Pada suatu malam di sebuah kedai, seorang lelaki bernama Aldi sedang berbincang dengan pacarnya mengenai keresahan yang dia alami. Aldi berkata pada Rona jika merasa tidak enak dengan teman-temannya saat diajak keluar bareng. Dia sering menolak.
"Aku sebenarnya ingin keluar bareng mereka. Apalagi kita akan menggarap sebuah program. Tapi mereka selalu mengajak ke tempat nongkrong dengan menu utama kopi. Sedangkan aku nggak bisa minum kopi," adu Aldi kebingungan. "Kamu tahu kan, aku punya penyakit dan kopi akan membuatku sakit."
Rona mengiyakan. "Tinggal ditolak aja kalo gitu?" Mata Rona menatap dengan lembut.
"Tidak semudah itu. Karena kami rencananya akan membuat sebuah proyek besar di dunia blokchain. Kami harus terus bersama. Walaupun tidak harus intens. Tapi harus berkelanjutan."
Rona terlihat memahami pasangannya. Tapi dia tidak memiliki solusi yang bisa menjadi pilihan Aldi.
Pada saat yang bersamaan seorang pelayan datang membawa pesanan mereka berdua. Dua gelas teh manis dan beberapa kudapan untuk menemani menghabiskan malam.
"Bagaimana jika kamu membuat kedai teh saja?" celetuk Rona setelah melihat minuman yang ada di mejanya.
Aldi terdiam. Dia tidak langsung menjawab perkataan pacarnya saat itu juga.
Pada malam harinya sebelum beranjak tidur Aldi memikirkan perkataan Rona tentang kedai teh. Kebetulan Aldi juga telah mengenal berbagai macam teh dan pernah berpikir untuk memiliki sebuah co-working.
"Apa aku membuat kedai teh saja ya? Agar nanti ketika teman-teman mengajak coding program bareng, kami nggak perlu ke tempat kopi. Tapi kami hanya perlu ke kedai teh milikku saja?" ucapnya pada diri sendiri. "Tinggal nanti disediakan ruangan untuk pertemuan komunitas yang terpisah dengan ruangan untuk santai-santai. Persis ala Co-working yang pernah aku datangi di Malang."
Malam itu Aldi benar-benar tidak bisa tidur karena memikirkan idenya. Seolah ingatan lamanya yang memimpikan memiliki sebuah tempat yang bisa digunakan pertemuan komunitas muncul kembali. Semakin dia pikirkan semakin dia seolah tak bisa mengabaikannya begitu saja.
Sore hari saat Papa-nya pulang dari kantor dan terlihat lelah, Aldi mendatanginya. Dia menawarkan diri untuk memijat bahu Papa-nya yang kelelahan sambil mengutarakan keinginannya.
"Enak banget pijitan kamu Al. Tumben-tumbennya begini bikin Papa senang aja. Harusnya kamu lebih sering lagi menawarkan diri buat pijit Papa. Apa kamu sedang pengen sesuatu?" kata Papa padanya.
"Pa, ruko nganggur yang ada di jalan Cendrawasih boleh aku pakai untuk buka kedai teh?"
"Boleh. Lagian sudah lama nggak dipakai. Kamu pakai aja kalau mau malahan bisa menambah pemasukan kalau bisnisnya bisa sustainable."
"Yes!!" Aldi begitu gembira ketika Papanya mengizinkan. "Akhirnya bisa buka kedai!"
Setelah itu mereka berdua banyak membicarakan hal tentang konsep kedai yang akan dibuat Aldi. Mengenai bisnis plannya, manajemen, marketing dan lain sebagainya.
Aldi juga berbicara apabila sudah mengetahui tempat untuk membeli bahan-bahan teh dengan kualitas bagus. Begitu juga dengan kue-kue yang akan dijual di kedai nantinya.
Hanya saja. Papanya tidak bisa memberi dukungan uang yang banyak. Aldi harus mengoperasikan bisnisnya sendiri sehingga waktunya akan banyak tersita.
Menyiapkan dan mengelola perlengkapan bisnisnya secara mandiri sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan apabila Aldi sudah cukup dewasa dan memiliki skill set untuk mengatasi semuanya. Masalahnya berada pada waktu yang tidak efisien jika melakukan semua pekerjaannya sendirian.
