Apa yang terlintas di pikiranmu saat melihat atau mendengar kata ‘kopi’? Barangkali terlintas rasa pahit, hitam, pagi, koran, rokok, ayah, cafe, atau ingatan-ingatan lain? Persepsi itu sangat umum untuk kita yang tinggal di Indonesia (dan mungkin negara sekitar, kecuali Australia).
Kopi dipandang sebagai minuman yang biasa, tetapi tak jarang dianggap sebagai minuman untuk kaum Adam. Hal itu karena realita ditambah stereotipe yang sudah kadung ada di mana-mana. Jika itu yang general, apakah artinya tidak ada sisi lain dari minuman paling populer di dunia ini?
Beruntungnya ada banyak pakar yang bisa mengangkat realita lain tetapi tak terjamah karena nyaris tidak dianggap. Misalnya, tentang perempuan dan perannya dalam kopi (dan minuman kopi). Baiklah, mari kita urai sedikit (karena baru sedikit yang penulis tahu).
Kopi, secara umum, dipercaya berasal dari benua Afrika. Tanaman-tanaman kopi di sana tumbuh subur dan liar. Bahkan di benua hitam ini bukan hanya satu spesies kopi yang tumbuh, tetapi berpuluh-puluh dan beratus-ratus spesies kopi menjadi keanekaragaman hayati. Kopi di sana terutama tumbuh di sekitar garis khatulistiwa dan dataran tinggi. Kopi yang tumbuh di dataran tinggi menjadi habitat kopi jenis Arabika, sementara di dataran yang lebih rendah menjadi tempat bagi jenis kopi lain, salah duanya Robusta dan Liberika. Di Afrika, tanaman kopi disebut bun atau bunn atau buun.
Makna dari istilah ‘kopi’ memiliki etimologi (ilmu asal kata) berasal dari akar bahasa Ibrani ketika buah kopi mulai diolah menjadi minuman. Jadi, jika diurutkan seperti ini: kopi (Indonesia) berasal dari koffie (Belanda) berasal dari kahveh (Turki) berasal dari qahwah (Arab) berasal dari qeheh (Ibrani), yang memiliki akar dari qhh, yang bermakna warna gelap.
Pada mulanya qeheh itu disematkan pada minuman dari anggur, yaitu wine. Orang-orang yang berbahasa semitik menyebut wine sebagai qeheh. Lambat laun orang-orang Arab menyebut wine sebagai qahwah. Penyebutan itu berlangsung hingga penemuan kopi sebagai minuman oleh orang-orang Arab di sekitar milenium pertama. Merekalah yang kemudian menyebut minuman kopi juga sebagai qahwah, sebab minuman dari biji kopi mirip dengan minuman dari anggur dari segi warna dan manfaat.
Qahwah sendiri merupakan bentuk kata feminin. Sedangkan bentuk maskulinnya adalah qahw. Kenapa disebut dalam jenis kata arab feminin? (masih penulis pertanyakan hingga kini).
Pemilihan bentuk feminin, penulis rasa menjadi tanda bahwa sifat yang melekat kuat pada perempuan yaitu feminitas, juga melekat pada kopi. Meskipun makna ini tidak sepenuhnya tepat, tapi secara sederhana begitulah adanya.
Melangkah ke abad 19, ada seorang pengusaha perempuan bernama Amalie Auguste Melitta Bentz, yang lahir di Jerman. Beliau adalah pecinta minuman kopi. Pada mulanya ia menyukai minum kopi karena rasanya lezat. Ia biasa minum kopi dengan teknik tubruk seperti di Indonesia. Lama-kelamaan, Bentz merasa terganggu dengan ampas kopi pada seduhannya. Serta-merta ia yang memiliki jiwa wirausaha berpikir. Tak dinyana, ia mendapatkan ilham untuk menghilangkan ampas kopinya.
Melitta Bentz memiliki ide untuk merancang sebuah alat untuk menyaring ampas kopi. Ia mewujudkan idenya itu di rumahnya. Gagasannya adalah membuat alat penyaring dari cangkir berbahan kuningan miliknya. Kemudian ia melubangi cangkir itu sebagai wadah penyaringan.
Dari situlah ia menyempurnakan kertas saring kopi hingga mendapatkan hak paten atas nama dirinya. Seorang perempuan pecinta kopi telah mengubah dunia kopi sejak saat itu.
Perempuan dan kopi bukan dua hal yang berlawanan dan saling membenci. Perempuan dan sifat-sifat lembut kopi yang membuat lelaki jatuh cinta. Jadi, mungkinkah ada keindahan didunia ini tanpa perempuan dan kopi?
Tolong buatkan saya kopi yang rasanya seimbang.
Sempurrrna.
Apik sekali tulisannya. Banyak informasi baru yang saya dapatkan dari tulisan ini. Terima ksih sudah menulis tentang ini.
Ternyata ya 😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Samasama, terimakasih kembali 😇 .Ternyata apa yaa xixi 😄
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Bagi saya banyak "oh ternyata-nya" setelah membaca tulisan ini 😬.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih kak udah membaca tulisan saya @nuryriana
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih @iamrahmatfirdi yang sudah berbagi kisah tentang kopi. Sekarang memang semakin banyak varian kopi dengan berbagai cita rasa. Indonesia kaya dengan berbagai jenis kopi.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit