Liburan kali ini, aku lebih banyak di rumah. Sejujurnya, aku senang-senang saja. Ada banyak waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga.
Pagi-pagi, aku dan istriku sibuk beres-beres. Terutama urusan pakaian yang entah kenapa selalu terlihat seperti habis perang. Kami menyetrika, melipat, dan menumpuknya rapi di lemari.
Pekerjaan rumah seperti ini memang kelihatannya sepele, tapi ternyata melelahkan juga. Kadang aku berpikir, kenapa tumpukan baju itu tidak pernah habis? Rasanya seperti mengisi air ke dalam ember bocor.
Selesai urusan baju, aku duduk sebentar. Jam sudah menunjukkan pukul 10. Aku ambil HP, melihat-lihat kabar terbaru, lalu lanjut membaca buku. Hari ini bukunya cukup menarik. Tapi entah kenapa, setiap kali aku mulai membaca, anak-anak seperti tahu. Mereka langsung menghampiri dan meminta perhatian. Buku ditutup, dan aku pasrah.
Siang hari, kami santai lagi.
Anak-anak mulai sibuk dengan mainannya. Aku dan istri hanya duduk, ngobrol hal-hal kecil. Kadang aku mendengar cerita anak-anak. Tentang cita-cita, tentang teman-teman mereka, atau kadang hanya cerita lucu yang tak jelas ujungnya.
Sore itu, kami memutuskan keluar rumah. Tidak semua pergi. Hanya aku dan si cantik. Ya, sebutanku saja untuk istri. Walaupun usianya sudah tidak muda lagi, aku tetap suka memanggilnya begitu. Entah kenapa.
Kami ingin mencuci mobil sore itu. Besok rencananya akan ke Subang, mengunjungi nenek.
Perjalanan dari rumah ke sana sekitar tiga jam, jadi mobil harus bersih. Rasanya tidak enak kalau berkunjung dengan mobil yang penuh debu.
Kami meluncur pelan-pelan, sambil ngobrol. Sore-sore seperti ini selalu terasa damai. Aku senang menggunakan momen seperti ini untuk mempererat hubungan. Aku percaya, cinta itu seperti tanaman. Kalau tidak disiram, lama-lama layu.
Saat menunggu mobil dicuci, kami ngobrol lagi. Tidak jauh-jauh dari topik yang biasa: masa depan anak-anak, cinta kasih, dan sedikit bercanda tentang usia yang terus bertambah.