Tiga pemuda bertaruh, siapa yang bisa mengencani janda akan dianggap sebagai senior. Dan Gam Peureukuek berhasil melakukannya. Nyak Kaoey tetap jadi junior yang harus manut pada segala hal.
Kopi sore tadi terasa begitu pahit bagi Nyak Kaoey. Bukan karena tanpa gula. Tapi sebab Gam Peureukuek mereview kembali tingkah polah mereka masa muda. Celakanya, yang diungkit itu sesuatu yang bikin malu Nyak Kaoey.
Gam Peureukuek ingat betul, bagaimana dulu Nyak Kaoey dianggap anak bawang dalam kelompok mereka. Maklum Nyak Kaoey yang paling muda dalam kelompok itu. Lahuda Seukeuem dan Gam Peureukuek selalu berlagak bak senior yang tak pernah salah.
Apa lagi ketika pada masa remaja mereka dulu, Nyak Kaoey tidak dianggap. Alias tidak dilibatkan dalam berbagai kesepakatan. Nyak Kaoey hanya terima saja apa keputusan para seniornya itu. Singkat kata, paleh ureung hana meupakat, oh ka meukarat peudong dawa, ladom hue u cot ladom hue u lhok, nyang bungkok ureung mat punca. Selalu Nyak Kaoey yang menerima akibatnya.
Gam Peureukuek bilang, Nyak Kaoey dulu itu seperti kata maja, Paleh aneuek muda hana lop pakat. Artinya buruk sekali pandangan mereka terhadap Nyak Kaoey yang dianggap sebagai anak muda yang tak masuk pergaulan.
Mendengar Lahuda Seukuem dan Gam Peureukuek terus bicara masa lalu itu, Nyak Kaoey hanya diam, sesekali ia menyeruput kopi panasnya, yang semakin lama terasa semakin pahit saja. Dalam hatinya ia berucap, pat ek tabeureukah aneuek panah. sia-sia saja kalau berdebat dengan mereka.
Cerita haba paleh pun terus berlanjut. Pada masa mudanya Nyak Kaoey, Gam Peureukuek dan Lahuda Seukeum. Tiga serangkai ini punya sedikit tabiat paleh. Mereka bertaruh, siapa yang bisa mengajak dan membawa Syakinah, janda muda di kampung mereka ke pasar malam untuk menonton sandiwara, maka dialah yang akan dianggap paling hebat dalam kawan.
Untuk urusan membawa janda nonton sandiwara itu Gam Peureukuek juaranya. Meski masih lajang, entah mengapa mereka bertaruh untuk seorang janda. Tapi kabarnya kemudian, ketiga pemuda yang sedikit paleh itu sudah berikrar tak mau mengganggu anak gadis orang. Tak boleh dipacari tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Maka, Syakinah yang janda muda tanpa anak itulah yang jadi taruhan. Mereka mengumpulkan sejumlah uang sebagai modal kencan dengan sang janda. Siapa pun yang berhasil mengajak Syakinan nonton sandiwara, maka dialah yang berhak menghabiskan uang itu. Dan untuk urusan ini Gam Peureukuk mendapat dua bahkan tiga keuntungan sekaligus. Lagee lumoe mamoeh tauen di yup trieng.
Pertama, ia mendapat uang dari Nyak Kaoey dan Lahuda Seukeum, kedua ia ditraktir sepenuhnya oleh Syakinah, sehingga modalnya untuk berkencan tak perpakai, ketiga ia dianggap sebagai pria berkelas di kalangan pemuda kampung karena berhasil membawa sang janda menonton sandiwara.
Selama sebulan lebih cerita Gam Peureukuek pergi nonton sandiwara dengan janda Syakinah jadi pembicaraan di kalangan anak muda kampung. Malah ada yang bertaruh lagi, kalau Gam Peureukuek bisa bawa janda Syakinah lagi nonton pertunjukan sandiwara, maka ia akan ditraktir sebulan penuh kopi gratis di warung kampungnya.
Ini jadi bumerang bagi Gam Peureukuek yang sudah terlalu jumawa. Tak mudah baginya untuk mengajak janda Syakinah kembali nonton sandiwara. Dia pun mencoba cari alasan untuk menghindari itu. Saat itulah Nyak Kaoey menemukan satu rahasia.
Saat ke pantai untuk tarek pukat Nyak Kaoey bertemu dengan Pawang Leman. Ia dititip satu keuribueng ikan segar. Nyak Kaoey diminta bantu untuk menyerahkan ikan itu kepada Syakinah dengan satu pesan, malamnya akan dijemput untuk nonton sandiwara, dan tak boleh bawa siapa-siapa, apa lagi Gam Peureukuek.
Mendengar nama Gam Peureukuek disebut Pawang Leman, maka Nyak Kaoey jadi penasaran. Ia beranikan diri menanyakan hal itu. Pane mangat nonton sandiwara ngon Syakinan menyoe na aneuk miet lagee si Gam Peureukuek di sampeng. Ternyata Gam Peureukuek tak pernah berkencan dengan janda Syakinah. Ia hanya jadi ubat jamoek saat Syakinah dan Pawang Leman nonton sandiwara.
Rahasia Gam Peureukuek disimpan Nyak Kaoey sangat lama. Tapi kini rahasia itu dibuka, agar Gam Peureuuek tak lagi menyerangnya dengan tabiat paleh mereka pada masa lalu itu. “Bek neupateh Lahuda, jameun kon ka jipengeut tanyoe watee nonton sandiwara ngon Syakinah. Gam Peureukuek tok ubat jamok, jih nyang me Syakinah, Pawang Leman nyang cok laba.”
Seketika Gam Peureukuek tersedak. Ia kaget rahasia yang disimpannya puluhan tahun lalu itu terbongkar. Kini kopinya terasa lebih pahit dari kopi Nyak Kaoey.
Bayangan di pasir hanya sebagai pelengkap [foto: ata jamuen]