Kritik dan Testimoni Teuku Kemal Fasya tentang Kinerja Panwaslih Kota Lhokseumawe:
Kinerja Panwaslih Lhokseumawe pada Pemilu 2024 yang lalu memiliki dua sisi yang kompleks, tapi masih bisa dikompromikan untuk mengatakan tidak cukup buruk. Pertama, pada proses hasil pemungutan dan penghitungan suara proses berjalan cukup normal. Proses PSU yang terjadi di Kampung Jawa karena buruknya kinerja KPPS, yang merupakan gabungan dua hal. Kecerobohan karena tidak memahami SOP pemungutan dan penghitungan suara dan adanya sikap kicuh yang bisa dianggap sebagai pelanggaran administratif dan pidana pemilu. Namun, dengan Daerah Pemilihan yang dianggap memiliki indeks kerawanan pemilu, kejadian yang terjadi tidak dianggap cukup massif.
Kedua, pada masa kampanye. Sisi ini adalah terlemah yang dialami semua penyelenggara, bukan hanya Panwaslih Kota Lhokseumawe. Kebanyakan pelanggaran tahapan kampanye tidak ada yang diproses. Termasuk satu kasus kampanye di luar waktu yang sempat saya laporkan, dilakukan oleh pasangan calon presiden 02 dalam mendukung kegiatan Apeksi 2024 di Kota Lhokseumawe. Laporan saya diterima dengan baik dengan register yang benar, tapi tidak diproses dengan dinyatakan tidak menenuhi syarat formal.
Permasalahannya, ada kosmologi ketakutan di kalangan penyelenggara, termasuk pengawas pemilu untuk memproses kasus yang berhubungan dengan kekuasaan yang melibatkan instrumen negara.
Namun secara keseluruhan kita bisa memberikan jempol dua untuk komitmen Panwaslih Kota Lhokseumawe untuk menciptakan pemilu yang relatif baik untuk menjamin suara rakyat tidak dimanipulasi. Saya juga tidak mendengar ada kasus suap yang melibatkan komisioner Panwaslih Lhokseumawe. Semoga saja memang tidak ada kasus-kasus yang mencederai integritas dalam menjalankan peran sebagai pekerja pemilu.[]
Tentang Teuku Kemal Fasya:
Teuku Kema Fasya, S.Ag, M.Hum dikenal sebagai penulis dan pengamat politik di Universitas Malikussaleh. Lelaki kelahiran Banda Aceh, 9 April 1975, ini memiliki pengalaman panjang dalam isu-isu kepemiluan dan demokrasi. Tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga sebagai panitia seleksi penyelenggara pemilu, pemateri bagi penyelenggara pemilu, sampai menjadi bagian dari Tim Pemeriksa Daerah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) di Aceh.
Sudah melahirkan lebih dari 800 ratus artikel ilmiah populer yang dipubklikasikan di sejumlah media massa daerah dan nasional, di antaranya Kompas, Media Indonesia, Republika, Tempo, Serambi Indonesia, dan banyak lagi. Kemal juga sudah menuliskan sejumlah buku, di antaranya Demokrasi Pasai : Kronika Pengawasan Pemilu di Aceh Utara (Banda Aceh : Bandar Publishing, 2019), Demi Tegaknya Demokrasi Elektoral: Potret Pengawasan Pemilu Serentak di Kota Lhokseumawe (Banda Aceh : Bandar Publishing, 2019), dan Demokrasi Tanoh Gayo: Kaleidoskop Pengawasan Pemilu 2019 di Kabupaten Aceh Tengah (Banda Aceh : Bandar Publishing, 2019).
Salah satu Antropolog yang meusyehu di Nanggroe dan Nasional. Penyelenggaraan pemilu yang lalu membuat banyak orang mati rasa😁 untung aja ada orang2 seperti TKF yang peduli.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Teuku Kemal Fasya tetap kritis terhadap penyelenggara meski ia sering menjadi narasumber di kegiatan kepemiluan. Ini membuktikan ia tidak terpengaruh meski dapat honor sebagai narasumber.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit