My Diary, Selasa 6 Agustus 2024: MEMBANGKITKAN NASIONALISME MELALUI LITERASI SEJARAH

in hive-103393 •  4 months ago 

IMG_20240806_120616.jpg

LITERASI SEJARAH

Pagi ini cuaca begitu sejuk setelah menerima guyuran hujan semalam. Aroma segar begitu terasa membuat adrenalin bergerak perlahan tapi pasti. Setelah sarapan bersama, aku mulai berangkat mengajar sambil mengantar putra bungsuku ke sekolah.

Tiba di simpang pertamina, aku pun mulai mengendurkan gas untuk melirik ke segala arah guna memastikan jalanan aman, maklum lampu lalu lintas pertama yang aku lewati selalu tidak pernah mengeluarkan warna alias padam. Ada keruwetan kecil akibat tidak berfungsinya lampu pengatur para pengguna jalan yang saling berlomba mengejar waktu.

IMG_20240806_095108.jpg

PERSIMPANGAN BANK ACEH

Setelah mengantarkan anakku, perjalanan berlanjut melewati lampu lalu lintas ke dua. Banyak papan bunga memperingati ulang tahun Bank Aceh ke 54, aku hanya tersenyum sambil belok kiri jalan terus. Sembari melewati kantor POS aku melirik ke kanan terlintas dalam pikiran, apa Bank Aceh ada promo diskon kredit atau pemutihan kredit ya?.

Sampai di sekolah, aku langsung menuju pustaka karena ada sesuatu yang harus kupersiapkan. Menjelang keberangkatan mengikuti rangkaian Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) ada beberapa artikel terkait nasionalisme yang perlu disiapkan.

PUSTAKA SEKOLAH

Pojok Bank Indonesia (BI) menjadi spot favorit di dalam pustaka. Semenjak hadir bantuan dari BI guna memperkuat literasi para siswa, banyak jenis buku yang tersedia di sana. Utamanya seri buku bangga Indonesia sangat sesuai untuk referensi penulisan artikel. Bagian dalam buku yang saya baca selain memuat tentang sejarah awal terbentuknya Indonesia, juga berisikan gambar berbagai peristiwa penting di Republik ini. Sehingga menguatkan imajinasi kita ketika sedang membaca buku tersebut.

Lagi asyik membaca, masuk dua orang siswa yang juga punya hobi sama. Mereka menikmati pojok baca BI dengan gembira. Matanya berbinar-binar melihat novel romantis. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka, bagiku ada kebanggaan tersendiri berjumpa dengan siswa di pustaka.

Selama ini perpustakaan hanya digunakan untuk meminjam buku paket mata pelajaran. Sangat jarang siswa mau membaca buku apalagi meminjamnya. Padahal sekolah dan Bank Indonesia sudah berusaha maksimal memberikan fasilitas serta layanan terbaik namun tetap saja minat baca siswa masih rendah.

Amat wajar ketika aku memberikan pendalaman materi tentang proses terbentuknya rasa nasionalisme menjadi sesuatu yang aneh bagi mereka. Sebagai contoh, ada sebagian dari siswa kelas X yang tau tentang peristiwa Rengasdengklok, namun mereka tidak paham latar belakang dari peristiwa tersebut. Untuk itu dibutuhkan literasi sejarah yang yang memuat cerita tentang suatu peristiwa beserta gambar sebagai dokumen sejarah.

Perpustakaan sebagai sarana belajar harus di dorong agar lebih maksimal. Aku pernah mengusulkan pada rapat rutin awal tahun pelajaran bahwa pihak sekolah harus melakukan intervensi terhadap peningkatan literasi para siswa dengan cara, dua jam sebelum waktu pembelajaran berakhir, pustaka bisa digunakan sebagai pengganti kelas.

Guru beserta siswa melanjutkan belajar di pustaka dan 30 menit sebelum bel pulang berbunyi, mereka wajib membaca buku fiksi, majalah, koran atau jenis buku apapun selain buku paket. Jika ini tidak di lakukan, kapan para siswa bisa membaca buku, mana mungkin mereka masuk pustaka saat bel istirahat, kalah pamor dengan kantin donk.

Untuk itu bagian kurikulum bisa mengatur jadwal kelas belajar di perpustakaan setelah jadwal shalat zhuhur berjamaah. Tentunya hanya satu kelas yang bisa masuk pustaka, dikarenakan keterbatasan tempat. Dengan adanya upaya yang masif dari pihak sekolah maka gerakan literasi nasional tidak menjadi "omon-omon" di daerah.

Dalam menyambut hari kemerdekaan Indonesia, alangkah indahnya jika pustaka juga memberikan hadiah bagi para siswa yang tercatat sebagai pembaca paling rajin. Sehingga diharapkan siswa tersebut bisa menjadi duta literasi di sekolah.

Tanpa terasa bel pulang berbunyi menandakan aku harus kembali ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Semoga di bulan Agustus ini ada banyak kegiatan yang mampu membangkitkan rasa nasionalisme, salah satunya melalui peningkatan literasi sejarah.

Sekian my diary, semoga para steemian semua dan komunitas Steem Sea selalu mampu menjaga budaya membaca, dengan banyak membaca maka akan memperkaya materi penulisan kita. SALAM LITERASI

Note: semua gambar koleksi pribadi

WASSALAM @fadthalib

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
image.png
please click it!
image.png
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)

The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.

Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.

Thank you very much for publishing your post in Steem SEA Community. We encourage you to keep posting your quality content and support each other in the community

DescriptionInformation
Verified User
Plagiarism Free
#steemexclusive
Bot Free
BeneficiaryNo
burnsteem25Yes
Status ClubClub5050
AI Article✅ Original (Human text!)
I invite you to support @pennsif.witness to grow across the whole platform through robust communication at all levels and targeted high-yield developments with the resources available.

Click Here

Kok tiba2 sudah 54 tahun saja itu Bank Aceh hahahah...

Gak terasa dah mau sama, hahaha

perasaan itu bank baru lahir habis tsunami hahahaha

Kapan buat lagi kontesnya 😁

Lagi mematangkan sebuah konsep kontes berkala yang mungkin akan diluncurkan tiap dua minggu atau sebulan sekali. Sabar dulu ya. Lagi meracik banyak hal: syarat, reward dan sistem reward (yang bisa bikin semua senang atau meminimalkan jumlah kekecewaan), sistem penjurian, dsb. Haha.

Kenapa Pak Guru bertanya tentang kontes? Apakah kontes membebaskan kita dalam menulis yang biasanya terpaku pada ciri khas komunitas? Menarik ini.

Saya sudah jenuh dengan model pertanyaan dan urutan langkah, jadi baiknya kontes yang lebih pada mengasah perasaan dan ide. Paling tidak kita bisa melihat ungkapan perasaan lewat untaian kalimat 😁

apa ada ide tertentu?

Ide khusus belum ketemu, nanti abis mandi garam rukhyat mungkin dapat petunjuk 😁