Betterlife, The Diary Game (Minggu, 2 Mei 2021): Menantikan Kedatangan Tamu Baru di Rumah Sakit Telaga Bunda Bireuen

in hive-103393 •  4 years ago 

50% rewards postingan ini akan saya donasikan kepada akun @steem.amal

Sahabat steemian…

Minggu (2 Mei 2021) pagi ini kondisi cuaca terasa sangat cerah. Secerah hati dan perasaan keluarga kami saat ini. Berharap juga semoga kabar baik menyertai kalian hari ini!

Pada Sabtu malam sebelumnya, mulai pukul 20.00 WIB, Mulyati, isteri saya mulai merasakan sakit pada bagian bawah dan sekitaran perutnya. Rasa sakit yang dirasakannya terus meningkat setiap 30 atau satu jam sekali.

Frekuensi sakit terus meningkat dan dalam durasi yang relative semakin lama dirasakan jelang subuh tersebut disebabkan oleh kontraksi bayi di kandungannya. Sehingga kami mengambil inisiatif untuk berangkat ke rumah sakit Telaga Bunda, Bireuen setelah shalat subuh.

Foto1: Kolase putra ke-5 kami, Muhammad Faqih sedang tertidur

Pada pukul 03.30 WIB dini hari, sambil mempersiapkan makan sahur, kami menyiapkan segala bekal yang akan dibutuhkan sang istri saat di rumah sakit. Termasuk persiapan selama “mengungsikan” anak-anak sementara waktu di rumah saudara di Bireuen.

Sekira pukul 05.50 WIB, dengan menggunakan mobil yang berjalan pelan, kami berangkat ke rumah sakit Telaga Bunda, Bireuen dan sampai di sana sekira pukul 06.28 WIB. Kami langsung menuju ruang Instalasi gawat Darurat (IGD) rumah sakit tersebut.

Selama di IGD, isteri saya (pasien) diperiksa dokter jaga dan perawat/ bidang di sana. Kemudian diambil, diambil sampel darah dan di tes alergi obat. Sementara saya berupaya menyelesaikan prosedur pendaftaran pasien di bagian depan.

Setelah melalui proses penanganan dan analisis keadaan pasien akhirnya disimpulkan bahwa proses penanganan persalinan harus dilakukan melalui operasi sesar. Mengingat posisi bayi dalam kandungan yang tidak memungkinkan untuk dilahirkan secara normal.

Akhirnya saya setuju dan pada pukul 07.25 WIB saya menandatangani prosedur untuk menjalani operasi sesar yang disodorkan pihak manajemen rumah sakit.

Foto2: Menunggu proses persalinan di depan ruang bedah

Selanjutnya pada pukul 07.31 WIB, pasien dibawa ke ruang bedah. Selama di ruang tersebut saya dengan cemas, deg-degan, namun sabar menunggu tepat di depan ruang bedah yang berada di lantai 3 rumah sakit tersebut.

Menurut perhitungan jam di android saya, dokter bersama timnya hanya butuh waktu kurang dari 20 menit setelah pasien berada di ruang bedah. Kemudian, suara tangisan bayi terdengar dari dalam ruang bedah.

Selang beberapa menit kemudian, salah satu petugas ruang operasi keluar dengan bayi di gendongannya. Kemudian Ia menyapa suami pasien atas nama Mulyati. “Bapak suaminya ibu Mulyati,” tanya petugas tersebut.

Dan saya dengan spontan menjawab. “Ya, saya suaminya Mulyati.” Kemudian Ia mengabari saya bahwa bayi yang digendongnya adalah putra kami (yang ke-5) yang baru saja dilahirkan memalui operasi sesar.

Sementara ibu bayi (pasien) masih menjalani penyelesaian operasi setelah bedah sesar. Selanjutnya memalui prosedur observasi beberapa jam, masih di ruang bedah.

Menurut petugas tersebut, pasca operasi sesar, seorang pasien harus menjalani tahapan observasi minimal dua jam. Hal ini penting guna memastikan kondisi kesehatan pasien akan terus membaik, dan mencegah terjadinya pendarahan hebat, katanya.

Foto3: Ilustrasi keaadaan bayi di ruang perawatan bayi
Sumber

Kemudian pada pukul 07.55 WIB, petugas membawa bayi kami meminta saya mengikutinya ke ruang rawat bayi di lantai pertama. Sambil menuruni lift, petugas menyampaikan beberapa hal terkait perawatan bayi yang lahir melalui operasi sesar.

Menurutnya bayi yang dilahirkan secara sesar harus menjalani masa observasi paling tidak delapan jam sebelum diserahkan kepada keluarga.

Sesampainya kami di ruang perawatan bayi, saya melihat ada sekitar enam bayi yang baru saja dilahirkan. Plus satu bayi kami yang barutiba di sana. Beberapa saat kemudian saya minta izin kepada petugas untuk mengumandangkan azan di depan putra kami.

Foto4: Saat menggendong Muhammad Faqih, sang tamu yang baru saja datang di keluarga kami

Di ruang bedah sudah menunjukkan pukul 10.25 WIB. Saat ketika masa observasi pasien selesai dilaksanakan. Kami siap-siap mengantar pasien menggunakan ranjang roda menuju kamar perawatan lanjutan.

Selama di ruangan kami bisa beristirahat bersama sambil sesekali saya menjenguk bayi kami yang masih dalam tahapan observasi di ruang rawat bayi, untuk memastikan keadaannya. Baru pada sore harinya si bayi Muhammad Faqik diantar ke kamar kami setelah kunjungan dokter untuk memastikan kesehatan bayi dan selesai tahap observasi.

Foto5: Kolase foto kami bersama bayi Muhammad Faqih di kamar rawat

Jam di dinding kamar terus bergerak saat kami menerima kunjungan keluarga dan tamu yang dating bergantian hingga jelang bukan puasa. Saya pun bergerak keluar mencari makanan berbukadi seputaran kota Bireuen.

Dan saatnya tiba berbuka. Sementara Muhammad Faqih tertidur pulas di di ranjang samping bundanya setelah mendapat cukup asupan Air Susu Ibu (ASI). Meski sesekali dia terbangun sambil menangis untuk kembali meminta tetesan cairan “putih” dari bundanya. Kemudian lelep kembali.

Foto6: Muhammad Faqih terlihat lelap di samping bundannya

Malam kian bergerak saat kaum muslimin melaksanakan dan menyelesaikan rangkaian qiamul laili. Saya terus menulis, dan melengkapi catatan diary untuk post ini yang sempat saya catat di android saat setiap prosesi kegiatan dan keadaan yang saya lalui pada siangnya.


Salam,

@farizalm | About me


Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Alhamdulillah selamat datang di dunia ananda Muhammad Faqih, semoga menjadi anak yang sholeh kebanggaan orang tua, agama, dan bangsa.

Makasih om @radjasalman. Amin. Terus doakan untuk kebaikan kami. Semoga yang mendoakan diberikan Allah melebihi doa terbaiknya untuk saudara yang lain.