The Diary Game (13 April 2021) : Safari Ziarah Mahabbah | Ramadhan 1442 H

in hive-103393 •  4 years ago  (edited)

WhatsApp Image 2021-04-13 at 11.43.59.jpeg

Safari Ziarah Mahabbah adalah kegiatan berziarah kepada para ulama dan habaib, yang dilakukan mulai dari orang tua sampai ke yang masih pelajar tingkat SMA, safari ziarah mahabbah sudah menjadi rutinitas setiap tahun di bulan Ramadhan yang sudah berjalan selama dua tahun, semoga kegitan yang mulia ini bisa terus kita lakukan pada tahun-tahun selanjutnya terutama pada bula Ramadhan.

Hari ini kami mengawali kisah awal ramadhan dengan berziarah ke makam Ulama di Keumala Raya, ini adalah kali ketiga di bulan Ramadhan kami berziarah ke tempat itu, di sana ada Makam Wali 9 atau yang lebih sering orang sebut Tgk Syik Glee Meulinteung, lokasi pemakamannya berada di atas bukit atau glee meulinteung, disana bersemayam 9 para Waliyullah yang sepak terjang kehidupanya sangat berpengaruh bagi masyarakat Atjeh khususnya, untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut bisa sahabat baca disini, https://steemit.com/beulangontanoh/@beulangongtanoh/komplek-makam-gle-meulinteung-keumala-pidie

Setelah usai shalat sahalat subuh kami bersama Mejelis Muhibbin Alawiyin Aceh melakukan safari ziarah mahabbah menuju ke arah Keumala Raya Kabupaten Pidie, hawa pagi yang sejuk dan angin sepoi-sepoi di pagi hari yang masih sedikit gelap, disepanjang perjalanan konvoi terlihat para kaula muda yang sedang membayar kerinduan mereka yang sudah lama dinanti-nanti di pagi hari bulan Ramadhan, ada yang sibuk selfi dan ada juga yang hanya jalan sendiri yang pasti mereka semua menikmati.

Tidak terasa hari sudah semakin terang, sinar matahri mulai keluar disela-sela perbukitan, sedikit perbincangan dengan guru kami di atas kendaraan motor scoopy yang saya kemudi, akhirnya kami sampai di kaki bukit jalan menuju glee meulinteung, dikerenakan akses menuju ke tempat pemakaman agak sedikit susah karena harus melalui jalan tanjakan di tambah lagi ada bebatuan jadi tidak bisa ber-boncengan untuk naik kesana.

WhatsApp Image 2021-04-13 at 17.02.25.jpeg

Alhamdulillah kami sampai di pemakaman, hembusan udara yang masih baru sangat terasa nyaman untuk melepas penat setelah meniti jalan yang sedikit lumayan jauh, setelah itu kami mengambil wudhu di area pemakaman, air yang sangat khas di penggunungan membuat saya betah lama-lama main air disini, untung wudhunya antrian kalau enggak mandi aja deh sekalian hehehe, setelah semua selesai berwudhu kami bersama-sama naik ke atas untuk masuk kedalam pemakaman, saya sangat yakin mereka di dalam kubur mengetahui kehadiran kami, saya sangat malu menginjak kaki di tempat yang mulia ini, yang bersemayam 9 pra waliyullah karena mengingat dosa yang saya lakukan semakin hari semakin menjadi-jadi, yang selalu terkalahkan oleh hawa nafsu dan lebih mementingkan diri sendiri.

Serangkain acara di area dalam pemakaman sudah terealisasi dengan baik, mulai dari yasinan, tahlilalan, qasidah, shalawat, hingga berakhir penutupan dengan doa. Waktu terasa sangat singkat padahal saya merasa sudah lama kami berada disana, mungkin inilah yang dinamakan keberkahan diwaktu pagi. Ketika beranjak untuk pulang salah seorang dari guru kami mengusulkan sebuah ide cemerlang, "bagaimana kalau kita lanjutkan ziarah ke Tangse di makam Habib Teupin Wan" karena yang lainya juga mendukung, kamipun bersepakat untuk kovoi lagi meniti jalan menju Tangse.

WhatsApp Image 2021-04-13 at 17.02.22 (1).jpeg

Kendaraan bukan suatu penghalang untuk sampai ke tujuan, yang di butuhkan sekarang adalah rasa cinta dan semangat yang kuat, jalan yang jauh terasa sangat dekat, di sepanjang perjalanan mata kami di manjakan oleh hijauan yang berada di sebelah kanan dan kiri jalan, kicauan burung menambah indah alam pendesaan di Tangse, ini kali kedua saya berziarah ke makam Habib Teupin Wan, karena dosa yang banyak ni saya sedikit lupa akses untuk menju ketempat tujuan, saya kira guru kami yang mengajak kesini tadi beliau mengetahui jalur menuju ke tempat pemakamanya karena sudah berjalan sedikit jauh dan saya juga sudah lupa jalanya, kami yang mengemudi di depan berhenti sejenak dan bertanya kepada guru kami tadi, ternyata beliau belum pernah kesini, kami mencoba memberanikan diri untuk bertanya-tanya kepada warga pribumi yang ada di pendesaan tangse, setelah sedikit tersesat dan beberapa bertanya-tanya kami sampai di tempat tujuan berkat seorang yang sudah sedikit ketuan dan sepertinya beliau tau banyak hal tentang sejarah di pendesaan itu, kamipun diantar olehnya sampai ketempat pemakaman dan sebagai ucapan terimakasih kami melakukan foto bersama dengan beliau, "The Powe Of Kakek".

WhatsApp Image 2021-04-13 at 11.43.56.jpeg

Setelah berfoto-foto kami bersama-sama menuju ke area pemakaman yang terletakak di belakang perumahan para warga di desa itu, aroma dedaunan yang alami, sepertinya tempat ini jarang sekali di kunjungi, untuk masuk ke pemakamanya hanya ada satu pintu masuk yaitu lewat jendela tidak ketahui pasti apakah itu pintunya dari dulu atau hanya jendela saja karena pintu masuk terbilang kecil kami hanya berdiri dan mengelilingi pemakaman beliau dari arah luar.

WhatsApp Image 2021-04-13 at 16.22.50 (3).jpeg

WhatsApp Image 2021-04-13 at 16.22.50.jpeg

Kemudian kami melanjutkan dengan pembacaan tahlilan, shalawat dan pembacaan sekelumit tentang biografi Habib Teupin Wan, beliau bernama asli Habib Abdurrahman As Seggaf, terlahir dari nasab yang sangat mulia. Habib Teupin Wan merupakan seorang Ulama di samping itu beliau juga sebagai seorang pejuang Atjeh pada masanya dan pernah mejabat sebagai Bendaharawan Tgk Syik di Tiro, cerita lebih lanjut tentang sosok beliau bisa sahabat baca disini https://steemit.com/indonesia/@said-nuruzzaman/habib-teupin-wan-pahlawan-dan-agama-kisahnya-jangan-sampai-hilang-20171111t1868328z

WhatsApp Image 2021-04-13 at 16.22.50 (1).jpeg

WhatsApp Image 2021-04-13 at 16.22.50 (2).jpeg

Maka pantas dan wajarlah jika Atjeh dulu di elu-elukan sebagai negeri "Serambi Mekkah" dan 'Tanah Rencong", bagaimana tidak wahai saudaraku, jika tokoh-tokoh Atjeh dulu sangat disegani di mata dunia, seperti contoh Habib Teupin Wan selain beliau seorang ulama juga sebagai tokoh pahlawan yang rela datang dari negeri Yaman kota Hadramaut, untuk menyebar lampu Islam sehinga terang menerang seperti sekarang ini, maka pantas dan wajar kita mengenang, mengunjungi makam mereka "walaupun hari pahalawan sudah lewat, tapi bukan itu yang penting, karena pahlawan dulu saat berperang tidak memilih tanggal".

-Semoga bisa bermanfaat-

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

This post has been rewarded by @steemcurator08 with support from the Steem Community Curation Project.

Follow @steemitblog to get info about Steemit and the contest.

Anroja