Kamis ini saya punya rencana lama. Bertemu rekan relawan Palang Merah Indonesia Kota Banda Aceh. Target utama mantan Ketua TSR, Safriadi Ibrahim dan bidang humas, Maskur. Kemudian mencari konten foto dengan keliling ibu kota Provinsi. Boleh dibilang City Tour namanya.
Hari ini memang agak telat memulai kegiatan. Sebab godaan Piala Eropa membuat mata sulit diajak pejam. Saya tak bisa berpaling dari kota ajaib bernama televisi. Sejak pukul delapan malam sudah ada pertandingan. Tapi itu tak menarik bagi saya. Fokusl pukul sebelas malam. Turki versus Wales.
Sayang sekali, Turki harus kalah 0-2. Kecewa berat. Laga ketiga, Italia lawan Swiss. Ini pertandingan menggoda. Makanya menjadi ada semasam "kehaluan" yang membuat terbangun saat peluti kick-off sudah melengking. Hasilnya, negeri pemilik Serie A itu menang 3-0.
Dia menjadi tim pertama yang lolos ke dari fase grup. Hal itulah yang membuat saya terlambat beraktivitas hari ini. Selain ada urusan domestik. Anak minta download game mobil balap. Tugas rumahan selesai jam 10.45 WIB. Lalu, saya bergerak langsung ke PMI.
Bersua Safriadi Ibrahim, mantan Ketua TSR PMI Banda Aceh
Kembali ke PMI
Sesuai dengan rencana awal. Akhirnya saya melanjutkan agenda hari ini. Bertemu Safriadi Ibrahim yang kini menjadi Kepala Markas PMI Banda Aceh. Sebelum diposisi ini, dia Ketua Tenaga Suka Rela (TSR) PMI Kota Banda Aceh. Kini, saya menjadi Sekretaris TSR.
Pertemuan ini juga menjadi bagian dari kegiatan kami dalam kapasitas sebagai relawan. Apalagi sebelumnya, saya juga mengisi kegiatan training menulis dengan adek-adek Korp Sukarela (KSR). Ada ini sudah beberapa kali dilakukan. Namun, tingkat lanjutannya belum terlaksana.
Alasan saya bertemu Safriadi juga bagian ingin melanjutkan training ini dengan cara meminta peserta gabung dengan #steemit. Jadi mereka tidak lagi membuat dan memposting tulisan di media sosial lainnya, seperti twitter, facebook dan lainnya.
Pada saat yang sama di kantor PMI yang berada di depan Stadion H Dimurthala, Lampineueng ini ada rekan Maskur. Dia adalah humas PMI. Dia juga cukup aktif menulis. Bukan cuma sekadar membuat rilis, fotografi juga bagus.
Safriadi menulis nama akunnya
"Cocok sekali, nanti akan kita kumpulkan adek-adek KSR," ujar Safriadi yang diamini Maskur ketika saya melempar ide tersebut. Ide membuat lagi pelatihan menulis, sekaligus promo steem.
Usai mendapat sambutan hangat, lalu mereka berdua saya pandu langsung untuk membuat akun Steemit. "Dulu saya pernah dengar-dengar juga steemit. Setelah booming. Tapi belum sempat bikin akun," ujar Maskur.
Safriadi membuat akun dengan cepat. Keraguan tipis di sana-sini saya jelaskan. Akhirnya hadirlah akun @safriadi17. Saya menyarankan dia untuk memperkenalkan diri di Newcomers' Community. Menjelaskan cara membuat postingan hingga memasang foto.
Safriadi senang sudah punya akun di Steemit
Dalam menit itu juga, membuat perkenalan singkat. Karena ada telepon mendesak yang tak bisa dihindari, akhirnya postingan pertamannya tidak sempurna. "Tapi ini masih bisa dieditkan? tanya dia. "Sebaiknya buat secara sempurna profil diri, baru posting," saran saya.
Karena ingin melihat postingan pertama, meski belum sempurna, akhirnya Safriadi langsung klik post. Jadilah tulisan pertamanya tayang di Steemit. Tapi dia berkomitmen akan mengedit lagi dan menambah lebih panjang isi postingannya.
Berbeda dengan Safriadi. Maskur membuat akun lewat gawai bin smartphone. Belakangan dia tak puas lewat telepon pintar alias telepon genggam. Masuk ke laptop membuka akun yang baru saja dibuatnya, @maskur15. Ternyata dia tak bisa membuka. Password lupa dia simpan.
Ia sudah melek teknologi. Sejurus kemudian dia mencari solusinya di channel Youtube. Berhubung azan Zuhur sudah berkumandang. Kami mengakhiri pertemuan tak resmi itu. Namun, kami sudah menyusun agenda selanjutnya, bertemu lagi mengadakan pelatihan menulis untuk anak-anak KSR.
Lalu, kami bertiga berpisah. Safriadi harus keluar markas karena ada urusan penting. Maskur juga. Saya ikut pamit. Pamit juga pada beberapa staf PMI yang ada diruangan itu. Nova dan beberapa staf lain Rata-rata meraka adalah anggota TSR.
