ULAMA KHARISMATIK ACEH.

Sewaktu pertandingan Argentina vs Arab Saudi di Piala Dunia 2022 silam, saya dan beberapa kawan menonton laga tersebut di sebuah kedai kopi yang tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman.

Nyaris semua orang di situ mendukung Arab Saudi, termasuk saya. Kecuali si Chek, pekerja di kedai kopi yang menjadi pengagum berat Messi karena salah pergaulan.

Menjelang kick-off babak kedua, saat Arab Saudi masih tertinggal 1-0, seseorang yang agak kecewa melihat ke belakang, ke tempat parkir. Sontak ia berdiri dan berkata, "Hei, bangun semua ada Abu Kuta Krueng".

Semua orang kemudian membelakangi televisi dan melihat Abu memasuki kedai kopi. Beliau ditemani beberapa muridnya. Kami segera menghampiri Abu untuk bersalaman dengannya. Semua orang baru duduk kembali setelah Abu duduk.

Sebentar kemudian, seorang pemain Arab Saudi mencetak gol sehingga skor 1-1. Tidak ada yang bersorak "gol". Beberapa orang yang tak kuat menahan rasa senang hanya mengepalkan tangan sambil membuka mulut tanpa suara. Gol itu dirayakan dengan hening. Adab pada ulama lebih diutamakan.

Demikian juga ketika Arab Saudi berhasil mencetak gol kedua. Tidak ada yang berani melakukan selebrasi khas warung kopi seperti bersorak, memukul meja, berdiri, dan melompat-lompat. Begitulah kami fans Arab Saudi.

Abu meninggalkan kedai kopi saat pertandingan masih berlangsung. Semua orang kemudian berdiri kembali sebagai sikap takzim pada ulama.

Namun begitu pertandingan usai dan Abu tidak lagi di tempat, sorak-sorai pun bergema, lengkap dengan macam-macam kata umpatan untuk Messi. Begitulah mereka fans Arab Saudi.

Dari kejadian itu kemudian bisa dipahami bahwa meskipun orang Aceh tidak baik-baik amat dalam bersikap, mereka tetap menjaga kesopanan dan adab ketika di dekatnya ada ulama.

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Kuta krueng, 13 Februari 2025.