Salam syedara, Nyak Kaoey datang lagi untuk cang panah ala kadar, hiburan bermain kata sebagaimana biasanya. Selama ini karena satu dan lain hal, terutama kesibukan dengan pekerjaan dan organisasi, Nyak Kaoey jadi jarang menulis. Ibarat kata lheuh bak angkoi meukumat bak jareng, lheuh peukara nyoe teuka peukara laen.
Jadi sekarang, saatnya bagi Nyak Kaoey untuk pleh bren selagi ada waktu luang untuk pansie haba melalui hadihmaja. Cerita ini bermula ketika Gam Peureukuek yang karena sesuatu dan lain hal berhajat cukur rambut hingga plontos, tapi ia meninggalkan beberapa lembar rambut menjuntai di jidatnya sebagai jabrik.
Entah karena terlalu sayang pada rambut panjangnya yang sudah dicukur itu, Gam Peureukuek asyik memainkan jabriknya, ia tidak menggubris kedatangan Lahuda Seukeum ke balai tempat mereka biasa bercengkrama.
Maka berkatalah Lahuda Seukeuem, ok sion bek taboh minyeuk, gigoe sineuek bek taboh baja. Mendengar itu Gam Peureukuek baru menoleh ke arah kawannya itu. Ia hanya tersenyum kecut seperti dipaksakan. Dalam sindirannya itu seolah-olah Lahuda Seukeum menyamakan Gam Peureukuek dengan orang tua yang menghias diri seperti anak muda.
Tapi bagaimana pun sindiran Lahuda Sukeuem itu, Gam Peureukuek tidak marah, karena ia tahu sindirian kawannya itu juga karena ulahnya sendiri yang asyik bermain dengan jabrik, seperti orang menyesali kepalanya yang sudah botak. ”Droe neuh bak peugah haba lagee awak ubee kai seupah,” kata Gam Peureukuek pada Lahuda Seukeuem.
Lahuda Seukeuem yang tak paham maksud Gam Peureukuek itu jadi penasaran. Ia kemudian bertanya pada Nyak Kaoey tentang maksud dari hadihmaja awak ubee kai seupah itu. Maka berkatalah Nyak Kaoey bahwa ungkapan peribahasa Aceh lama itu ditujukan kepada golongan orang besar, berpangkat tinggi, kaya raya dan cerdik pandai.
Karena penasaran, Nyak Kaoey kemudian bertanya mengapa Gam Peureukuek sampai mengcukur kepalanya hingga botak. Usut punya usut ternyata Lahuda Seukeuem juga penyebabnya. Itu hukuman karena Gam Peureukuek kalah taruhan.
Nyak Kaoey pun menggut-manggut, tapi ia tetap tak tahu taruhan apa yang menyebabkan hukuman seperti itu. Baik Lahuda Seukuem maupun Gam Peureukuek keduanya diam tak mau menjelaskan taruhan apa itu, yang jelas Gam Peureukuek sudah menerima hukuman kekalahannya.
Bagi Nyak Kaoey setiap taruhan itu ada saksi atau jurinya, ibarat kata langet singet awan peutimang, bumoe reunggang ujeuen peurata, suatu perbuatan itu ada hakim yang berhak mengadilinya. Nyak Kaoey ingin jadi hakim untuk mengetahui itu, tapi kedua kawannya tetap bungkam soal taruhan mereka, yang jelas Gam Peureukuek kini sudah botak, hanya beberapa lembar jabriknya yang jadi penghibur diri.[]
Yang penting ngopi [foto: dok pribadi]
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit