Fokus pada tujuan hidup tanpa mencampuri urusan.
Ada seorang anak berkata kapada bapaknya "ayah aku tidak mau mengaji lagi" lalu bapaknya bertanya kenapa wahai anakku, kenapa tiba2 kamu ini berhenti mengaji, lalu anak itu menjawab kemarin ada seorang kakak kelas yang ketauan mencuri dibilik dan beberapa hari yang lalu ada juga ustad yang ketahuan sedang video call dengan perempuan yang perempuan itu tidak memakai jilbab itukan haram yakan ayah' sambil tersenyum bapak dari anak itu menjawab, oke kamu boleh tidak mengaji lagi tapi dengan satu syarat, apa syarat itu wahai ayah, cobalah ambil segelas air lalu kamu bawa keliling bilik dengan syarat air itu tidak tumpah, jika kamu sanggup melakukannya kamu boleh untuk tidak mengaji lagi, beberapa saat kemudian anak itu mengambil air satu gelas lalu pergi mengunjungi setiap bilik dipesantren sampai iya kembali ketempat bapaknya tadi, sambil tersenyum anak itu berkata ayah, air nya tidak tumpah ayah, lalu ayahnya bertanya lagi, ketika kamu berjalan tadi apa yang kamu liat, aku tidak melihat apapun ayah, mata dan pikiranku hanya tertuju pada air didalam gelas ini, aku menjaga air ini supaya tidak tumpah dan akhirnya aku berhasil.
Begitulah hidup ini anakku, kita tugasnya apa? Melakukan perintah Allah dan menjahui larangannya itu saja yang kita kerjakan jadi kita tidak perlu mengurusi orang lain, istiqomah sama pendirianmu sendiri, menuntut ilmu Allah itu saja yang kamu kerjakan dan jangan ber urusan dengan orang lain, jaga diri masing masing, sama halnya dengan air tadi jika kamu menjaganya airnya tidak akan tumpah begitu juga dikehidupan bermasyarakat, kamu tidak perlu mencampuri urusan orang lain supaya hidupmu aman dan tentram.
Dari cerita diatas kita bisa menyimpulkan kita harus tetap fokus pada tujuan kita sendiri tanpa harus mencampuri urusan orang lain supaya hati kita tetap tenang dan hidup kita jadi lebih tentram.
Ringkasan dari cerita diatas...
seorang anak yang mulai ragu saat menuntut ilmu dipesantren karena melihat beberapa orang disekitar nya yang melakukan hal yang tidak baik, sehingga dia merasa tidak berguna mengaji tinggi tinggi tapi prilakunya tidak berubah, dan akhirnya seorang ayah yang bijak bisa menuntun kembali anaknya dari keraguan menuju keyakinan yang selama ini dijalaninya