Ini kisah fable lainnya di Aceh. Kisah seorang Ampon yang tertidur di sawah, kisah tentang balas budi yang langka dan mahal. Kisah yang mengajarkan kita untuk tahu berterimakasih.
Baiklah, tanpa memperpanjang pengantar, mari dengar kisah ini. Sahibul hikayat bercerita, di sebuah kampung yang tak disebut namanya, terjadi penyakit keracunan. Untuk mengobati penyakit itu dibutuhkan bisa ular sebagai anti racun.
Maka, ular-ular kobra di setiap sudaut kampung diburu, sehingga hanya tinggal beberapa ekor saja. Pada hari Ampon tertidur di sawah itu, seekor ular kobra lari ke sana karena dikerjar oleh pemburu. Mulut Ampon yang terbuka membuat ular itu dengan mudah masuk ke kerongkongannya.
Ampon kaget, tapi ular berjanji tak akan mencelakainya, asalkan diizinkan bersembunyi di kerongkongan si Ampon. Tapi, ular ingkar janji, ketika para pemburu pulang, ia tidak mau keluar, ia sudah nyaman berada dalam kerongkongan Ampon.
Tapi Ampon tak hilang akal, ia mendatangi bangua, yang sedang mencari ikan di pinggir sawah, ia memberi kode pada bangau bahwa ada ular di kerongkongannya. Ampon bekerja sama dengan bangau, ketika Ampon buka mulut, bangau mematuk kepala ular dan menariknya keluar. Ular yang tak tahu balas budi itu pun kemudian mati.
Timbul kekhawatiran Ampon, jangan-jangan ada bisa ular yang tertinggal di mulutnya. Mendengar itu bangau memberi saran, bahwa obat untuk menghilangkan bisa ular adalah makan hati lima burung berbulu putih.
Ampon pun kemudian mencekik bangau yang menyelamatkannya itu. “Kamu adalah salah satu burung berbulu putih, hatimu akan jadi yang pertama dari lima hati yang harus kumakan,” kata si Ampon. Maka hikayat tak tahu balas budi seperti ular tadi itu pun dilakoni si Ampon.
Bangau malang itu dimasukkan dalam karung dan dibawa pulang. Sampai di rumah istri Ampon bertanya, apa yang akan dilakukan Ampon dengan bangau itu. Ampon pun bercerita dari awal hingga akhir. Istri Ampon terkejut, bagaimana Ampon bisa tega pada burung yang telah menyelamatkannya itu dari si ular.
Istri Ampon mengambil karung itu dan hendak melepaskan bangau malang tersebut. Tapi, ketika karung dibuka, bangau itu mematuk kedua mata istri Ampon hingga berdarah. Istri Ampon jadi buta. Kini si bangau yang tak tahu balas budi.
Begitulah dunia ini, sangat jarang orang untuk sekedar berterimakasih, apa lagi membalas budi baik orang lain. Endatu orang Aceh tempo dulu mengingatkan kita melalui sebuah ungkapan, ”Meunyoe na ka kalon ie di’ek u ateuh, nyang kheuh ureueng teungoh balah guna.”
Artinya, jika melihat air naik ke atas, maka saat itu orang sedang berbalas kebaikan hatimu. Sesuatu yang mustahil terjadi, karena sifat air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Foto bangau hanya sebagai pelengkap postingan sumber
Begitulah budi, beda dengan wati 😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ah bu @ranesa70 jadi ingat buku bacaan di SD Inpres zaman dulu, ada Budi dan Wati.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit