Apakah seseorang yang keranjingan internet bisa dibilang sudah "melek" teknologi? Belum tentu. Nyatanya, masih banyak orang yang menggunakan ponsel pintar berharga jutaan rupiah, punya aplikasi ini itu di ponselnya, tetapi masih belum tahu apa itu surat elektronik atau e-mail. Sangat mungkin! Sebab mereka mendaftar ke berbagai aplikasi itu hanya dengan modal nomor telepon saja.
Ada juga yang sudah terbiasa dengan platform tertentu, terbiasa mendulang rupiah dari menghasilkan/memublikasikan konten-konten di internet, tetapi belum bisa membedakan mana konten positif dengan konten negatif. Eh, tapi, bisa jadi yang ini sih karena sudah terlanjur "lemak" mendapatkan uang dari aktivitas di internet sehingga abai pada etika dan tata krama digital. Alih-alih menjadi pelopor internet sehat, yang ada malah mempromosikan konten negatif.
Kasus yang saya ceritakan ini barangkali bisa menjadi renungan bersama tentang betapa pentingnya menjadi cakap digital. Dua hari lalu, salah satu teman di grup mengirimkan link postingan di Instagram disertai pertanyaan, "Apakah ini judi?"
Saya pun menanggapinya dengan mengatakan, "Sepertinya itu judi." Untuk meyakinkan jawaban tersebut, kembali saya buka tautan tadi dan melihat tagar yang diterakan di bawah postingan. Seperti inilah tagarnya: #BK8 #BK8Asia #BK8Indonesia #GameOnline #Indonesia #OnlineBetting #OnlineGambling #Sport #Casino #Slot #Poker #GameTerpercaya #SitusGame #SitusGameOnline #RobinVanPersie #Terbesar #Terpercaya #CRYPTO #Dragonpay #Gopay #Dana #OVO #Sakuku #Doku #LinkAja #THR #Mudik #Ancol #Pangandaran
Tagar itu saya salin dan kirim ke grup. Seketika pembahasan di grup jadi ramai. Inti pembahasannya menyayangkan mengapa ada yang mau menerima job postingan konten berbayar yang bisa jadi dia sendiri tidak paham apa jenis konten yang sedang dipromosikannya. Terlebih orang itu adalah seorang muslimah.
Sayangnya lagi, komentar di postingan itu semuanya menunjukkan ketertarikan pada nominal yang diperoleh dari permainan game di aplikasi tertentu. Mereka tergiur dengan "iming-iming" di rumah saja, tapi bisa dapat THR. Tak seorang pun menyentil tentang apa yang ada di tagar itu. Tak ada yang sadar kalau postingannya mempromosikan judi online--sampai rombongan dari komunitas kami, termasuk saya, turut berkomentar di postingan itu.
Namun, tanggapan dari si pemilik akun datar-datar saja. Jawaban-jawaban yang diberikan normatif semisal, "Aman, Kak." Tak tahu apanya yang aman. Bahkan, komentar saya yang agak sedikit panjang dan turut bertanya apakah dia tidak menimbang-nimbang ketika mendapatkan tawaran itu, tidak dijawab. Pertanyaan itu pun tak muncul lagi di kolom komentar. Mungkin sudah dihapus.
Postingan-postingan semacam itu tentunya meresahkan. Sebab dia juga mengajak orang lain. Acapkali, nominal rupiah sering membuat orang tergiur.
Inilah kenapa cakap literasi itu sangat penting. Literasi, khususnya di bidang teknologi, tidak hanya membuat seseorang bisa menggunakan perangkat atau produk teknologi komunikasi dan informasi saja, tetapi juga bisa membuat seseorang mampu berpikir kritis dan tidak tergesa-gesa dalam menyikapi sesuatu.
Selain itu seseorang yang cakap literasi idealnya juga memiliki akhlak atau etika yang baik. Saya yakin, seseorang dengan etika yang baik tidak akan mempromosikan sesuatu yang melenceng dari norma hukum, agama, maupun sosial dan adat istiadat.
Tantangan kita memang berat, Kawan. Namun, saya senang, di tengah-tengah tantangan itu lahir komunitas STEEM Literacy yang menjadi ruang dan wadah bagi kita untuk saling berbagi dan mengingatkan. Semoga komunitas ini bisa menjadi influencer untuk mengampanyekan internet yang tidak saja sehat, tetapi juga mampu mendatangkan nilai ekonomi bagi pelakunya. Sebab, salah satu dari dampak literasi adalah menghasilkan value yang salah satunya ialah value ekonomi.[]
Postingan yang cocok sekali dengan misi kita @ihansunrise. Kalau ada kegiatan webinar seperti itu lagi, posting lebih awal di sini agar anggota komunitas bisa ikut. Saya juga ingin ikut diskusi tentang literasi digital, apalagi kalau gratis, hehehehe....
Terima kasih Ihan.
Keep on #SteemLiteracy.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sip, Bang. Kominfo memang sedang membuat webinar literasi digital maraton nih hingga beberapa bulan ke depan. Gratis pula. :-)
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit