Welcoming God

in hive-103393 •  4 years ago 

In an endless space
Spaceless
He destined all of our destinies
In the uncontested commandment of fate
Wounds, minds, jokes, cries and hopes
You are the All-Knowing
With all Your majesty
Have ordered us to do anything

But we know it's best for us
If you put it in wait for the heat of an uncertain fate
You are smarter than our imaginations which are now selling pictures
You know better what our worth is
In the whir of a culture that is no longer patient with each other

Oh, my God
It is not that we are discouraged, or that we are prejudiced
Changing destiny may be just our shortsighted discourse
Meanwhile you have written down which direction we are walking
When do we get home and where do we stop

Oh, my God
Really our knowledge of secrets is very little
I wish it made us arrogant
Then forgiveness is what we long for
In the midst of his arrogance, a burning desire inside
Will tomorrow still be like this
Draw yourself sticking to the trees
Hugging the cold wind in solitude on the pillars of the building
Duh, where is our honored soul
Bahasa

Menyambut Tuhan

Di ruang tak bertepi
Tak beruang
Dia menakdirkan semua nasib kita
Dalam titah tak terbantah takdir
Luka, cita, canda, tangisan dan harapan
Engkau Yang Maha Tahu
Dengan segala keagungan-Mu
Telah menitahkan kami untuk melakoni apa saja

Namun kami tahu itu yang terbaik untuk kami
Andai engkau letakkan di dalam tunggu panasnya nasib tak menentu
Engkau lebih pintar dari hayalan kami yang kini menjual gambar
Engkau lebih tahu kelayakan apa yang pantas untuk kami
Dalam desingan kebudayaan yang tak lagi saling sabar

Ya, Tuhan
Bukan kami berputus asa, atau kami berburuk sangka
Mengubah takdir mungkin itu hanya wacana pikiran picik kami
Sedangkan engkau sudah menuliskan ke arah mana kami berjalan
Kapan kami pulang dan dimana kami berhenti

Ya, Tuhan
Sungguh ilmu kami tentang rahasia sangatlah sedikit
Seandainya saja itu membuat kami angkuh
Maka keampunan yang kami dambakan
Di tengah pongahnya hajat membara di batin
Akan kah hari esok masih seperti ini
Menggambar diri menempel di pepohonan
Memeluk dingin angin dalam kesendirian di tiang-tiang bangunan
Duh, kemanakah jiwa terhormat kami

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!