Foto dengan maskot PORA XX Pidie di Kantor KONI Aceh
Selanjutnya saya ke kantor KONI Aceh. Ingin bertemu dengan Qahar Muzakkar. Saya Dia juga punya seorang Steemian. Sayangnya yang bersangkutan tak ada di kantor. Saya Shalat Zuhur di musalla setempat. Tak berharap lagi jumpa Qahar. Selesai urusan di KONI, saya melanjutkan perjalanan ke Tibang.
Tujuannya Hutan Kota Cafe. Di sana ada Saiful Hayati Nur. Dia pemilik media online; Harian Aceh Indonesia. Beberapa bulan lalu dia pernah mengatakan tertarik dengan platform kebanggan kita ini. Tiba di Hutan Kota Cafe, saya mengisi purat yang sudah keroncongan.
Bang Saiful tetap melanjutkan kerja rutinnya mengelola dan memantau traffick websitenya. "Ini bitcoin saya sudah terus bertambah. Dollarnya sudah 48," celoteh dia di sela-sela saya menyantap makan siang.
Dia memang sedang berternak Bitcoin dengan cara memasang aplikasi tertentu di website-nya. Bila viewersnya masuk dan sempat bersinggungan dengan iklan di sana, maka alamat butiran bitcoin menetaes masuk ke wallet-nya.
Saiful Hayati Nur (paling kiri) serius dengan kerjanya
Menjelang shalat Ashar, datang Muhammad Afdhal. Dia mahasiswa UIN Ar-Raniry. Biasa bikin konten Youtube. Bisa ngedit video. Kami pun menikmati satu gelas teh dingin. Di meja kami ngobrol juga sudah bergabung, Faisal, Dek Yan serta rekan lain.
Disela-sela itu, Afdhal mengintip laptop saya. Kebutulan sedang cek wallet serta postingan terbaru di komunitas. Rupanya dia juga sudah pernah bersinggungan dengan Steemit. "Ada beberapa teman saya sudah punya akun," sebut pria asal Aceh Barat Daya ini.
Dia pun menyatakan minatnya. Hanya saja dia minta diajarin lagi pada kesempatan lain. Karena ada kesibukan dengan rekannya membuat dia sementara mengurungkan niat. Pun begitu dia mendengar dengan seksama setiap uraian dunia persteemian.
Shalat Ashar tiba. Saya dkk menunaikan shalat di Musalla Hausmini yang berada di kompleks Cafe tersebut. Usai shalat kami melanjutkan obrolan singkat. Di tambah hal-hal lain terkait perkembangan politik dan ekonomi. Pukul lima sore saya pamit. Rencananya mencari beberapa spot foto menarik.
Afdhal mendengar penjelasan saya tentang Steemit
Lokasi pertama saya datangi underpass Alue Naga. Taman Putroe Phang dan Taman Ghairah Gunongan. Kedua lokasi ini masih tertutup untuk publik. Sejak Banda Aceh masuk Zona Merah, objek-objek wisata yang mengundang keramaian memang ditutup untuk umum.
Begitu juga dengan Museum Tsunami. Tutup. Di sampingnya ada Kerkhof Peucut. Masuk ke sini, saya ingin menambah koleksi foto. Alias update foto. Tak banyak yang bisa saya lakukan di sini. Karena satu 35 menit lagi malam akan turun. Seketiga itu saya putar ke Punge Blang Cut.
Tujuannya ke PLTD Apung. Sekitar 25 menit lebih di sini. Petugas sudah memberi kode. "Waktu berkunjung sudah selesai," ujar seorang petugas jaga. "Ini sudah waktunya tutup. Besok pagi kami buka lagi...," kata dia.
Kolase foto ini saat saya berada di spot objek wisata yang saya kunjungi dalam city tour pribadi
Selesai dari pembangkit listrik yang terdampar ke darat di bawa tsunami 26 Desember 2004 itu, saya melanjutkan perjalanan ke apotik. Gerah dan lelah sudah dari tadi menyergap. Secangkir teh panas sepertinya cocok. Seketika itu juga kenderaan saya arahkan ke Lampineung. Warung Kopi Kantin SMEA.
Di sana sudah ada Wildan Fadhil yang juga Steemian. Selepas shalat Magrib, saya lihat @fadhilaceh itu sedang berselancar dengan Quora. Dia sedang betmut. Saya membuka laptop melanjutkan kerja offline yang sempat tertunda. Menulis berita, menuntaskan konten untuk Youtube juga. Selepas Insya segera pulang ke rumah.
Baru kemudian melanjutkan tulisan ini sampai tuntas dan tayang. Terima kasih teman-teman sudah melihat dan membaca postingan ini.
Tabik
@munaa
Postingan ini telah dihargai oleh @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.
Ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info tentang Steemit dan kontes.
Anroja
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
terima kasih
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit