Berburu nikmat Tuhan

in hive-103393 •  3 years ago 

Hai steemian...
Hai pembaca...
Salam sejahtera untuk kita semua.
Aku hanya ingin mengungkapkan isi dalam pikiran saja, tak ada pikiran untuk mengikuti kontes atau apapun.
Baiklah, mari kita mulai...


Tepatnya hari Minggu, 6 Maret 2022 di Kota Indramayu. Berawal dari ingin freshnya pikiran ini, Aku berusaha mengantarkan badan ini untuk berjalan mencari sesuatu yang menghibur.

IMG-20220304-WA0000.jpeg
Sang Surya masih begitu malas menampakkan kecongkakkan sinarnya, embun pun masih berkeliaran kesana kemari yang belum terusik oleh hangatnya mentari.


23-59-51-275299753_1399201073848566_537043033047582947_n.jpg
Namun, bagi para pejuang rupiah sudah beraktivitas dengan giat dan cekatan demi sesuap nasi dan segelintir lauk untuk dimakan sekeluarga.
Kota kecilku, menampakkan keindahan ketika bayang gunung Ciremai muncul dari kejauhan.


23-56-05-275007424_3133617006891436_5683408278942988346_n.jpg
Tengah perjalanan, aku mencari bekal sarapan agar perut ini tak protes. Mampirlah disebuah warung kecil, tersedia berbagai macam gorengan dan lain2.
Ibu Warmi, pemilik warung tersebut... Usia yang sudah lanjut tak membuat surut untuk berlomba mencari rejeki yang Tuhan sediakan.
Aku memesan 𝘓𝘰𝘵𝘦𝘬 "makanan yang terbuat dari kangkung, toge, mentimun yang direbus dengan siraman sambal kacang", dua bungkus ku pesan.
Sambil mengulek sambal aku sempatkan untuk berbincang.
" Ibu, sudah umur berapa? Aku lihat usia ibu sudah 𝘴𝘦𝘱𝘶𝘩, tapi masih kuat jualan" Aku awali berbincang

"Yaah... Sudah tua nak, kalau tepatnya ibu tidak tahu, tanggal lahir saja lupa. Kalau masalah jualan, di umur saat ini rata-rata sudah tidak kuat, tapi ibu dikuat-kuatin nak. Mau bagaimana lagi, kalau tidak jualan nanti makan apa nak?" Sambung jawab dari ibu Warmi

"Ibu ada yang membantu?" Tanyaku meneruskan dengan rasa penasaran.

"Ibu hanya seorang diri nak, tidak ada yang bantu. Suami sudah tiada, anak-anak ibu ada 2 orang. Mereka sudah berkeluarga dan merantau ke kota Jakarta. Jadi ya sebisa ibu saja" Jawab beliau dengan suara lirih

Dalam hatiku berkecamuk, ibu Warmi dengan usianya yang sudah lanjut masih saja bekerja, harusnya di usia senjanya lebih banyak istirahat dan bermain dengan cucu. Namun, nasib tak memihak dan mengharusnya tak henti bekerja.

images (4).jpeg

𝘓𝘰𝘵𝘦𝘬 sudah jadi, dibungkus dengan daun pisang 𝘒𝘭𝘶𝘵𝘶𝘬 (pisang yang buahnya penuh dengan biji, daunnya sangat elastis, cocok untuk membungkus makanan).
"Aku ambil gorengan tempe sama tahu isi ya bu"

"Iya nak, ini daun pisangnya" Jawabnya

"Gorengan aku ambil 5, jadi semuanya berapa ya?" Aku minta totalan

"𝘓𝘰𝘵𝘦𝘬 2 bungkus 12 ribu, gorengan 5 biji 5 ribu. Jadi 17 ribu nak" Jawab ibu Warmi sambil menghitung.

"Ko mahal bener bu, jangan mahal-mahal ya, aku tawar. Nihhh uangnya... Sudah ibu jangan nawar lagi. Uang itu sudah pas dengan harga ini" Jawabku sambil menyodorkan uang 100 ribu-an.

"Makasih ya bu, semoga ibu Warmi sehat selalu, diberikan rejeki yang berkah dan tetap semangat" Lanjut aki berucap.

"Aamiin... Tapi ini kebanyakan nak uangnya"
Ibu menyodorkan kembali uang tadi

"Terima saja bu yah... Barangkali ini rejeki tambahan buat ibu. Sudah ya bu, aku berangkat" Ku tinggalkan ibu Warmi untuk melanjutkan perjalananku.


Tujuanku telah nampak, ku dekati warung kopi dan ku pesan segelah kopi hitam untuk melancarkan otak yang tersendat oleh penatnya kesibukan kerja.

IMG_20220309_082908.jpg
Suasana pantai Tirta Ayu sungguh mempesona, ku lihat di sekitaran ada beberapa nelayan yang sedang mencari ikan. Sekalian ku tangkap gambar perahu dan kilang minyak Pertamina Balongan.

IMG_20220309_083026.jpg


Selama beberapa jam aku mengelilingi bibir pantai, berjalan bolak-balik sambil melihat air dan aktivitas kepiting kecil.
Tak terasa, seharian penuh aku berdiam di pantai, hendak aku tinggalkan untuk kembali ke rumah. Namun ku hentikan dulu langkahku, untuk membingkai kawanan pemancing yang mungkin juga hendak pulang.

23-55-20-275376307_4094200327470774_7340636885280497939_n.jpg


Tidak kurang dari 1 jam perjalanan, tepat pukul 17.45 WIB pintu gerbang rumah sudah ku buka.
Bergegas membersihkan badan untuk menghilangkan uap air laut yang menempel di tubuh. menyiapkan peralatan kerja untuk besok sudah dilakukan, rasa kantuk mulai merajam. Tak ambil pikir tubuh lelah ini ku rebahkan, mata melirik jam dinding tertempel di dinding kamar. 21.05 WIB jarum jam menunjukkan kemampuannya kepadaku.


Lamunan menjelang tidurku, teringat akan ibu Warmi yang tadi pagi ku temui menyadarkan ingatanku kepada ibu dan bapakku.
Semoga mereka selalu dalam lindungan yang Maha Melindungi, sehat selalu menyertai, keceriaan selalu mengiringi.

By. Bang Al


Ucapan maaf jika dalam penulisan terkandung kata yang tidak pantas, penyebutan nama atau tidak tertatanya kata menjadi kalimat.
Mohon bantuan koreksi, untuk meningkatkan kembali dalam penulisan.
Kisah tersebut diambil dari pengalaman pribadiku, salam kenal dari kota Mangga-Indramayu

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

This post was resteemed by @steemvote and received a 14.66% Upvote. Send 0.5 SBD or STEEM to @steemvote

Cerita singkat yang menarik, terus semangat bang Al

image.png

  ·  3 years ago Reveal Comment

@claudia thanks for the advice to always wear a mask