The Diary Game (Sabtu, 3 Juli 2021) Memperkenalkan Pustaka Pada Anak Sejak Dini

in hive-103393 •  4 years ago  (edited)

Putri kedua saya Nahra sudah sangat ingin sekolah. Meski sudah didaftar ke Taman Kanak-Kanak (TK) tapi jadwal belajarnya belum jelas, karena masih dalam suasana pandemi Covid-19. Akhirnya kami membawanya ke perpustakaan. Ia sangat menikmatinya.

Tak seperti biasa, putri kedua saya Nahra bangun pagi langsung mandi. Ia ambil tas bekas milik kakaknya waktu TK, berbagai buku dimasukkan ke dalamnya, mulai dari buku menggambar, buku mewarnai, sampai komik dan buku cerita di meja kakaknya. Ia ngotot ingin pergi sekolah, karena saat mendaftar TK dulu katanya sekolah akan dimulai pada bulan Juli. “Adek pingin sekolah, kan sudah bulan tujuh,” celutuknya.

Kalau sudah begitu, berbagai penjelasan tak bisa diterimanya. Intinya ia tetap ingat bahwa bulan tujuh (Juli) itu masuk sekolah. “Cepat yah, nanti terlambat.” Mendengar itu saya hanya tersenyum. “Ayah mandi dan sarapan dulu, adik juga makan yang banyak,” jawab saya.

nahra membaca.jpg
Nahra membaca buku sendirian di perpustakaan [foto: dokumen pribadi]

Saya pun bergegas mandi, Nahra bersama uminya menuju dapur untuk makan, sementara Safia kakaknya masih asyik nonton di ruang tamu bersama kawannya, anak tetangga yang biasa main ke rumah. Usai saya mandi dan berpakaian, Nahra sudah di ruang tamu, ia masih sibuk dengan tasnya. Sambil mereka siap-siap, saya sarapan sendiri.

Setelah itu bergeraklah kami bertiga menuju Pustaka Wilayah Provinsi Aceh. Pustaka yang sebelumnya di Lamgugob itu kini pindah ke Jeulingke, karena gedung perpustakaan yang baru dengan konsep modern enam lantai lengkap dengan basement sedang dibangun.

Ketika masuk, seorang petugas di meja pertama menyerahan kunci loker kepada kami. Nahra dan uminya segera mencari nomor loker sesuai dengan nomor di kunci. Tas dan barang bawannya di simpan, setelah itu kami menuju lantai dua untuk baca beberapa buku. Saya memilih buku Tahawuf Al Falasifah karya Iman Al Ghazali. Buku yang mengupas dan membantah pemikiran para filsuf barat.

nahra di pustaka.jpg
Nahra dan uminya memilih buku bacaan [foto: dokumen pribadi]

Sementara Nahra ikut uminya ke rak buku religi. Saya hanya duduk di meja membaca karya imam besar dan teolog muslim asal Persia terebut, yang di kalangan penulis barat dikenal sebagai Algazel.

Ketika uminya masih sibuk mencari buku, tiba-tiba Nahra keluar membawa satu buku tipis, lucunya ia tidak menuju ke meja tempat saya membaca, tapi duduk di meja sebelah sendirian. Ia kelihatan serius memperhatikan buku itu. Di bolak-baliknya halaman buku itu, saya tahu dia belum pandai membaca.

Tapi kemudian ia mengambil tablet yang dibawanya tadi naik ke lantai dua. Ia buka halaman buku itu dan mulai mengertiknya satu persatu setiap kalimat dari buku ke tablet tersebut. Ia benar-benar ingin kelihatan serius belajar.

Setelah satu jam lebih di sana, menjelang siang kami turun dan ingin pulang. Saya langsung ke luar ke tempat parkir kenderaan, sementara Nahra dan uminya mengambil tas yang tadi di titip di loker. “Adik suka baca buku, nanti kita pergi lagi,” kata Nahra, kami hanya tersenyum. Dikiranya dia sudah ke sekolah, gak tahunya dibawa ke perpustakaan. Dia pun mulai menyukai perpustakaan.

nahra loker.jpg
Ambil tas di loker sebelum pulang [foto: dokumen pribadi]

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

waaahh.. pas nanti di sekolah, nyari buku nggak ada, bisa repot ini.

lebih aman di sekolah, banyak mainannya he he he

SteemSEAcurator


SELAMAT

Postingan anda telah mendapat kurasi secara manual dari akun komunitas @steemseacurator.
Terimakasih telah berpartisipasi dalam komunitas Steem SEA

Kami akan sangat berterimakasih jika anda bersedia mendelegasikan Steem Power (SP) anda untuk kemajuan komunitas Steem SEA ini

Salam hangat
herimukti

Link pintas untuk delegasi:
100SP 200SP 500SP 750SP
1000SP 1500SP 2000SP 2500SP 3000SP

Terimakasih atas dukungannya.

Nahra yang bersemangat sedang menjalani ilusi sekolah. Abang yang tak berdaya tengah menyimpan fakta sekolah.

Hehehehehehe...

Menurut Kak Cici, tindakan Bang Isnorman tergolong manipulasi atau tidak?

Salam kenal, Bang...

Salam kenal kembali, dia tahu kok itu ke pustaka bukan ke sekolah. karena belum masuk sekolah makanya pingin lagi ke pustaka dia.