Sahabat Steemian,
TIGA hari lalu, otak saya dipenuhi banyak grafiti. Yang paling sering ditabrak mata adalah grafiti di dinding sekolah anak. Mural barangkali ya. Dinding sekolah ini memang diisi banyak petuah. Ada juga informasi yang disajikan. Semuanya tentu bermanfaat bagi umat. Minimal umat yang acap menjemput anaknya di pintu gerbang sekolah.
Selepas ini, ada hal lain yang saya membetot mata saya. Sebuah pesan yang dilayangkan oleh bidan desa di WhatApps. Dia mengabarkan ada Posyandu pada hari itu. Kegiatan pemeriksaan kesehatan masyarakat kali ini dipercepat satu hari. Biasanya, selalu tanggal 11 setiap bulannya. Kali ini dipercepat satu hari.
"Ada kegiatan pada tanggal 11, makanya di percepat hari ini. Itu karena sudah disetujui oleh Puskesmas," Kak Nong, Kades Posyandu Gla Meunasah Baro memberi penjelasan kepada saya. Awalnya, saya hanya bertanya kepada dibikin hari ini. Jawaban dia cukup jelas.
Karena ada kegiatan lain yang mendesak, saya memilih masuk ke cepat. Tujuan utama untuk memastikan informasi asam urat. Saat bicara asam urat, tetiba seseorang bilang dirinya rematik. Nyatakan, keduanya memang ada perbedaan dari kacamata medis.
Seperti penjelasan di sini:
eragam Perbedaan Rematik dan Asam Urat
Secara klinis, perbedaan antara rematik dan asam urat adalah lokasi peradangan yang terjadi. Penyakit asam urat terjadi ketika kadar asam urat dalam tubuh berlebih dan mengendap di sendi, tulang, serta jaringan tubuh. Nyeri pada asam urat biasanya muncul secara mendadak dan dirasakan pada jari-jari atau persendian kaki, baik di salah satu atau kedua kaki
Sementara itu, rematik atau rheumatoid arthritis yang disebabkan oleh peradangan kronis umumnya menimbulkan nyeri pada sendi di kedua sisi tubuh dan disertai dengan kekakuan sendi. Rematik juga terkadang ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan sensasi panas pada area tubuh yang nyeri. Namun, gejala tersebut juga bisa ditemukan pada penderita asam urat. source
Setelah antre belasan menit, giliran saya masuk. Cek tensi darah, cek asam urat dan meja terakhir hal-hal solutif dari pihak Puskesmas, Krueng Barona Jaya (KBJ), Aceh Besar. Alhamdulillah, setelah dicek sudah turun satu digit. Sebelumnya 10, kini sudah turun 9. Saya pun bertekad serta berusaha untuk turun dua digit pada bulan depan. Insya Allah, begitu tekad saya.
Selesai periksa kesehatan rutin di Puskesdes, saya melanjutkan kegiatan rutin lainnya. Hingga tak terasa sudah tiba di Gedung Lanmark BSI Regional Aceh. Di sana saya berurusan dengan costumer servicenya untuk cek PIN ATM yang sudah lupa. Sering terbolak-balik. Karena ada beberapa alternatif PIN yang saya bikin sebelumnya.
Kondisi ini tak jauh beda dengan komentar rekan saya. Dia bilang PIN-nya sudah dibuang ke tong sampah. Tapi, masih syukur kalau dia buang ke tong sampah, dari pada dia buang sembarangan, seperti warga udik yang lempar sampah kemana-mana. Sampai-sampai kepala desa (keusyik) pun harus turun tangan.
Saya sengaja memotret ini untuk dokumen. Sebab, sebelumnya saya juga sudah pernah memotret hal serupa di beberapa tempat. Khususnya yang memang plang informasi. Ada yang kasar, sedang, ada juga dengan nada santun. Seperti foto di atas. Ini sebuah pengecualian. Namun, dalam perjalanannya, saya malahan sering mendapat plang yang bernada pedas, bengis hingga membawa-bawa isi kebun binatang.
Terkadang saya cukup paham dengan sikap orang yang melarang. Biasanya, mereka sudah memberi tahu dengan baik-baik. Namun, dengan sikap lembut, usaha preventifnya tidak jalan. Pilihan terakhir, nama gukguk pun dibawa-bawa ke sini. Mungkin saja ini dilakukan dengan terpaksa, setelah mulutnya lelah mengajak dengan santun dan penuh tatakrama.
Bagaimana dengan anda?