Mengawali kisah fable ini Nyak Kaoey ingat apa yang dibilang si Charles Jone. Pria dengan sebuta Tremendeous itu berkata, kamu hari ini adalah orang yang sama dengan kamu lima tahun mendatang, kecuali dua hal, yakni orang-orang sekelilingmu dan buku-buku yang kamu baca.
Makanya, Nyak Kaoey cari kawan yang menginspirasi, siapa saja, kamu, dia, mereka, bahkan di Keudidi burung yang sering saya lihat njot tanah ketika hinggap di pematang tambak. Nyak Kaoey penasaran dengan tingkah burung kecil itu yang selalu mengenjot-ngenjot tanah dengan kaki kecilnya.
Karena penasaran, Nyak Kaoey dekati burung Keudidi itu dan bertanya tentang tingkah anehnya itu. Jawabannya sungguh di luar dugaan. Ternyata Keudidi takut bumi yang dia pijak tidak sanggup menahan tubuhnya, makanya dia enjot-enjot untuk memastikan ia tidak terperosok.
Begitulah kewaspadaan Keudidi burung kecil yang beratnya mungkin hanya satu ons saja, tapi begitu waspada, bahkan sampai bumi yang ia pijak sekali pun ia tidak percaya, hingga harus mengenjotnya berulang-ulang. Baginya, waspada itu perlu dalam kondisi aman sekalipun. Ia mengajarkan kita untuk tidak jumawa, apa lagi menganggap remeh sesuatu dalam kondisi aman sekalipun.
Foto kerbau Afrika dan burung di punggungnya hanya sebagai pelengkap postingan [sumber: pixabay]
Di sisi lain, seekor kerbau bule (kubeu jagad) lagi mameh taeuen alias memamah biak di bawah pohon kelapa lampoh soh dekat tambak. Kerbau dengan tanduk panjannya itu menertawakan Keudidi. Ia tak peduli apa-apa, baginya, dua tanduk besar di kepalanya itu cukup untuk menahan langit yang akan runtuh. Ia begitu ponggah karena tubuh besarnya.
Antara kedua binatang itu, Nyak Kaoey akhirnya harus menertawakan kerbau. Meski ia hewan yang tangguh, ada keubeu tarek nok yang perkasa menarik balok-balok kayu dari dalam hutan, ada keubeu tarek langai yang digunakan untuk membajak sawah. Tapi tetap saja ia dungu dengan hidungnya yang dicucuk manusia selaku tuannya. Sementara Keudidi ia burung yang merdeka bisa terbang kemana saja, yang tenaganya tidak diperas oleh siapa pun.
Meski demikian Keudidi tetaplah seekor burung yang bisa mati kapan saja di tangan pemburu, atau terjerat taren dalam hutan yang dipasang manusia. Ini seperti kata Bill Harley dalam bukunya Freedom Bird, katanya, burung yang tidak jadi dibunuh oleh pemburu, hanya berjuang untuk melepaskan diri dengan kebebasan yang dimilikinya. Ia akan terus terbang, meski kadang dengan sayap yang patah.
Tulisan dari kisah fable antara Nyak Kaoey dan Keudidi Njot Tanoh ini hanya tamsilan yang mengajarkan kita tentang kesiapsiagaan, bertindak dan berusaha dengan kesungguhan, agar apa yang dicita-citakan bisa kesampaian, karena tak ada orang yang tidak dapat melakukan sesuatu, dan tidak ada pula orang yang bisa melakukan segala hal.
Kombinasi dan kerja sama akan lebih baik dalam bertindak, kewaspadaan Keudidi dengan nalurinya, akan bisa memandu kerbau ke arah mana ia harus berjalan agar untuk tidak terperosok dan terjebak dalam lumpur. Kekuatan kerbau juga bisa membantu Keudidi membersihkan jebakan taren yang dipasang pemburu.
Menutup tulisan ini, Nyak Kaoey kutip pernyataan Baron Piere de Coubertin. Katanya, yang penting dalam hidup bukanlah kemenangan, namun bagaimana bertanding dengan baik.