Selepas subuh tadi, saya mati-matian mengusahakan tubuh dan sepasang bola mata yang saya punya dengan mencoba lanjutkan bacaan. Angin yang terkurung di tubuh bikin badan saya terasa lesu dan lemas. Bawaannya kepingin baringan saja di tempat tidur. Belum jam delapan pagi saat Wafir menggedor pintu kamar yang saya tempati bersama Mizan yang tiba kemarin malam bersama abangnya, Naufal. Mereka adik-adik saya dan kak Mufidah.

Ada janji yang mesti dipenuhi. Kuala Leuge di Peureulak. Keluhan saya bikin Wafiri jengkel dan serta-merta membangunkan Naufal yang tidur di kamarnya. Badan saya dipijat. Tangannya Naufal pandai. Ia diajari teman sekolahnya, ceritanya. Pukul 10.17 ketika saya bangkit untuk bersihkan badan. Kak Mufidah yang sedang menyetrika pakaian ditemani Mizan yang duduk di dekatnya mengobrol tentang sesuatu yang tak saya simak juntrungannya. Seusainya saya di kamar mandi, Kak Mufidah telah siap dengan pisau di tangannya memotong sosis dan sayur untuk bekal kami di laut.
.jpeg)
Janji ke kuala yang mulanya disepakati sebelum delapan pagi untuk menghidari terik matahari baru terealisasi di pukul sebelas lewat. Saya lupa di menit keberapa. Bila mulainya di delapan, pada sepuluh kami akan kembali tiba di rumah. Cuaca untuk bermain di pantai sedang bagus-bagusnya. Langit begitu baik. Saat kami tiba, suasana pantainya tampak sepi. Barangkali karena bukan hari libur. Siapa pula orang yang pergi melihat laut jam dua belas siang hari kerja pula, selain orang-orang yang memang benar-benar sedang santai.

Tak perlu waktu lama sejak motor yang kami bawa terparkir untuk wafir berlari menuju laut tanpa dengar suara-suara di belakangnya. Kami bertiga saja. Kak Mufidah, Abang, dan Naufal punya sesuatu lain yang mesti mereka kerjakan dan itu tidak bersama kami di pantai. Tanpa ingat bahwa krim spf tak boleh dioleskan di bawah cahaya matahari langsung, saya reflek mengoleskan wajah Wafir dengannya. Mizan yang berhasil menyusul kami di bibir pantai menyeru mengingatkan saya. Wafir tentu saja dongkol karena setelah ia terpaksa kami agkut ke pondokan yang telah kami sewa untuk berteduh. Tunggu lima belas menit, tegas saya kepadanya. Mizan tertawa, Saya Ikutan. Setiap ia tanya berapa lama, saya akan dengan sengaja menaikkan limit waktunya karena kepikiran kalau kulitnya sampai gosong terbakar. Kemudian kami makan dan mengobrol tentang film Shutter (2003) yang baru kami tonton kurang dari lima belas jam sebelumnya dan melakukan beberapa hal lain yang perlu sebelum akhirnya bermain di air hingga pukul empat sore.

Setiba kami di rumah, kak Mufidah dan Naufal sedang bersihkan halaman belakang. Abang masih di toko. Setelah semua bersihkan badan, kami berkumpul di kamar untuk Netflix: menonton Ponyo dan Season 2 Girl From Nowhere sambil makan Nastar yang saya dan kak Mufidah bikin minggu lalu. Selepas magrib, saya diajak Abang pergi ke tambak dan baru pulang hampir jam sepuluh malam barusan ketika hujan mulai turun perlahan.

Hampir jam sebelas ketika saya akhirnya bisa duduk santai dan mulai menulis catatan ini. Selamat malam teman-teman. Semoga hari kalian menyenangkan. Senantiasa menyenangkan,
Tan