Hari ini tak banyak kegiatan saya di rumah, selain memandu kedua putri saya sekolah daring. Waktu luang saya gunakan untuk membaca buku. Tapi ada cerita timphan asoe kaya dan luka Pidie Jaya dalam diary saya hari ini.
Azan subuh membangunkanku, segera ku menyucikan diri dan melaksanakan shalat, setelah itu beranjak ke dapur untuk masak. Tak banyak yang perlu dilakukan di dapur selain membuat nasi goreng kampung kesukaan anak-anak, serta memanasi lauk sisa tadi malam.
Karena sekolah sudah tidak lagi melakukan pembelajaran tatap muka, saya bisa leluasa melaksanakan rutinitas olah raga pagi jalan-jalan keliling kampung bersama ibu-ibu komplek. Saya juga keluar lebih cepat karena ingin mengambil timphan asoe kaya pesanan saya pada tetangga di lorong depan komplek.
Timphan asoe kaya itu sudah beberapa hari lalu saya pesan, saat mengantar baju si kakak untuk dipermak, kebetulan ibu itu selain menjahid juga sering membuat kue-kue basah. Saya pesan timphan asoe kaya itu untuk bekal si kecil yang masih sekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Soalnya pihak sekolah sudah mewanti-wanti agar anak-anak tidak dibekali dengan jajan dari warung. Lebih bagus bekal atau makanan langsung dibawa dari rumah.
si kecil siap-siap belajar daring
Ketika sampai di muka lorong saya berjumpa dengan tetangga yang juga lagi siap-siap untuk jalan-jalan pagi. Kami pergi bersama mengelilingi komplek, saya juga mengajaknya untuk jalan lebih jauh ke depan ke gerbang kampung, untuk mengambil pesanan timphan asoe kaya yang saya sebutkan tadi.
Sampai di sana saya segera mengambilnya. Lalu kami melanjutkan perjalanan kembali ke komplek perumahan. Timphan asoe kaya dalam plastik itu saya tenteng. Kini timphan asoe kaya ini tidak dibawa ke sekolah, karena sekolah tidak lagi memberlakukan pembelajaran tatap muka. Tapi tidak apa, biar dimakan bersama di rumah.
Sampai di rumah, timpham asoe kaya itu saya berikan kepada anak pertama saya yang lagi asyik nonton TV di ruang tamu sambil sarapan bersama adiknya. Sementara saya membersihkan halaman dan mencabut rumput di sela-sela pot bunga yang sudah menyemak. Ketika saya masuk ke rumah, saya lihat kedua putri saya masih lalai di depan TV, sementara si kakak belum mengisi absen online yang dikirim wali kelasnya. Karena belajar daring, setiap pagi si kakak diharuskan mengisi absen online.
si kakak bengong menghafal bahasa Arab
Setelah sarapan dan mandi, saya keluar lagi duduk di teras menunggu tukang sayur dan tukang ikan lewat. Tapi hingga pukul 09.00 WIB tukang ikan tidak lewat, hanya tukang sayur saja yang datang, itu pun setelah ditelepon oleh tetangga depan.
Tiba-tiba pesan dari group sekolah kedua putri saya masuk berbarenngan. Si kakak diberi tugas oleh gurunya untuk menghafal beberapa kata dari bahasa Arab, sementara si adik diminta untuk menghafal surat Alfatihah. Saya harus memvideokan keduanya untuk segera kirim ke wali kelas mereka.
Mengatahui ada tugas dari sekolah, si adik langsung mandi. Usai mandi ia langsung berpakaian rapi dibantu ayahnya. Setelah berpakaian rapi si kecil segera menjumpai saya, saya pun merekam hafalannya, lancar tak terkendala, lalu videonya saya kirim ke group WA Kelas TK anak saya.
Yang sedikit susah merekam video si kakak menyebut anggota tubuh dalam bahasa Arab. Ketika pertama mencoba lancar jaya, tapi ketika direkam ada yang lupa dan ketinggalan disebutkan. Saya memintanya untuk terus mengulang, ia sempat kesal karena sering salah. Tapi karena saya paksa terus akhirnya bisa juga.
Sampai Pak Bos mau Jumatan, tukang ikan belum juga datang. Saya meminta Pak Bos untuk beli ayam potong saja. Pak Bos pun keluar untuk membelinya. Setengah jam kemudian Pak Bos pulang. Ayam saya bersihkan dan ungkep, kemudian beberapa potong saya goreng. Ketika Pak Bos pulang dari masjid semua hidangan sudah siap di meja.
6,5 SR Luka Pidie Jaya
Usai shalat zuhur saya temani putri kecil saya tidur siang, saya pun tertidur di sampingnya, dan baru bangun sekitar jam tiga sore. Saya tidak tahu harus buat apa lagi, akhirnya saya buka lemari buku Pak Bos mencari buku yang mungkin enak dibaca untuk mengisi waktu luang. Dan buku “6,5 SR Luka Pidie Jaya” menyita perhatian saya. Segera saya ambil buku itu dan membacanya.
Awalnya saya penasaran, apa yang mebuat luka Pidie Jaya daerah tempat saya lahir dan besar. Setelah membuka dan membaca isinya, saya baru paham ternyata itu buku kumpulan puisi penyair Nusantara yang mengabadikan Gempa 6,5 SR di Pidie Jaya pada 7 Desember 2017 silam. Ada 151 penyair nasional yang mengisi buku itu dengan puisi-puisinya. Dan salah satunya ternyata ada nama Pak Bos yang menulis puisi tentang Pantai Manohara dan dampak gempa yang menyebabkan 102 orang meninggal dunia.
Setelah shalat asar saya pun bergabung dengan tetangga, bincang-bincang di warung dalam komplek, memupuk kebersamaan, pagi jalan bersama, sore cerita bersama hingga menjelang magrib. Begitulah cerita saya hari ini.
mantap x bekal si kecil kk, timphan asoe kaya 😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
iya kesukaannya itu, makanya dipesan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
biar jangan lekang dari ingatan anak2 makanan Indatu jaman dulu, mantap kak..💪
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Postingan ini telah dihargai oleh @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.
Ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info tentang Steemit dan kontes.
Anroja
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
terimakasih atas dukungannya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit