. Tak lama aku keluar menuju mesin jahit. Kudengar adik-adikku tengah berkumpul. Entah apa yang mereka lakukan. Aku lebih memilih ke mesin jahit agar rencongnya cepat selesai.

Ashar, aku meninggalkan mesin jahit sejenak. Setelah usai 4 raka'at, aku kembali menuju mesin jahit. Bungsuku belum bangun.

Compress_20240207_115214_4900.jpg
sudah gagangnya

Hampir jam 5 aku mendengar panggilan bungsuku. Aku menuju kamar. Rupanya ia sudah dikerumuni. Tapi ia maunya denganku. Semua tertawa melihat tingkahnya yang mengerucutkan bibir sambil melipat tangan didada. Ia duduk. Katanya aku lama. Padahal aku tak mendengar panggilannya. Suara mesin jahit mengalahkan suaranya yang baru bangun tidur. Aku menggendongnya, semua keluar dari kamarku. Aku ikut keluar, bungsuku minta mandi di ember.

Compress_20240207_115319_9137.jpg

Setelah selesai bungsuku mandi, aku menggendongnya kedalam. Ia masih mode ngambek. Usai berpakaian dua anakku mengajaknya jajan. Aku memberi mereka masing-masing 2000.


Usai magrib aku melanjutkan menjahit. Anak-anakku bermain dengan super. Saat aku menoleh saat hampir setengah 10 Sekelilingku super berantakan.

Compress_20240207_124514_4254.jpg
rupanya tak semua bagian terabadikan. Fotografer mode mengantuk

Aku mengajak mereka membereskan. Walau sambil ngomel mereka membereskannya. Setelahnya aku menuju kamar. Untuk bersua dengan mimpi.

Salam @dhafwa

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.