Edited by Canva
Salah satu alasan saya mempercepat masa liburan, karena ada pesta pernikahan. Menariknya, undangan ini sudah tak mungkin diabaikan. Tercatat sudah berkali-kali si empunya hajatan mengingatkan dan mengabari momen bahagia itu. Acara berlangsung di Masjid Haji Harun Keusyik Leumiek. Untuk alasan inilah, perjalanan pulang liburan dari Medan, Peureulak dipercepat. Tanggal 1 Januari harus sudah berada di Banda Aceh.
Karena undangannya jam 10 siang, saya pun berencana tiga puluh menit sebelumnya harus sudah ada di lokasi. Rencana tersebut sedikit tak mulus. Sebab, pukul delapan pagi, dari toa meunasah sudah terdengar berita duka. Kabar kematian. Saya pun merapat ke rumah duka lebih dulu. Setelah duduk sekejap dan melihat penggalian kuburan, akhirnya saya pamit.
Saya pun bergegas ke lokasi acara. Masjid yang dibangun pribadi oleh seorang saudagar emas dan kolektor benda-benda bersejarah sudah padat. Banyak kenderaan terparkir di luar. Pinggir jalan. Areal parkir kawasan masjid penuh. Saya pun harus cari lahan parkir lain yang berjarak sekira 80 meter dari proses akad nikah.
![]() | ![]() |
---|
![]() | ![]() |
---|
![]() | ![]() |
---|
Tentu saja cukup padat pengunjung. Bukan hanya itu, tamu undangan juga berjubelan. Penuh masjid. Seperti jamaah shalat Jumat saja. Yang menikah anak politisi yang juga anggota DPRK Banda Aceh. Iskandar Mahmud namanya. Sang linto baru Fauzi Maulana. Ada sulung politisi Golkar yang tinggal di Neusu, Banda Aceh. Tamu yang hadir ada beberapa pejabat, rekan sejawat dan mantan bupati. Anak beragam profesi hadir.
Sedangkan dara baronya Rizka Khairia. Dia anak Rinaldi dan Leni Liana. Warga Beureuneun, Pidie. Dia juga anak sulung dari Rinaldi. Saya memanggilnya Bang Wan. Awalnya saya berpikir namanya Ridwan. Eh, tak tahunya Rinaldi. macam nama bintang sinetron. Kebutualn saya kenal akrab dengan kedua keluarga mempelai; Oji dan Ika.
Apa yang menarik? Bagi saya pribadi, ada kejutan di sini. Tak taunya, mak jomblangnya teman dekat saya. Saya biasa memanggilnya Teungku Zaki. Bagi sebagian wartawan zaman konflik, tentu sangat kenal dengan sosok ini. Pasalnya, dia adalah penghubung awak media dengan Panglima GAM kala itu, Tgk Abdullah Syafiie. Sekitaran tahun 2000, kalau tidak salah saya.
Ini cerita 24 tahun lalu. Karena punya hubungan emosional inilah, tentu saja saya tidak asing lagi dengan sosok ini. Maka klop-lah sindikasi ini. Maka berbuahlah sebuah perkawinan. Mengikat ikatan silaturrahmi dua keluarga menjadi lebih kuat. Dalam khutbah nikah pun, hal itu ditekankan. Semua acara berlangsung satu jam lebih. Hingga akhirnya, saya pun ikut rombonga ke rumah linto, memenuhi undang kenduri.

Setelah seminggu ditinggal, lalu panen
Waktu seminggu di kampung, benar-benar terasa singkat. Terbukti saat kembali ke rumah, pepaya sudah siap petik, jambu pun sudah minta dipanen juga. Bukan hanya itu, cabai kecil, hijau dan tomat cery juga melengkapi panen di kebun mini samping rumah. Sebelum berangkat pulang pada pekan lalu, sebagian cabai juga sudah dipetik.
Masih tersimpan di kulkas. Melihat panen yang tipis-tipis ini, tentu sangat menyenangkan. Malahan, kini sudah muncul rencana untuk membuat bibit baru. Minimal, setelah yang ini tua, sudah ada penggantinya.
![]() | ![]() |
---|
![]() | ![]() |
---|
Masalah yang muncul setelah panen jambu adalah, sebagian besar berpenghuni di dalamnya. Ada ulat kecil yang setia bersemedi di sana. Ingin dikasih ke tetangga takut dianggap barang busuk diberi ke tetangga. Akhirnya, semua kami seleksi dengan baik. Yang bagus-bagus langsung dikirim ke tetangga samping rumah. Khususnya yang sering melihat buah-buah lebat di balik pagar.
Meski tidak semua tetangga mendapat kirimannya, tapi minimal bagian orang lain sudah disalurkan. Saya berharap, bisa segera mengatasi masalah buah busuk dan rontok pada periode berbuah edisi selanjutnya. Jika ini berhasil, tak tertutup kemungkinan, yang rajin membaca postingan ini, akan kecipratan juga. Insya Allah.
Terima kasih sudah membaca postingan saya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you very much
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Waktu memang sangat cepat berlalu apalagi di saat kita mengenang nostalgia di kampung bersama saudara dan jumpa dengan kawan lama indah terasa
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Benar, sepertinya menjadi sangat singkat dan tak cukup waktunya, terima kasih sudah singgah di postingan ini, salam
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit