Mengenang Perjalanan Yang Terhenti oleh HujansteemCreated with Sketch.

in hive-103393 •  3 months ago 

Sore itu, hujan turun dengan ganasnya. Aku, si pengendara motor tua yang canggih, berusaha tetap tegar menembus derasnya air.

Namun, kali ini ada yang berbeda—di belakangku, istri dan bayi yang baru saja belajar tidur sambil menangis. Aku tahu, ini bukan perjalanan biasa. Akhirnya, aku menyerah dan menepi di bawah bangunan yang lebih mirip rumah horor daripada tempat berteduh.

Tapi, tak apalah, yang penting kami selamat. Hujan tetap deras, dan aku hanya bisa tersenyum—jauh dari kemewahan, tetapi dekat dengan keberuntungan.

IMG20250128172137.jpg

Aku menatap bayi kecil itu. Tampaknya ia sangat mengantuk, meski udara dingin mengigit. Entah bagaimana, meski tak seorang pun yang ingin berada dalam keadaan seperti ini, ada kenyamanan dalam berbagi nasib.
Beberapa orang lainnya ikut berteduh di bawah bangunan yang bahkan bukan untuk itu.

Dalam hati, aku berdoa—semoga suatu hari aku bisa memiliki kendaraan yang lebih baik. Agar keluarga ini tidak lagi merasakan ketidaknyamanan seperti ini, dan bisa bepergian tanpa takut motor tuaku mogok di tengah perjalanan.

IMG20250128172052.jpg

Seperti kebanyakan orang, aku juga punya impian besar—hidup yang lebih baik, nyaman, dan pastinya, bebas dari ketegangan sehari-hari. Aku coba segala cara. Pagi jadi tukang asong, siang jadi guru bahasa Inggris dengan gaji seadanya, kadang sore jualan es di depan sekolah.

Tapi hasilnya? Kosong. Keberhasilan itu, entah kenapa, seperti piala yang hanya bisa dilihat orang, tapi tidak pernah bisa digapai. Padahal, rasanya, kalau aku sukses, mungkin akan ada piala besar yang terhidang di meja makan, bukan hanya soto mie dengan segelas teh tawar.

Tapi begitulah hidup. Aku berjalan—terus berjalan. Jalan yang kadang penuh lubang, kadang juga penuh harapan, meskipun banyaknya itu sering kali cuma bayangan di ujung terowongan. Siapa yang tahu? Mungkin keberhasilan itu tidak datang kalau kita tidak jatuh dulu.

Dan aku sudah jatuh—berkali-kali.

Tapi bukankah itu justru bagian dari petualangan? Seperti orang bilang, “Tidak ada yang enak tanpa perjuangan,” padahal sejujurnya, aku rasa mie instan pun sudah enak tanpa perjuangan yang berarti. Tapi ya, siapa yang tahu? Keberhasilan itu selalu punya cara unik untuk datang.

Hampir satu jam aku terjebak dalam lamunan, menunggu hujan reda. Suasana makin mendekati malam, saat istriku menepuk bahuku. "Ini udah gerimis," katanya, "Ayo kita lanjutkan sebelum malam tiba."

Saat itu, aku merasa seperti hidupku sedang ditunda-tunda oleh hujan yang tak kunjung berhenti. Namun, dengan dorongan dari istriku, aku tahu waktunya untuk melanjutkan perjalanan, meskipun hanya sedikit lagi yang harus ditempuh. Seperti hidup, kadang kita hanya perlu langkah pertama untuk melanjutkan, meski hujan masih mengguyur.

.

Wassalam.
Yunus.

Introduction

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!