Kontes Menulis Lebaran 2021 Motivation Story Community : Tradisi Meugang (Punggahan) Dalam Masyarakat Aceh Dalam Perspektif Ekonomi dan Sosio Kultural

in hive-107252 •  4 years ago 

Pada kesempatan ini izinkan saya sharing informasi terkait satu tradisi yang berlangsung di Aceh dalam ajang Kontes Menulis lebaran 2021 Motivation Story Community.

image.png

Aceh merupakan satu daerah (provinsi) yang berada diujung pulau Sumatera yang terdiri dari 23 Kabupaten/kota dengan berbagai kekhasannya terutama dalam hal tradisi dan budaya yang turun temurun diwariskan dan dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Disamping Pemandangan alam yang indah, Aceh juga kaya dengan seni budaya baik seni tari seperti Tari Saman, Seudati, Rapai Daboh dan lain-lain. Kuliner Aceh juga sangat beragam dan sudah dikenal baik ditingkat nasional maupun mancanegara seperti aneka kue tradisional seperti Meuseukat, dodoi (dodol) dan lain-lain dan juga penganan seperti Mie Aceh dan juga Dendeng Aceh yang menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung ke Aceh.

Dalam kesehariannya masyarakat Aceh sangat kental dengan nuansa spiritual sebagai salah satu provinsi yang dulu dikenal dengan sebutan “Serambi Mekah” dengan aneka tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas menjalankan ibadah agamanya.

Salah satunya adalah Aktifitas Puasa di bulan Ramadhan yang merupakan ritual ibadah yang diperkaya dengan tradisi menyambut dan memeriahkan terlaksananya prosesi puasa di seluruh lapisan masyarakat. Penyambutan datangnya bulan ramadhan dimulai dengan tradisi “Meugang” atau sering disebut Mak Meugang.

Meugang adalah salah satu tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh sebanyak 3 kali dalam setahun yaitu pada saat menyambut bulan suci Ramadhan, menjelang Hari Raya Idul Fitri dan menjelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha yang biasanya masing-masing dilaksanakan selama 2 hari (meugang kecil dan meugang besar) dimana masyarakat Aceh biasanya memotong, membeli dan memasak daging baik daging Sapi, kerbau maupun ayam dan bebek untuk memeriahkan datangnya hari tersebut.source

Tradisi meugang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu sejak kerajaan Aceh di pimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 Masehi) dimana Sultan memotong hewan dalam jumlah banyak dan dagingnya dibagikan secara gratis kepada seluruh rakyatnya sebagai wujud rasa syukur atas kemakmuran rakyatnya dan rasa terima kasih kepada rakyatnya.source

Dalam kondisi kekinian tradisi meugang merupakan suatu aktifitas yang melibatkan banyak aspek mulai aspek ekonomi, kesehatan masyarakat veteriner serta sosio-kultural masyarakat di Provinsi Aceh.

a. Aspek Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan meugang telah memberikan daya ungkit yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat Aceh mulai hulu maupun hilir. Dari proses di hulu telah menyebabkan berkembangnya usaha di bidang peternakan bahkan dengan menggunakan teknologi artifisial (Inseminasi buatan) untuk menghasilkan sapi-sapi yang mempunyai bobot dan nilai jual yang tinggi sedangkan di hilir akan menyebabkan pergerakan aktifitas pasar yang luar biasa yang ditandai dengan ramainya transaksi jual-beli daging di pasar-pasar tradisional di seluruh Aceh.

Hal tersebut adalah satu sinyal positif untuk menggerakkan perkenomian rakyat yang sebagian besar mata pencaharian masyarakat Aceh bersumber dari pertanian dan peternakan. Pada pelaksanaan meugang ribuan ekor sapi dan kerbau dipotong untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam memeriahkan serta menyambut hari besar di depan mata.

IMG-20210412-WA0032.jpg
Suasana Pasar Hari Meugang di Pasar Hewan Panton Labu tahun 2021 (dokumentasi bidang keswan dan kesmavet)

Selain sapi dan kerbau komoditas peternakan lainnya yang ikut bergerak adalah usaha peternakan unggas (ayam dan bebek) dimana ada sejumlah masyarakat melengkapi kebutuhannya dengan daging ayam dan bebek yang juga menyebabkan tumbuhnya usaha peternakan unggas baik yang berskala kecil, menengah maupun skala besar. Untuk itu diperlukan upaya yang komprehensif dari stakeholder mulai dari hulu sampai hilir untuk memastikan tersedianya stok yang memadai dalam pelaksanaan tradisi meugang tersebut.

b. Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner
Tradisi meugang yang dilakukan oleh masyarakat Aceh dengan memotong dan membeli daging hewan (sapi, kerbau, ayam dan bebek) tidak terlepas dari aspek kesehatan masyarakat veteriner dimana daging yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi kaidah ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal) dan bebas dari penyakit zoonosis (penyakit hewan yang bisa menular ke manusia) serta ancaman Food Borne Disease (penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontaminasi virus, bakteri dan lain-lain).

