SEJARAH TEUNGKU CHIK LAMJABAT

in hive-105209 •  3 years ago 

Teungku Chik Lamjabat
Pembangun Pendidikan Islam yang Berjasa [1872-1953].

Salah satu “Dayah” [pesantren luhur] yang terbesar dan maju di Aceh, yaitu “Dayah Bak Jeureula”, yang terletak 14 kilometer dari Banda Aceh ,dayah mana telah menghasilkan sekian banyak pemimpin-pemimpin utama, kemudian bergerak dalam bidang pendidikan, pergerakan kemerdekaan,bahkan juga menjadi pengusaha yang baik. Pembangun dan pembina dari “Dayah” yang sangat terknal itu, yaitu Teungku Haji Chik Muhammad Ja’far Shiddiq, yang lebih terkenal dengan nama “Teungku Chik Lamjabat”, telah meninggal dunia pada tgl.28 Muharram 1373 [6 Oktober 1953] dalam usia 81 tahun di kampungnya Meunasah Cut, Kecamatan Suka Makmur, Aceh Besar.

Ulama Dua Bersaudara
Sebelum “Dayah LamJabat “telah lebih dahulu berdiri dan terkenal “Dayah Lam Birah” yang juga terletak dalam kecamatan suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar. Dayah Lam Birah yang juga telah menghasilkan banyak sekali ulama-ulama terkemuka di Aceh, yang kemudian mendirikan berbagai macam Dayah di seluruh Aceh dalam segala tingkatan, yang kemudian Namanya lebih terkenal dengan sebutan “Teungku Chik Lampirah”.
Dalam tahun 1872 M. Ulama Besar Teungku Chik Muhammad telah dikarunikan Allah seorang putra yang di bernama Muhammmad Ja’far Shiddiq,sedangkan beberapa tahun sebelumnya juga mendapat seorang putra yang dinamakan Abbas. Kedua Kakak-beradik ini, Muhammad Ja’far dan Abbas mewarisi ilmu orang tuanya dalam arti yang sungguh -sungguh, sehingga keduanya menjadi ulama yang terkenal, yang melanjutkan amal bakti ayahnya dalam bidang Pendidikan Islam.
Abangnya Teungku Haji Abbas menjadi Teungku muda (asisten ayahnya di Dayah Lam Birah, dan setelah ayahnya meninggal dunia, beliau menjadi penggantinya yang selanjutnya terkenal dengan nama Teungku Chik Lam Birah.
Adiknya Muhammmad jafar shidiq, yang sedang kita riwayatakan ini, setelah beberapa waktu menjadi asisten ayahnya, membangun dayah nya sendiri, yang kemudian dalam sejarah pendidikan islam di Aceh terkenal dengan nama “Dayah Bak Jeureula” atau Pesantren Luhur Bak jeuruela, sedangkan beliau termashur dengan nama lakab “Teungku Chik Lam Jabat”
Ulama dua bersaudara ini, Teungku Chik Lam Birah dan Teungku Chik Lamjabat, benar-benar memainkan peran yang penting sekali dalam membangun Pendidikan Islam dan penciptaan para ulama/pemimpin Aceh, ulama-ulama dan pemimpin-pemimpin mana kemudian menjadi pejuang-pejuang bangsa dalam berbagai bidang.
Pendidikannya
Pendidikan yang pertama yang di terima Muhammad Ja’far adalah dari ayahnya di Dayah Lam Birah, dimana beliau mempelajari Bahasa Arab dengan tata Bahasa dan paramasateranya (Nahwu,Sharaf,ma’ani,bayan,badi’), fiqh, tauhid, tasawuf, manthik, dan sebagainya.
Kemudian berturut-turut beliau melanjutkan pelajarannya pada beberapa dayah terkenal antaranyaa di dayah di dayah Teungku Chik Lam Nyong, Dayah Teungku Chik Tanoh Abee, Dayah Chik Seulimum (ketiganya di Aceh Besar), Dayah Teungku Chik Tanoh Mirah ( Aceh Utara).
Pendidikan dan pengetahuan yang telah di dapatinya pada dayah-dayah di Aceh, dirasanya masih belum mencukupi untuk memenuhi hajat zaman, sehingga karenanya beliau berazam hendak melanjutnya pelajarannya ke Mekkah dan Madinah, sambil menunaikaan rukun Islam kelima.
Hajat dan azam Teungku Muhammad Ja’far Shiddiq di kabulkan Allah, di mana dalam tahun 1906 M, beliau belajarlah ketanah suci meninggalkan Serambi Mekkah, tempat darahnya tertumpah.
Masa lima tahun bermukim di Mekkah dan Madinah, sudah cukup luas kesemptan belajar bagi beliau yang haus ilmu. Semenit pun tidak disia-siakan waktu; beliau berpindah dari seorang ke lain ulama besar, baik dalam masjid Mekkah ataupun dalam Masjid Madinah sehingga setelah lima tahun bermukim ditanah suci pada waktu akan bertolak kembali ke tanah airnya, beliau telah menguasai Bahasa Arab selengkap-lengkapnya, setelah mendalami segala cabang pengetahuan agama, sejarah Ilmu Falak dan sebagainya.
Pengaruh Gerakan Wahaby dan Gerakan Pembaharuan yang dibawa Syaikh Jamaluddin [Al-Afgani] dan Muhammad Abduh, telah menempa semangat perjuangan kemerdekaan dalam jiwa Muhammad Ja’far Shiddiq yang akan dibawa serta ke tanah air,untuk menjadi bekal dalam membangun semangat bangsa melawan penjajahan Belanda.
Kesempatan lain yang diperoleh selama bermukim di Mekkah dan Madinah yaitu sempat berkenalan dengan ulama-ulama dan pemimpin islam yang datang dari seluruh Indonesia. Hal mana memberi kemungkinan untuk tukar menukar informasi tentang keadaan wilayah-wilayah ini Indonesia yang dijajah Belanda. Suatu keuntungan yang bermafaat sekali.
Membangun Dayah Bak Jeureula
Panggilan tanah air semakin nyaring didengarnya, tidak tertahan lagi,rindu pulang mengamuk dalam hatinya. Demikianlah dalam tahun 1910 M Muhammad Ja’far Shiddiq belajar kembai ke tanah airnya dari Mekkah ke Serambi Mekkah, dimana di Aceh didapatinya perang total lawan Belanda telah berubah menjadi perang Gerilya.
Dalam suasana demikian, beliau cepat mengambil keputusan: tidak ikut bergerilya, tetapi berazam membina Angkatan muda Islam,untuk persiapan perjuangan yang lama, sekalipun dalam bentuk yang lain.
Untuk itulah, maka setelah dua tahun mengadakan persiapan yang teliti, maka dalam tahun 1912 M diresmikanlah Dayah Bak Jeureula, dengan beliau sendiri menjadi pemimpinnya, sebagai Teungku Chik (Rektor) yang kemudian bergelar Teungku Chik Lamjabat.
Dayah Bak Jeureula, di bawah pimpinan Teungku Chik Lamjabat telah banyak jasanya kepada perkembangan pendidikan Islam di Aceh, bahkan juga diluar Aceh, karena ada juga murid-murid yang datang dari berbagai daerah Sumatera.
Diantara para Ulama alumni Dayah Bak Jeureula, yang kemudian kecuali mendirikan dayah-dayahnya sendiri, juga menjadi pemimpin ummat,yaitu:

