Assalamualaikum...Sudah lebih setengah bulan kita menunaikan ibadah puasa, InsyaAllah semua dari kita mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Oya, ini hari aku tidak bergiat banyak, karena sejak jelang siang cuaca sudah mendung disertai dengan gerimis. Alhasil, aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam gubuk sembari berbaring. Terkadang melihat gawai.
Satu jam sebelum berbuka puasa, aku bangun dan bergegas ke kamar mandi. Tapi kali ini aku tidak mandi bersebab cuaca terasa dingin di badan. Aku hanya menggosok gigi dan membasuh muka saja. Karena mesin air masih belum berfungsi, seember air pun aku angkat untuk kebutuhan dapur karena istri juga sedang memasak. Sore ini ia menggoreng cimplung dan membuat bubur kacang hijau.
Seperti biasa pula, saat hendak ke warung aku membawa cimplung dan bubur kacang hijau yang sudah siap dimasak. Semua bawaan aku letakkan di meja yang biasa kami gunakan untuk berbuka puasa. Beberapa menit berselang, istriku pun menyusul dengan membawa tembakau rokok milikku dan juga air putih. Alhamdulillah rupanya Mang Colen juga sudah menyiapkan nasi berikut lauknya, ikan asin dan sayur lodeh.
Alhamdulillah, setengah jam berselang selepas aku berada di warung, waktu berbuka pun tiba. Aku awali dengan air putih dan cimplung buatan istri. Lalu aku lanjutkan dengan menghisap rokok. Ini sudah menjadi kebiasaanku. Belum sebatang rokok aku habiskan, aku pun ingin segera makan nasi. Rasa ingin makan ini muncul saat aku melihat ikan asin. Sungguh ini berbuka dengan menu sangat sederhana tapi terasa nikmat jika bersama.
Sesuai rencana, selepas isya nanti istriku akan kembali ke Jakarta untuk beberapa hari. Sementara aku akan tinggal dengan Mang Colen di kebun. Untuk itu aku harus panaskan motor lebih dulu sementara istriku menyiapkannya packingan.
Kini hanya tinggal aku di warung, Mang Colen ke mesjid untuk tarawih, sementara istriku sudah berangkat. Untuk menyibukkan diri aku hanya mengandalkan gawai sekedar untuk menonton YouTube atau membaca berita perkembangan politik di negeri yang sangat lucu ini. Sebagai pelengkap aku juga menyiapkan segelas kopi hitam khas Bogor, apalagi kalau bukan kopi Liong Bulan.
Malam semakin terasa dingin, untuk antisipasi aku juga menyalakan api unggun di tempat biasa. Namun sayang, persediaan kayu sudah menipis, terpaksa aku ambil sebongkah kayu yang sudah mulai lapuk, secara perlahan aku tatah dengan parang. Lumayan, setidaknya rasa dingin mulai hilang di sekitar aku duduk. Ini terus saja aku lakukan berulang kali jika kayu mulai habis dimakan api.
Entah gerangan apa, tiba-tiba saja istriku menelepon dan mengatakan bahwa ia masih betah di kebun dan ia hendak kembali. Ku iyakan saja apa yang ia mau. Ini berbarengan dengan selesai tarawih. Itu artinya, Mang Colen akan segera kembali, begitu juga dengan istriku. Rupanya Mang Colen lebih dulu tiba, berselang lima belas menit istriku pun tiba.
Alhamdulillah..., istriku membawa dua ikat rambutan yang ia beli sewaktu kembali ke kebun. Kini kami bertiga sudah berada di meja kayu yang sama saat kami berbuka puasa. Kami mulai menghabiskan sisa makanan yang ada di meja. Semoga saja tidak ada yang tersisa.***
Wassalamu'alaikum...
@pieasant