Hari ini tak banyak kegiatan, selain rutinitas olah raga ringan, jalan-jalan keliling komplek di pagi hari, lalu pulang bikin bakwan jagung untuk cemilan, dinikmati bersama anak-anak dan tentunya berbagi untuk tetangga.
Usai shalat subuh, saya bersama putri pertama saya seperti biasa jalan-jalan keliling komplek. Anak saya yang badannya agak gemuk itu ingin tiap pagi olah raga untuk mengurangi berat badan. Tapi belum berhasil juga, karena setelah olah raga yang melelahkan, ia isi lagi kalori ke tubuhnya dengan beragam makanan. Tapi gak apa-apa, yang penting tiap pagi saya punya kawan jalan-jalan, selain dengan ibu-ibu komplek yang juga punya kebiasaan yang sama.
Tapi tadi pagi, Senin, 5 Juli 2021, ketika saya dan anak saya sudah selesai keliling komplek perumahan, di lorong masuk sebelah selatan, dua ibu-ibu kawan saya ngerumpi tiap hari sudah menunggu, saya pun ikut gabung bersama mereka, sementara putri saya kembali ke rumah.
Bakwan jagung hasil kreasi sendiri
Kami melanjutkan jalan-jalan ke luar komplek, mengelilingi kampung, tapi kali ini tidak ke arah selatan, arah jalan di tengah sawah yang sering kami lalui, itu harus jauh memutar lewat lorong kampung sebelah. Kami memilih jalan ke arah timur, ke gerbang masuk ke kampung, lalu memutar ke utara ke jalan raya, hingga kemudian sampai di gerbang kampung satu lagi, dan masuk lagi ke kampung kami, hingga pulang ke komplek, ke rumah masing-masing.
Sampai di rumah, saya lihat Pak Bos berama anak kedua kami lagi baring di depan TV, si kecil memang jarang ikut jalan-jalan pagi, ia lebih suka nonton TV ditemani ayahnya. Sementara putri pertama kami yang tadi ikut jalan-jalan, saya lihat lagi sibuk di dapur. Ternyata ia lagi goreng nasi ala kampung. Putri saya yang baru naik kelas V itu memang tak tahan lapar. Ia bela-bela mau bikin nasi goreng sendiri, tak menunggu saya pulang.
Saya lihat di atas meja minibar di dapur rice cooker juga sudah tercolok ke arus listrik. Tapi saya tidak tahu siapa yang masak. Kata ayahnya sih, putri saya yang lagi bikin nasi goreng itu yang cuci beras, tapi karena tak tahu takaran airnya, ia minta ayahnya untuk cek sebelum kemudian dimasukka ke rice cooker. Saya buka tudung saji di meja makan juga sudah ada dadar goreng isi kentang yang masih panas. Dalam hati berkata, “Ada apa gerangan rajin benar pagi ini anak saya itu.”
Untuk menghargai hasil kreasinya itu, saya ikut makan nasi goreng kampung bikinan anak saya itu. Rasanya lumayan untuk “chef” pemula yang belum tamat sekolah dasar itu. Sementara putri kedua saya yang tadi noton sama ayahnya, saya lihat sudah ganti baju, dari baju tidur ke baju lain, ia juga sudah pakai masker dan jilbab, siap jalan-jalan dengan ayahnya mencari jajanan.
Menggoreng bakwan jagung
Setelah mandi saya bisa istirahat, karena tak ada yang perlu dikerjakan. Tapi tiba-tiba saya ingat ada tiga jagung manis, wortel dan udang sisa kemarin di dapur. Timbul ide untuk membuat bakwan jagung. Ketiga jagung itu muda saya pipil ambil bijinya dengan pisau, wortel saya parut, lalu udang sisa kemarin di kulkas saya potong kecil-kecil, saya aduk dengan tepung dan telur. Jadilah bahan untuk bikin bakwan jagung.
Bahan itu kemudian saya goreng satu dengan ukuran sesuai selera. Tak lama kemudian bakwak jagung siap disajikan. Tak lupa saya pisahkan sebagian saya masukkan ke dalam cup untuk diantar ke tetangga. Begitulah cerita saya hari ini, bagaimana ceritamu?
penampakan sebelum digoreng