  1. Teungku Haji Ibrahim Lampisang, menjadi pembantu beliau sendiri di Dayah Bak Jeurula, disamping menjadi ahli obat.
  2. Teungku Syekh Muhammad Montasie, yang kemudian mendirikan Dayah Masjid Montasie.
  3. Teungku Abdul Wahab Seulimuem,yang kemudian mendirikan Dayah Keunalo Seulimeum, disamping beliau menjadi pemimpin perjuangan kemerdekaan yang terkenal.
  4. Teungku Haji Muhammad Shaleh Aneuk Galong, yang kemudian mengajar di Bireun, dan sekarang melanjutkan kembali kehidupan Dayah Bak Jeureula.
    Perjuangannya
    Dayah-dayah di Aceh pada waktu itu, menjadi tempat pemompaan semangat perang lawan Belanda pada pemuda-pemuda. Demikian pula halnya dengan Dayah Bak Jeureula, sehingga banyaklah pemuda-pemuda yang belajar disana menceburkan diri kedalam perang gerilya sekitar tahun-tahun 1912-1915.
    Karena kenyataan yag pahit ini bagi Belanda, maka akhirnya Teungku Chik Lamjabat ditangkaplah dan ditahan beberapa waktu, juga kemudian dibebaskan kembali karena kelihatannya ada gejala-gejala akan bangkit kembali perlawanan rakyat yang telah mulai kendor, sekalipun kemudian beliau terus diawasi dengan ketat sekali.
    Disamping mengajar,pada zaman Belanda beliau pernah diangkat menjadi Qadli (Hakim Agama).
    Dizaman jepang, beliau diangkat menjadi Ketua Dewan Agama Islam (Atjeh Syukyo Hointyo) dengan anggota-anggotanya: Teungku Muhammad Daud Beureueh, Teungku Abdur Rahman Meunasah Meucap, Teungku Abdul Wahab Seulemeum dan lain-lain.
    Amal bakti beliau yang besar artinya setelah sebulan Proklamasi 17 Agustus 1945 yaitu mengeluarkan maklumat ulama seluruh Aceh Bersama tiga orang ulama besar lainnya, yaitu Teungku Haji Hasan Krueng Kalee, Teungku Haji Hasballah Indrapuri dan Teungku Muhammad Daud Beureueh. Maklumat tersebut menegaskan antara lain, bahwa perang kemerdekaan mempertahankan Proklamaasi Agustus melawan Belanda dan antek-anteknya adalah perang Sabil hukumnya. Maklumat inilah antara lain yang telah membuat Aceh tidak sanggup diduduki tentara Belanda selama dua kali agressinya.
    Pergi Takkan Kembali
    Setelah berbakti puluhan tahun, dalam usia tua yang mencapai 81 tahun, Teungku Haji Muhammad Ja’far Shiddiq Lamjabat, telah kembali kealam baqa, keharibaan khaliq-Nya, pada 28 Muharram 1373 (6 Oktober 1953), dengan meninggalkan pusaka bernilai untuk Angkatan mendatang, yaitu para ulama alumni Dayahnya; Dayah Bak Jeureula.
    Jenazah almarhum dimakamkan pada Pandam Pekuburan Dayah Bak Jeureula.
    Keterangan Foto:
  5. Teungku M. Ja’far Shiddiq Lamjabat.
  6. Teungku M. Ja’far Shiddiq Lamjabat. Kiri beliau: Tgk. M. Saleh, salah seorang muridnya yang terkemuka dan puteranya M. Hasballah Saleh (Penulis karangan ini). Kanannya: Maimun Saleh, Penerbang yang telah gugur.

Oleh: M.Hasballah Saleh B.A.
Dinarasikan ulang dengan EYD oleh Masykur Syafruddin, S.Hum dari Majalah Sinar Darussalam No. 38/ September 1971, hal 36-39, Koleksi PEDIR Museum.

Salam Hormat, @farycal.dos

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!