Ketika bersih-bersih lemari buku di rumah, saya menemukan buku Biografi Raja Nagan, dicover bagian dalam ada tulisan hitam lengkap dengan tanda tangannya. Ternyata buku itu didapat langsung suami saya dari sang raja.
Sang raja yang menulis buku itu adalah Ketua Khazanah Raja-Raja Aceh, Teuku Raja Zulkarnain bin Teuku Raja Ansari bin Teuku Raja Syam yang merupakan Raja Nagan. Karena menarik, maka saya pun membacanya ke halaman belakang yang berisi profil penulisnya.
Saya penasaran dengan sosok raja yang menulis buku ini. Dari saya saya baru mengetahui kalau penulisnya benar-benar keturunan raja. Ia adalah anak dari Teuku Raja Ansari. Dan Teuku Ansari ini anak dari pasangan Teuku Raja Syam dengan Cut Keumala binti Teuku Raja Diwan. Menariknya, Teuku Zulkarnain yang keturunan raja Nagan ini ternyata seorang antropolog. Ia kuliah doctoral (S3) di jurusan ilmu sosial antropologi.
Buku setebal 218 halaman ini memang menceritakan silsilah Raja-raja Nagan, yang Teuku Zulkarnain sendiri merupakan bagian dari silsilah tersebut, ia sendiri yang kini didapuk sebagai Raja Nagan. Buku ini diterbitkan sebagai upaya untuk melestarikan warisan sejarah dan kekayaan khazanah sejarah raja-raja di Aceh.
Yang lebih menarik lagi, ternyata buku ini juga membahas tentang peran orang-orang Turki di Aceh. Ada tentara atau mualem dari Turki yang dikirim ke Aceh untuk membantu Aceh, ternyata mereka tidak kembali lagi ke Turki tapi hidup dan berkeluarga di Aceh. Salah satunya dalam buku ini dikisahkan tentang Poterayet asal Turki yang membantu membuka ladang dan perkebunan di Aceh.
Selain itu di dalamnya buku ini juga membahas tentang sejarah awal mula pembentukan Khazanah Raja-Raja Aceh sebagai forum silaturrahmi pewaris raja-raja Aceh, karena dulu setiap daerah di Aceh dipimpin oleh raja-raja di wilayah masing-masing, salah satunya adalah Raja Nagan yang ditulis dalam buku ini.
Membaca buku ini kita jadi tahu, ternyata masih banyak keturunan para raja yang hidup di Aceh, walau dalam kesehariannya para keturunan raja-raja itu hidup tak jauh beda dengan rakyat biasa.
