Hari ini 7 Mei 2021, Dosen Fakultas Hukum Dr. Sulaiman memajang foto koran Kompas yang berisi peta wilayah pelegalan ganja untuk medis, medis dan rekreasi, dan pelarangan di seluruh dunia. Nah, uniknya negara-negara yang melegalkan ganja, baik itu hanya untuk medis ataupun sekaligus untuk rekreasi, negara-negara maju. Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat yang dikenal maju. Di foto khusus wilayah USA, tampak hanya beberapa negara bagian yang melegalkan ganja.
Ketika saya tanyakan di kolom komentar facebook di bawah postingan foto tersebut; apakah itu Harian Serambi Indonesia, beliau menjawab, itu punya lama dari Kompas. Mungkin paskaviral pernyataan Rafly Kande di Senayan. Rafly sendiri seorang anggota DPR RI yang juga musisi asal Aceh yang menyampaikan nilai ekonomis dari ganja. Tetapi kemudian Rafly buru-buru menarik kembali pernyataannya. Banyak yang menganggap perubahan sikap Rafly karena desakan PKS, partainya. Partai berideologi Islam tersebut tidak mau citranya rusak sebab ganja dan haram seakan saudara kembar.
Menariknya hari ini Dr. Sulaiman memposting denah legal ganja dunia dari Kompas. Apakah akademisi Unsyiah ini akan menulis buku tentang ganja? Selama ini Aceh di mata nasional, seakan ada label khusus: daerah pemberontakan dan ganja (mungkin sekarang ditambah sabu). Jika benar akan ada buku baru mengenai ganja dan informasi di balik pelegalannya di banyak negara-negara maju, kita berharap barangkali status ganja di Indonesia bisa dimodifikasi.
sumber
Harapan akan ganja semoga tidak terlalu berlebihan. Apalagi jika sampai berandai-andai, jika ganja kemudian dapat dimasukkan dalam kategori rempah mulia layaknya lada, pala, atau kapur barus di zaman dulu, Aceh adalah Brunei Darussalam selanjutnya. Profesor Musri Musman, akademisi Unsyiah lainnya, menyebut banyak sekali manfaat ganja. Melalui proses tertentu tanaman ganja dapat diolah menjadi berbagai produk, tidak hanya obat. Batangnya sangat baik untuk menggantikan bahan baku batangan kayu untuk dijadikan kertas misalnya. Minyak ganja bisa menggantikan minyak sawit yang bahkan lebih baik karena kandungan kolesterol nol persen.
Paskapernyataan Rafly sejumlah media cetak atau elektronik televisi pun mengundang banyak kalangan membahas ganja. Baik itu tinjauan medis, sejarah, dan perubahan kebijakan di banyak negara maju. Bahkan kasus Fidelis sedih yang mengobati istrinya diungkapkan kembali. Namun, kemudian yang terjadi kasus ganja kembali diam. Tetapi hari ini Dr. Sulaiman memposting denah negara yang melegalkan dan tidak melegalkan ganja. Kita pun mengajukan tanyaan, apa dengan ganja.