Apa kabar rekan-rekan stemian semua. Hari ini saya mau berbagi cerita di diary game better life tentang “Memori Mie Caluek”. Cerita bermula ketika tadi pagi abang saya yang datang dari Kota Langsa untuk suatu keperluan di Banda Aceh, beliau singgah di rumah.
Mengetahui kedatangan abang saya itu, kakak saya yang tinggal di Aceh Besar juga ke rumah. Jadilah reuni kecil-kecilan, pertemuan keluarga yang terpisah karena tinggal di daerah yang berbeda.
Ketika kami kumpul-kumpul di rumah bersama anak-anak, kami banayk bercerita tentang kampung halaman kami di Meureudu, cerita masa lalu yang entah kemana-mana, sesekali ada tawa juga mengenang masa-masa kecil dulu, termasuk tentang memori mie caluk Meureudu.
Ketika bicara tentang mie caluek, kakak saya langsung ngomong tentang mie caluek lapangan Meureudu di depan Meuligoe Bupati Pidie Jaya. Katanya, kalau pulang kampung atau ada perjalanan ke luar daerah, asal sampai di Meureudu jika sore hari dia pasti ke lapangan Meureudu, memborong mie caluek beberapa bungkus untuk dibawa pulang ke Banda Aceh.
Abang saya yang tinggal di Langsa rupanya tidak tahu tentang adanya Mie Caluek Lapanga Meureudu yang sangat menggugah selera itu, apa lagi kalau dimakan pagai bakwan potong kecil-kecil ditambah kuah yang banyak sediikit, pingin nambah terus rasanya.
Karena serunya bicara mie caluek Lapangan Meureudu itu, suami saya kemudian ikut ngomong, katanya nanti siang dibuatkan mie caluek di rumah. Suami ngomong begitu karena saya memang sering masak mie caluek di rumah kalau ada pertemuan dengan ibu-ibu komplek atau ada arisan.
Maka, tak lama kemudian berangkatlah suami saya ke pasar untuk membeli mie lidi dan segala keperluan untuk membuat mie caluek. Soal ini suami saya jagonya, karena sudah keseringan membeli bahan-bahan untuk mie caluk, jadi sudah tahu semua yang diperlukan. Masalahnya hanya satu, belinya kadang kebanyakan dan kemahalan. Maklum kalau bapak-bapak yang belanja tidak main tawar-tawar, belinya pun kadang melebihi kebutuhan.
Mie caleuk siap dibagikan untuk tetangga
Pukul 10.00 WIB lewat sedikit suami sudah bawa pulang semua bahan yang diperlukan untuk bikin mie caluek. Maka kini giliran saya yang akan repot di dapur. Saya dibantu kakak saya kemudian berjibaku di dapur, anak-anak juga sudah tak sabar ingin makan mie caluek, mereka bolak balik dari ruang tamu ke dapur memperhatikan saya dan kakak memasak.
Jelang siang semuanya sudah siap, mie caluk dihidangkan ke ruang tamu, kami semua menyantapnya dengan lahap. Karena bikinnya banyak tak lupa saya buat beberapa cup untuk dibagi kepada para tetangga. Mie caluk memang sesuatu banget, apa lagi bikinan sendiri. Begitulah cerita saya hari ini, bagaimana ceritamu?