Apakabar rekan steemians semuanya
- Foto edit via Canva
Menyambung postingan sebelumnya; Bermalam di Rumah Sakit Mufid. (link), kali ini saya melanjutkan kegiatan sepanjang malam dan keesokannya. Selesai shalat Isya, saya mengabadikan beberapa foto suasana Rumah Sakit Mufid di malam harinya. Panorama di IGD dan kegiatan para perawan saat merawat pasien di ruangan.
Setelah kami makan malam, ada adik sepupu yang berkunjung menjenguk orang tua kami yang sedang di rawat. Karena lama tak bersua, barangkali ada belasan tahun. Jadi bernostalgialah kami. Bercerita tentang sepak terjangnya sebagai seorang tentara. Soal anak-anak ternyata nyaris sama. Punya hobi yang sama; menggambar. Bikin lukisan.
Karena malam yang larut, akhirnya dia dan keluarganya pamit. Belum tahu kapan jumpa lagi. Sebelum tidur, seorang perawat masuk. Lalu dia menyuntik obat untuk Nebul dan memberikan pil untuk diminum. Melancarkan dahak dan batuk.
Keesokannya.
Suasana Masjid Mufid Syauqan sepanjang subuh cukup adem. Jamaah subuh terdiri dari pegawai rumah sakit dan keluarga pasien.Masjid yang ada di komplek RS Mufid ini berukuran mini. Tapi, sangat nyaman beribadah. Bikin betah. Ada imam yang khusus memimpin shalat. Selepas shalat Subuh, saya tidak tidur lagi. Lalu, jalan-jalan seputaran rumah sakit. Sekalian mencari sarapan pagi.
Tidak banyak kenderaan yang lalu lalang di jalan ini. Kalau tidak salah ini jalan Prof A Majid Ibrahim. Karena hari libur (Minggu) maka wajar tidak ada kenderaan yang melintas. Lalu, saya pun mencari nasi gurih. Setelah membeli sebungkus serta teh panas. Lalu, saya kembali ke kamar dan bergegas hendak membersihkan diri lebih dulu.
Suasana pagi yang sepi di di depan RS Mufid, Sigli.
Sebelum pukul sembilan, saya sudah bergerak ke Beureunuen. Menjenguk famili yang sudah menjadi keluarga sendiri. Sigli dan Beureunuen, berjarak 12 kilometer saja. Karena sudah lama tidak melintas di kawasan Kota Beureunuen dan terminalnya, saya tidak langsung singgah di rumah. Tapi cawe-cawe, sekitaran kota. Rencana awal hendak membeli buah-buah.
Tapi belum ada yang buka. Lalu, saya masuk ke warung yang dulu sering ngopi saat masih sekolah SMA di kota ini. Marzuki, si pemilik warung masih berjualan. Saya juga bertemu Isa. Seorang pemuda yang dulunya kami sering bertegur sapa. Setelah menikmati pisang goreng, saya memilih kembali ke Keude Beureunuen. Membeli buah tangan.
Suasana jalan lintas di kawasan Keude Beureunuen.
Baru kemudian, saya "berani" pulang. Selesai membersihkan diri, ternyata adik saya sudah menyiapkan sarapan pagi. Sebelum makan, kami bercerita panjang lebar tentang banyak hal. Hampir dua jam di sini. Lalu, saya segera kembali ke rumah sakit. Menempuh 12 kilometer perjalanan.
Tiba di rumah sakit. Saya langsung naik ke kamar. Belum ada visit dokter. Hanya adik-adik perawat yang membawa obat. Lalu, saya keluar mencari toko fotokopi. Ada berkas yang harus diperbanyak. Saya keliling di sekitar rumah sakit. Tidak ada yang buka. Saya pun bergerak ke kota. Setelah keliling sekali putaran, dari depan Pendopo Bupati Pidie hingga masuk pasar. Baru ada sebuah toko buku dan fotokopi.
Karena waktu cukup singkat, saya pun memilih duduk sejenak di warung kopi. Bekerja membuat postingan dan memberi beberapa komentar di komunitas. Begitu suara azan Zuhur, saya meninggalkan perangkat kerja. Menunaikan ibadah.
Ketika tiba lagi dikamar, sudah ada adik-adik yang memadati kamar. Setelah menyelesaikan segala urusan dan membereskan hal-hal yang dibutuhkan, saya berencana kembali ke Banda Aceh. Sebab, besok Senin harus melanjutkan aktifitas domestik. Pukul lima sore saya baru bergerak berangkat ke ibu kota provinsi.
Saya tiba di Kota Suci Darusasalam sudah masuk waktu magrib. Lalu menunaikan ibadah di masjid putih, Lamnyong. Baru pulang ke rumah. Beristirahat total. Rasa lelah sudah sejak tadi menyerang, tapi saya lawan Kini, sudah tak kuasa lagi bertahan. Saya pun roboh di kasur empuk. Lalu semuanya menjadi gelap.