The Diary Game: Selasa 07 Januari 2025 | Renungan Masa Kecil

in hive-103393 •  13 days ago 

IMG_1093.jpeg

Terus terang saya merasa sangat bersyukur karena telah dilahirkan dalam lingkungan hebat. Hebat untuk mendidik serta top dalam hal menjaga moral. Eh. Ini bukan juga saya gak bersyukur kalau seandainya saya tidak dilahirkan di lingkungan yang saya tapaki hari ini. Syukur jugalah. Mungkin lebih bersyukur malah. Hehe. Tapi bukan itu intinya.

Setelah melaksanakan ibadah salat zuhur di pondok pesantren saya kembali ke rumah. Mungkin Anda bertanya: "kok kegiatan hari ini di mulai dari siang sih". Jawab: karena sebelumnya itu saya tidak 'hidup'. Hehe. Maklum saja, semalam saya tidak tidur sama sekali.

Setelah makan siang di rumah, saya menuju ke Rasie Kopi. Memang sudah takdir begini kegiatannya. Kalau bukan tidur ya, ngopi. Satu sisi bosan, sisi lain sarat syukur. Saya gak gimana rumit hidup kalau udah nikah nanti. Aduh pasti capek. Harus kerja terus sepertinya. Kapan ke Rasie Kopi. Wkwkk.

IMG_1089.jpeg

momen di Rasie Kopi

Setelah menikmati indahnya hidup dengan secangkir kopi tanpa butuh istri, saya kembali lagi ke pesantren. Terus terang selama di warkop Rasie Kopi tadi, saya benar-banar gak tahu apa manfaat yang saya kerjakan di sana selain rasa senang tanpa efek apapun kecuali kesenangan itu sendiri. Pasalnya, di sana membaca tidak ada menulis juga tidak. Sedih juga ya. Hehe.

IMG_1090.jpeg

saksi dari lantai tiga di depan kamar

Sampai di pesantren saya sejenak menikmati kealamian alam di depan kamar. Aduh serba menikmati ya saya hari ini. Kayak seperti sufi saja saya. Haha. Tapi bagi saya itu cukup penting. Selain karena untuk menambah rasa syukur juga untuk tidak sadar sadar saja kalau hari ini saldo ATM saya Rp. 0. Haha.

Setelah salat magrib, saya menuju ke kantor LBM. Jaraknya sekitar 200 meter dari kamar saya. Saya menduga kalau masuk selesai magrib kantor akan terasa relatif sepi. Tapi tidak.

IMG_1094.jpeg

di kantor LBM

Ada lima bocah yang sedang ribut-ributnya di dalam kantor. Tahulah ya, level keributan yang diciptakan. Namanya saja bocah. Mereka seperti "quran tua" dibuang tidak boleh dibaca tidak bisa; diatur tidak bisa dinasihati juga gak masuk.

Tapi, pandangan itu hanya tergambar sejenak saat pertama kali melihat mereka. Seterusnya saya harus akui, mereka semua adalah orang-orang yang lebih hebat serta lebih beruntung karena dilahirkan di lingkungan yang sedang mereka tapaki; pesantren.

📷 PicturePhotography
ModeliPhone Xs Max
iOs18
Camera usedHandphone
Photographer@joel0
LocationAceh
EditlnCollage

20210602_110118.png

Best Regard @joel0

20210602_110143.png

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Thank you very much for publishing your post in Steem SEA Community. We encourage you to keep posting your quality content and support each other in the community

DescriptionInformation
Verified User
Plagiarism Free
#steemexclusive
Bot Free
Beneficiary10% steem.amal
burnsteem25No
Status ClubClub75
AI Article✅ Original (Human text!)