Cuaca Yang Mendung, Menanti CahayasteemCreated with Sketch.

in hive-103393 •  8 days ago 

Pagi itu, udara masih menggigilkan tulang. Gerimis turun, tipis namun terasa menusuk. Tapi aku tidak bisa menunda, harus mengantar anak ke sekolah.

Sebuah sekolah yang tak hanya dibangun dengan batu dan semen, tetapi dengan harapan besar untuk mengubah wajah masyarakat. Itu adalah karya saudara kami.

IMG20250114075824.jpg

Dulu dimulai dari sebuah TK, kemudian berkembang dengan madrasah sore. Kini, Alhamdulillah, mereka resmi membuka SD IT. Sebuah mimpi yang pelan-pelan tumbuh menjadi kenyataan, seperti bunga yang mekar meski dalam cuaca tak selalu mendukung.

Sekolah ini berdiri di atas rumah warisan nenek kami. Lokasinya cukup luas, meskipun tentu saja, untuk ekspansi lebih besar, kami memerlukan tempat yang lebih strategis.

Namun, inilah cikal bakalnya—tempat di mana semuanya dimulai, di mana harapan dan impian kami terpatri. Dari sini, kami ingin membangun lebih dari sekadar gedung. Kami ingin memberikan sesuatu yang abadi, sebuah perubahan yang perlahan tumbuh, seperti pohon yang merambat meskipun akarnya sederhana.

Prostitusi
Daerah kami memiliki reputasi yang tak mengenakkan.

Tempat-tempat yang seharusnya dihargai justru menjadi ladang kesulitan, tempat-tempat yang menyedihkan di pinggir jalan. Ini bukan sekadar masalah ekonomi. Ini adalah soal pendidikan, atau lebih tepatnya, kekurangan pendidikan

Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran, seperti sebuah lingkaran yang terus berputar. Bahkan ada yang menganggapnya sudah biasa, seakan itu adalah bagian dari kehidupan yang tak bisa dihindari.

Para suami yang membiarkan istrinya, atau orang tua yang mendiamkan anaknya, tak menyadari betapa rusaknya nilai-nilai yang mereka tanamkan.

Ini adalah akibat dari minimnya pendidikan, yang seharusnya bisa memberikan mereka jalan keluar dari segala bentuk pengorbanan tak bermartabat.

Cerita Pilu
Saya sendiri, waktu itu, masih belum paham betul. Saat itu saya baru saja menikahi istri orang sini, dan beberapa kejadian aneh terjadi.

Salah satunya ketika saya berangkat ke masjid menjelang maghrib. Karena jaraknya cukup jauh, saya naik sepeda motor dengan pakaian yang pantas: sarung dan baju koko.

Tiba-tiba di tengah jalan ada seorang wanita yang meminta tumpangan. Saya pun memberi tumpangan, lalu bertanya hendak ke mana, dia menjawab, "Terserah mas, ya mau dibawa ke mana." Saat itu, saya hanya terdiam, masih belum mengerti.

Kejadian itu terjadi dua kali. Baru setelah itu saya mulai paham situasinya.

Meskipun kasihan melihat perempuan-perempuan yang malam-malam di jalan, saya tidak pernah lagi memberi tumpangan. Kejadian ini mengingatkan saya akan pentingnya pendidikan dan agama. Maka dari itu, kami mendirikan sekolah dengan sentuhan agama Islam, untuk memberikan pemahaman yang benar dan membantu mengubah pola pikir masyarakat. Agar mereka tidak terjerumus dalam jalan yang salah.

IMG20250114075928.jpg

IMG20250114075943.jpg

IMG20250114075849.jpg

IMG20250114075922.jpg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!