Din Keramik, Dari Eumpang Breuh ke Eumpung Leumo

in hive-103393 •  2 months ago 

Apakabar rekan steemian


20250310_160040.jpg

Din Keramik beralih profesi dari produser film jadi pengusaha sapi

KALI ini saya bercerita tentang seorang Din Keramik. Dia dulunya seorang produser film serial komedi Aceh. Kebetulan, saya sudah 15 tahun menetap di kampungnya. Gla Meunasah Baro, Kecamatan Krueng Barona Jaya, Kabupaten Aceh Besar. Karena satu kampong, kami pun kadung akrab. Apalagi dia juga akrab dengan teman-teman se profesi.

Awalnya saya mengenal Din Keramik sebagai produser film lokal. Saat itu, Serial Komedi Aceh Eumpang Breueh sedang naik daun. Ribuan kopi compact disk laris manis. Menariknya, produksi Eumpang Breueh ini hanya dilakukan satu tahun sekali. Momen yang diambil tentu saja saat bulan puasa begini, film sudah mulai promosi. Satu minggu terakhir sebelum lebaran, CD sudah beredar di pasaran.

Saya tak ingin cerita lebih dalam dan mendetail resensi film tersebut. Pasalnya, setiap bicara Eumpang Breueh, anak kecil juga sudah tahu, siapa aktor-aktornya. Ada Haji Uma, Jhoni Kapluk, Mando Gapi, Kak Bunsu dan tentu saja kembang desa Yusniar. Semua lakon mereka sungguh mengocok perut.

Setelah 13 episode, Eumpang Breueh berhenti berproduksi dengan aneka alasan. Mulai dari teknis hingga karier manis sang aktor utama, Haji Uma. Pria bernama lengkap Sudirman itu, kini sudah menjadi senator di Senayan. Sekarang periode ketiga dia menjadi anggota DPD-RI.

20250310_160845.jpg

20250310_160055.jpg20250310_161024.jpg

Din Keramik pun banting setir. Ia melanjutkan usaha baru. Pernah menjadi developer perumahan. Perumahan Eumpang Breueh namanya. Hampir lima tahun mengelola rumah. Lalu, dia memilih serius membangun usaha penggemukan sapi. Lokasinya, di atas tanah luas di belakang kediamannya.

Usahanya memang lancar. Tapi juga ada terselip cobaan. Sekira setahun lalu, kandang sapinya terbakar. Ada lima ekor lembu itu terpanggang. Kerugian sekitar 150 juta. Cobaan itu tidak membuat dia terpuruk. Dia kembali bangkit. Kini, lokasi Eumpung Leumo kandang sapinya cukup representatif. Layaknya usaha penggemukan sapi moderen.

Boleh saya bilang, usaha ini semi moderen. Untuk mengelola ini, dia punya belasan pekerja. Para pekerja bertugas menyiapkan pakan dan merawat setiap hewan ternak yang menjadi tanggung jawabnya. "Ada yang pelihara lima ekor. Bahkan ada yang sanggup 10 ekor," cerita Din Keramik pada saya.

Boleh dikatakan, sistemnya sangat menguntungkan kedua pihak. Din Keramik menyediakan tempat. Ia yang punya modal membeli hewan ternak. Sedangkan pekerja tinggalkan siapkan semangat kerja dan tenaga. Soalnya, saban sore harus mencari pakan.

20250310_161037.jpg20250310_161050.jpg
20250310_160202.jpg20250310_160155.jpg20250310_160210.jpg

Empat hari lalu. Saya ke Eumpung Leumo Din Keramik untuk sebuah keperluan lembaga. Saya bertemu dia di balai-balai samping rumah. Sebelum Ashar, sebuah mobil pick-up masuk. Membawa dua ekor lembu. Lembu Simental dan sapi lokal. "Simental harganya Rp30 juta, sapi lokal Rp15 juta," jelas dia.

Pemilik dua ekor sapi ini berasal dari Lamjampok, Montasik. Namanya saya sudah lupa. Mereka datang bertiga. Membawa Simental dan sapi Aceh. Lalu, keduanya memberi pakan yang dibawa khusus dari sana. Saya pun mengambil momen itu untuk menjadi pendukung artikel.

Menjelang hari lebaran Idul Fitri dan persiapan meugang dan hari raya kurban, dia sudah menyiapkan "barang"-nya mulai dari sekarang. Bahkan, dalam bulan puasa ini, sudah ada empat ekor sapi laku. Selain menjual sapi, pria bernama lengkap H Kharuddin juga punya "usaha" kuah beulangong. Yang terakhir ini tidak terbuka untuk umum. Hanya untuk orderan khusus saja.

*****

Thanks for being with me and reading my post patiently


10 % payout to @steem.amal


Introduce myself

Salam @Munaa


Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!