The Diary Game Better Life [Minggu, 30 Januari 2022]: Seharian Mendampingi Mantan Pacar

in hive-103393 •  3 years ago 

Hari minggu benar-benar hari yang panjang, kebersamaan dengan mantan pacar membuat semuanya lebih berkesan.

Usai shalat subuh, saya lihat doi sudah siap dengan pakaian olahraganya. Ketika saya keluar dari kamar, mantan pacar saya itu sedang mengenakan sepatu sportnya. “Cepat, kita jalan-jalan, anak-anak biar di rumah, makanan sudah siap di meja,” ujarnya.

Jarang-jarang doi ajak saya jalan-jalan pagi. Biasanya ibu dua anak ini selalu jalan bersama ibu-ibu komplek keliling kampung. Tak mau doi kecewa, saya juga mengenakan sepatu lalu keluar dari rumah jalan-jalan keliling kampung.

Doi memilih jalan ke kampung sebelah, ia suka ke sana karena suasananya asri, masih banyak kebun kosong dan sawah yang menghampar luas. Katanya, menikmati pemandangan yang hijau di pagi hari sebuah keindahan, apa lagi ketika matahari mulai menebarkan sinarnya.

sawah.jpg
Hamparan sawah di pinggir kampung [foto: dok pribadi]

Saya hanya jadi pengikut saja, berjalan pelan di sampingnya. Dari Cot Iri kami masuk ke kampung Gla Deyah, lalu ke Lam Permai. Suasana sepanjang jalan benar-benar asri. Sampai di ujung kampung dekat sawah, sekawanan anjing tampak di sisi alur irigasi. “Karena itu saya ajak abang kawanin jalan-jalan pagi ke sini,” doi menerangkan.

Ternyata doi bersama ibu-ibu komplek sudah pernah jalan pagi ke sana, dan mereka harus balik lagi kea rah komplek perumahan karena ada kawanan anjing. Mendengar penjelasan itu saya hanya tersenyum. Di jalan yang terbentang antara persawahan, saya berjumpa dengan Mustafa dan anaknya yang juga sedang jalan-jalan.

Pria asal Delima, Pidie itu kawan saya sesame alumni Fakutas Ekonomi Unsyaih, kami sama-sama pengurus Ikafensy. Ia tinggal di Lam Permai. Setelah saling sapa dan basa-basi kami sama-sama melanjutkan jalan kaki, ia kea rah barat, saya dan doi ke arah timur.

mentari pagi.jpg
Mentari pagi menebar sinar yang menyehatkan, di potret di kanal banjir Cot Iri. [foto: dok pribadi]

Dari Lam Permai kami memutar lagi ke Cot Iri, ke arah jembatan, lalu ke jalan raya. Di tengah jalan doi mengeluarkan sejumlah uang dari kantongnya. “Abang beli kue untuk kita bawa pulang, saya malas masuk karena banyak bapak-bapak,” katanya. Di Pagi hari warung kopi di gerbang kampung itu memang ramai dengan bapak-bapak yang ngopi usai pulang shalat subuh di masjid.

Sampai di rumah, kedua putri saya sedang sarapan di depan televisi. Keduanya tampak akur, biasanya kalau ada kami di rumah saling rebutan remote, karena kesukaan tontonan yang beda selera. Belum lima menit di rumah, doi ajak jalan lagi, kali ini naik sepeda motor ke Pelabuhan Samudera Lampulo. Mantan pacar saya ini ingin beli ikan untuk kebutuhan seminggu.

Sebagai sopir yang baik, saya boncengi doi, jalanya lumayan jauh, dari ujung timur Kota Banda Aceh ke ujung barat. Saya memilih rute dari Cot Iri ke Uleekareng terus ke Lampriek menuju ke Lam Dingin hingga kemudian sampai ke Palabuhan Lampulo. Lagi-lagi saya hanya jadi pengikut saja. Jadi tukang tenteng plastik ikan yang dibeli doi, ada ikan jeureubok, udang, nila, dan tuna ukuran sedang sebesar betis orang dewasa.

lampulo.jpg
Suasana di Pelabuhan Lampulo Minggu pagi [foto: dok pribadi]

Sekitar pukul 10.00 WIB kami tiba kembali ke rumah. Ketika hendak mengambil handuk untuk mendi, doi protes. “Mau kemana? Bantulah bersihin ikan, abangkan jago,” katanya memuji karena memang ada maunya. Saya tarik lagi handuk dan segera ke sumur dekat dapur membersihkan ikan yang baru kami beli. Sebagai mantan pelaut membersihkan ikan bukanlah perkara sulit bagi saya. Sementara doi kemudian keluar lagi membeli sayur di warung depan komplek.

Ketika doi balik lagi, sebagia ikan sudah bersih. Doi mengambil dan menyucikannya, lalu memasak. “Cie-cie, satu masak satu bersihin ikan,” kata si kakak di pintu dapur. “Sini bantu ayah bersihin udang, kakak potong ujung ekornya aja pakai gunting,” kata saya sambil menyerahkan gunting kecil padanya. Begitulah, hingga menjelang dhuhur semua ikan sudah selesai dibersihkan, dan doi juga selesai memasak.

Waktu usai dhuhur hingga asar saya gunakan untuk bekerja di depan laptop, mengedit beberapa berita kiriman wartawan, sementara doi bersama anak-anak memilih tidur siang. Seharian di rumah suntuk juga, penyebabnya ternyata saya belum minum kopi segelas pun, saya pun menghubungi beberapa kawan, mencari alasan pembenaran untuk bisa keluar rumah. Benar-benar hari yang panjang.

ngopi sore.jpg
Ngopi sore bersama kawan [foto: dok pribadi]

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Postingan ini telah dihargai oleh @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.

Ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info tentang Steemit dan kontes.

Anroja

image.png