Untuk itu stakeholder peternakan dan kesehatan hewan melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada dua tahapan penting yaitu dengan melakukan pemeriksaan Ante-mortem dimana hewan diperiksa status kesehatannya sebelum dilakukan pemotongan untuk memastikan hewan tersebut tidak sakit yang bisa menyebabkan rendahnya kualitas daging yang akan diperoleh bahkan bisa mengancam nyawa manusia yang mengkonsumsinya.

Setelah pemeriksaan ante-mortem selanjutnya dilakukan pemeriksaan post-mortem yaitu serangkaian pemeriksaan yang dilakukan setelah hewan dipotong untuk memastikan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Hal ini penting agar daging yang dikonsumsi masyarakat dapat memenuhi kebutuhan protein hewaninya yang memenuhi kaidah Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

IMG-20210411-WA0090.jpg
Suasana Pasar di Hari meugang (dokumentasi bidang keswan dan Kesmavet)

Kedua tahapan ini dilakukan oleh para petugas peternakan baik Medik Veteriner (dokter hewan) maupun paramedic veteriner (mantri hewan) yang mempunyai kompetensi khusus terkait aspek kesehatan masyarakat veteriner di seluruh wilayah Indonesia khususnya di Aceh terkait tradisi meugang.

Dinas terkait menurunkan tim untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan baik di tempat pemotongan Hewan (RPH = Rumah Potong Hewan), dan tempat lainnya serta saat penjualan daging di pasar-pasar tradisional untuk memastikan daging yang beredar bersifat Aman dan sehat, jauh dari potensi penyakit dan juga Halal serta tidak dipalsukan dengan daging Babi misalnya.

Kami selaku Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara yang mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang Kesehatan Hewan melakukan pemantauan langsung bahkan sampai ke pasar-pasar dalam Kabupaten Aceh Utara disetiap pelaksanaan meugang tersebut.

IMG20210412105351.jpg
Dokumentasi Kegiatan Pemantauan Meugang di Pasar Sampoiniet Aceh Utara oleh Kabid Keswan dan Kesmavet (penulis) tahun 2021.

c. Aspek Sosio-kultural
Sebagaimana sudah kami sebutkan diatas bahwa tradisi meugang merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Aceh yang sudah dilakukan turun-temurun dalam menyambut hari-hari khusus yaitu Pelaksanaan Ibadah Puasa Ramadhan, Perayaan Hari Raya Fitri dan Hari Raya Idul Adha.

Tradisi tersebut takkan lekang waktu dan akan selalu dilakukan oleh masyarakat Aceh sebagai semangat dalam beribadah dan semangat berbagi kepada sesama dimana dapat kita lihat banyaknya para dermawan ikut memberikan bantuan kepada fakir-miskin baik sebelum puasa maupun menjelang hari raya dengan memberikan santunan berupa uang maupun makanan kepada anak yatim di seluruh masjid di Aceh. Dengan memberi santunan tersebut diharapkan anak-anak yatim bisa memenuhi kebutuhannya sama seperti anak-anak lainnya yang masih memiliki orang tua yang lengkap dan di hari raya nanti sebisanya tidak ada anggota masyarakat baik fakir, miskin maupun anak yatim yang tidak bisa merayakan hari kemenangan secara layak.

IMG20210428174533.jpg
Dokumentasi Acara Santunan Anak Yatim di Mesjid Baitul Maarif Matangkuli tanggal 17 ramadhan kemarin.

Tradisi meugang juga mewarnai kehidupan masyarakat dimana setiap orang bekerja dan mempersiapkan kebutuhannya di hari meugang dengan bekerja keras dan menabung agar di hari H-nya dapat melaksanakannya dengan penuh suka cita. Bagi perantau akan jauh-jauh hari mempersiapkan dananya dengan menabung dan akan membawa pulang ke kampung halamannya masing-masing dan sering hal tersebut menjadi indikator keberhasilan seseorang dimata keluarga dan sanak familinya. Para perantau akan dianggap berhasil diperantauannya apabila dapat membawa pulang uang yang cukup untuk berlebaran termasuk pelaksanaan tradisi meugang tadi.

Tradisi meugang memupuk rasa kebersamaan dalam masyarakat dimana semua keluarga berkumpul dengan sanak kerabatnya masing-masing sambil menikmati sajian aneka masakan yang berbahan dasar daging sesuai menu favorit daerahnya masing-masing.

Mengingat setidaknya ada 3 aspek diatas kami berkesimpulan bahwa tradisi meugang haruslah tetap kita lestarikan bahkan ditengah kehidupan masyarakat modern yang mempunyai kecenderungan perilaku Hedonis karena dapat membangkit perekonomian masyarakat serta meningkatkan kepekaan sosial dalam masyarakat. Kita patut bersyukur para “endatu” (leluhur) kita mewariskan tradisi yang mempunyai dampak positif bagi keberlangsungan bangsa, Negara dan agama kita ke depannya.

Demikian sharing kami pada kesempatan ini, mudah-mudahan bisa bermanfaat dan memberikan dorongan positif bagi kita semua untuk merenungkan serta merefleksikannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pat Boh Panah yang hana Geutah….Pat peuneurah yang hana bajoe…
Pat tutoe yang hana salah…Hana bak awai teuntei na bak dudoe….

Special Thanks to @aneukpineung78 atas inisiasi acara yang begitu menarik......

Akhirul kalam……..Assalamu’alaikum wr.wb.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!