Dua tahun telah berlalu sejak aku pertama kali menjejakkan kaki di gerbang FISIP USK. Aku pada awalnya mengira bahwa di ruang-ruang kelas dan koridor fakultas, akan kutemukan rekan-rekan yang punya sama dalam dunia kepenulisan digital, terutama pada platform yang tidak konvensional seperti Steemit.
Steemit adalah sebuah nama yang selalu kusebut dalam obrolan-obrolan ringan di kantin kampus, warung kopi (karena aku tidak suka main di perpustakaan—setiap main ke sana perutku suka mulas), hingga di bawah rindangnya pohon cemara pelataran FISIP. Sebagaimana yang aku praktikkan, Steemit adalah sesuatu yang aku yakini sebagai wahana ideal bagi pemikir pemula untuk meluapkan gagasan.
Ironinya, selama dua tahun itu pula, belum ada satu pun dari civitas akademika yang berhasil kudaftarkan akunnya di Steemit. Padahal tidak jarang, dalam perbincangan yang tampaknya sepele pun, aku mencolek platform ini pada teman-teman dan dosen-dosenku.
Sebagian besar dari mereka sudah tahu bahwa menulis adalah salah satu hobiku yang tak terbantahkan. Aku sering didapati membenamkan diri di balik layar laptop, aipet, dan tak jarang mengerlingi layar hp yang ukurannya tidak lebih dari 7 inch. Kedapatan sedang mengetik kata demi kata, membangun narasi demi narasi.
Mungkin inilah yang membuat beberapa dari mereka tertarik, meskipun belum secara gamblang kuceritakan bahwa Steemit telah menjadi ladang cuanku selama bertahun lamanya. Ketertarikan ini semakin membuncah ketika aku mulai berbicara tentang insentif—sebuah motivasi keduniawian. Intinya, dari obrolan-obrolan santai hingga diskusi serius, tampaknya ada secercah harapan bahwa beberapa dari mereka akan bergabung.
Aku pun kerap kali menjelaskan bahwa perjalanan menulisku tidaklah dimulai dari Steemit. Aku pernah memulainya dari platform blogging konvensional lainnya—Blogger, Kompasiana, hingga WordPress. Bedanya adalah platform-platform tadi akan memberikan insentif kepada penulis melalui iklan yang ditempatkan di laman blog, itu pun setelah pengguna mendaftarkan blog mereka ke AdSense dan mendapat persetujuan.
Jangan lupa bahwa proses monetisasi itu hanya akan terjadi jika pengunjung melihat atau mengklik iklan tersebut. Nominal insentifnya pun bisa sangat bervariasi tergantung pada traffic dan jenis iklan yang muncul. Steemit tidak bekerja dengan cara demikian. Kujelaskan pada mereka kalau di sini, aku mendapatkan insentif dalam bentuk koin STEEM (yang kuperoleh dari aktivitas menulis dan berinteraksi dengan sesama pengguna lainnya).
Sayang harapan terkadang harus berbenturan dengan kenyataan. Entah sudah berapa kali aku mencoba membantu kawan-kawanku membuat akun dan entah sudah berapa kali pula aku menemui jalan buntu. Kendala yang paling sering muncul adalah masalah teknis pada application programming interface (API) yang selalu saja berujung pada keterangan semacam "too many requests" etc.
Ada salah satu kawan tongkrongan yang paling antusias untuk memulai giat menulisnya di Steemit. Si kawan yang satu ini terhitung kritis, dalam artian ia selalu mempertanyakan segala sesuatunya dan tak mudah menelan jawaban normatif secara mentah-mentah—sama sepertiku. Aku percaya bahwa bagi seseorang dengan karakter seperti itu, menulis bisa menjadi jalan keluar dari segala keruwetan tesis dalam pikiran.
Aku melihat potensi yang cukup di dalam diri si kawan, dan kukatakan bahwa Steemit bisa menjadi medium yang tepat untuk menyalurkan pemikiran-pemikiran kritisnya. Lebih dari itu, kukatakan pula bahwa jika beruntung, ia bisa mendapatkan reward dari Steemcurator. Sesuatu yang tentu saja menambah daya tarik.
Setelah beberapa kali mencoba mendaftar akun, yang kami dapat hanyalah notifikasi gagal lagi, gagal terus. Aku menyarankannya untuk mencoba di hari lain. Esok, lusa, tulat, tubin, dan seterusnya—sampai muak. Tidak kudapati update terbaru mengenai kelanjutan proses pembuatan akunnya sampai hari ini. Mungkin nanti aku akan menghubunginya lagi.
Kegagalan teknis semacam ini membuatku khawatir. Dalam beberapa hari ke depan, aku diundang untuk mengisi sebuah acara yang diselenggarakan oleh kawan-kawan ormawa. Acara dengan tema besar tentang prestasi dan akademik itu memberiku ruang untuk berbicara selama kurang-lebih 30 menit. Rencana awalku adalah memanfaatkan momen ini untuk "mempromosikan" Steemit secara terselubung—sebagai agenda tersembunyi dalam presentasiku nantinya.
Worst scenario-nya adalah… bagaimana jika nanti banyak peserta tertarik untuk membuat akun secara massal, dan tiba-tiba kendala yang sama datang lagi. Akan sangat gong dan dongkolnya aku karena telah mengantarkan mereka ke sebuah jalan buntu.
Jadi, apakah aku akan tetap mempromosikan Steemit? Tentu saja, tapi agaknya aku harus lebih berhati-hati dalam melakukan promo steem. Alih-alih berfokus pada insentif, aku bisa lebih menekankan pada manfaat menulis itu sendiri. Tentang kegiatan menulis yang bisa dijadikan sebagai media ekspresi, membuka wawasan, memperluas jejaring, serta membuka jalan untuk aktualisasi diri.
Jika di perjalanan nanti kendala teknis kembali terjadi, mungkin aku harus bersiap dengan strategi lain. Siapa tahu ada solusi alternatif yang bisa ditemukan, atau barangkali ada platform lain yang bisa menawarkan pengalaman serupa tanpa menghadapi hambatan-hambatan ini. Bercyanda LOL.
Tak ada gading yang tak retak, tiada mawar yang tak berduri. Platform ini pun ada kurangnya…
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Click Here
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasihh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations, your post has been successfully curated by Team 7 via @𝐢𝐫𝐚𝐰𝐚𝐧𝐝𝐞𝐝𝐲
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
TYSM
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semangat terus promo steem nya kak firya, semoga steemit semakin maju di masa depan, mungkin saat ini beberapa teman kak firya belum terlalu tahu tentang apa itu dunia steemit dan kripto, suatu saat nanti saat mereka sudah mengerti apa itu kripto dan keunggulannya pasti mereka akan mencari kak firya lagi buat bergabung di steemit. 😊💪
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah terima kasih untuk dukungannya, bang. Perkaranya bukan mereka tertarik dengan Steemit atau tidak, tetapi proses registrasi Steemit yang error terus menerus. Padahal, bukan 1-2 orang yang tertarik untuk bergabung. Betapa sedihnya…
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya juga pernah mengalami hal tersebut saat membantu pendatang baru bergabung di steemit, tapi setelah menunggu beberapa hari dan mencobanya kembali akhirnya bisa kak.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terpantau sampai saat ini belum bisa bang…:D
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semoga saja cepat bisa kak💪
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit