Mereka Yang Perlu dengan RUQYAHsteemCreated with Sketch.

in hive-103393 •  28 days ago 

Screenshot_2024-12-29-06-07-13-50_dba69a5e82e939c3ddef13f99a115ca3.jpg

Sore itu aku ditelepon teman. Dia bilang, "Tolong aku diruqyah, ya." Ini sudah yang ketiga kalinya dia minta begitu. Katanya, akhir-akhir ini sering cemas dan jantungnya suka berdebar-debar.

Aku sebenarnya sudah cukup lama meruqyah orang. Dan dari semua yang pernah aku temui, ada beberapa pola yang bisa aku simpulkan.

Pertama, mereka yang butuh ruqyah biasanya gampang sekali marah. Tapi bukan marah biasa. Ini marah yang seperti petasan—meledak-ledak tanpa aba-aba. Bahkan hal-hal kecil saja bisa jadi pemicu, seperti suami salah taruh baju atau anak lupa cuci piring.

Kedua, mereka sering dikepung kesedihan yang tidak jelas asal-usulnya. Sedih ini datang tiba-tiba, seperti hujan di siang bolong. Dan yang bikin mereka makin bingung, mereka sendiri nggak tahu kenapa bisa sedih. Rasanya seperti ada awan kelabu yang meliputi seluruh hidup mereka.

Ketiga, mereka merasa dunia ini kosong. Tidak ada satu pun orang yang bisa benar-benar memahami apa yang mereka rasakan. Ketika mencoba curhat, hasilnya malah tambah kacau. Orang yang diharapkan mendengarkan justru menambah beban. Bukannya simpati, malah dapat ceramah gratis. "Kamu kurang bersyukur," katanya. Atau, "Ya sudah sih, nggak usah dipikirin." Padahal, itu semua tidak membantu sama sekali.

Keempat, mereka merasa tidak ada yang menyayangi. Padahal, keluarga mereka jelas-jelas peduli. Ayahnya perhatian, ibunya menyayangi, saudara-saudaranya mendukung. Tapi di mata mereka, cinta itu seolah tidak ada.

Kelima, ingin pergi jauh. Pergi ke tempat yang sangat jauh, di mana mereka tidak kenal siapa pun, dan tidak ada yang mengenal mereka. Seolah di tempat itu, beban mereka akan hilang.

Keenam, mereka merasa masa depan suram.
Cahaya di ujung terowongan itu tidak pernah terlihat. Mereka hanya melihat kegelapan, dan semakin berjalan, semakin pekat rasanya.

Ketujuh, sering teringat kematian. Bukan cuma takut mati, tapi sering membayangkan kuburan atau hal-hal lain yang terkait dengan akhir hidup. Pikiran ini datang seperti tamu tak diundang, menghantui di setiap sudut.

Kondisi ini sering kali dibarengi dengan keluhan fisik. Badan lemas, kepala berat, dada berdebar-debar, atau sakit yang kata dokter “tidak ada apa-apa.” Dan di sinilah perjalanan ruqyah dimulai—menyusuri lorong-lorong hati yang kusut, mencoba menyalakan kembali cahaya yang padam.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!