Belum lagi nanti saat kedai mulai buka dan aktivitas operasional berjalan. Aldi bakal kewalahan mengurus kedainya.
Tapi di sisi yang lain dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membayar karyawan. Isi dompetnya sangat terbatas.
Akhirnya Aldi galau untuk kedua kalinya dalam jangka waktu yang belum lama. Dia membicarakan lagi permasalahannya pada Rona, pacarnya yang selalu mendengarkan keluh kesahnya selama ini.
"Kalau kamu mau aku bisa membantu untuk operasional. Apalagi ini juga pasti jadi jalan menabung untuk mempersiapkan pernikahan kita," Rona mencoba membantu.
Mendengar tawaran Rona Aldi pun sangat senang. "Aku tidak menyangka kalau kamu mau menawarkan diri membantu melancarkan bisnis kedai Teh ini sayang! Apalagi mau repot-repot mengurusi operasional."
Rona tersenyum padanya.
Akhirnya kebutuhan demi kebutuhan untuk melancarkan pembukaan Kedai Teh sudah hampir terpenuhi semuanya. Sejak saat itu pekerjaan yang awalnya dikerjakan Aldi sendirian bisa dikerjakan bersama Rona. Mereka berbagi tugas dan membuat segalanya menjadi lebih cepat.
Hingga pada akhirnya jadwal pembukaan pertama Kedai Teh semakin dekat.
Saat itu banyak orang terlihat berdatangan ke Kedai Teh yang berada di jalan Cendrawasih. Di antara mereka adalah teman-teman Aldi yang telah diundang. Banyak juga keluarga dan saudara-saudaranya yang meramaikan acara pembukaan Kedai milik Aldi.
Sedangkan di bagian depan tempat duduk para tamu undangan Aldi telah bersiap untuk mengucapkan kata-kata pembukaan Kedai Teh dan juga ucapan terima kasih pada orang-orang yang telah meluangkan waktu untuk datang.
"Sejak hari ini dan detik ini, saya nyatakan Kedai Teh kami: D I B U K A . . . !!"
Tepuk tangan meriah mengiringi kata-kata yang diberikan Aldi pada saat itu. Semua orang terlihat bahagia dengan pembukaan kedai.
"Terima kasih pada semuanya yang telah menyempatkan diri meramaikan acara ini. Dari lubuh hati yang paling dalam saya sangat senang sekali. Semoga di lain waktu saya bisa membalas kebaikan kalian semua."
Satu bulan telah berlalu sejak pertama kali Aldi dan pacarnya membuka bisnis Kedai Teh mereka. Meski pada awalnya cukup berantakan dan memiliki banyak masalah, akhirnya aktivitas operasional kedai semakin berjalan lancar.
Orang-orang yang datang pun mulai banyak dan Kedai semakin ramai. Karena kedai ini mengangkat ciri khas yaitu menyediakan berbagai minuman Teh sebagai menu utamanya.
Juga seperti rencananya sebelumnya, Aldi bekerja di kedainya bersama Rona, pacarnya. Di saat mereka cukup senggang biasanya Aldi akan menyempatkan diri ke ruangan teman-temannya yang berlangganan di kedainya. Lalu dia ikut melakukan aktivitas coding yang selama ini telah dia geluti. Atau jika tidak, Aldi juga telah menyiapkan waktunya secara khusus untuk melakukan aktivitas coding di salah satu ruangan Kedai.
Sekarang Aldi bisa melakukan aktivitas programming dengan teman-temannya. Dia tidak perlu takut untuk menolak jika diajak ngopi bersama lagi. Karena sekarang Aldi bisa membalas dengan ajakan ngeteh bersama di kedai yang telah dia bangun dengan pacarnya.[]
Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
please click it!
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)
The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Telah dibagikan di:
X:
https://twitter.com/Bukutaqin/status/1711758706512445565?t=OaDOzaWbFdbpLQPLcZ72ow&s=19
IG:
https://ig.me/j/AbZEAhA5uL7xGUi9/
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
!upvote 40
🍀🎉🎯🎨 Participate in the "Seven Network" Community🍀🎉🎯🎨 .
This post was manually selected to be voted on by "Seven Network Project". (Manual Curation of Steem Seven). Also your post was promoted on Twitter by the account josluds
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
the post has been upvoted successfully! Remaining bandwidth: 0%
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you @joslud
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Your post has been rewarded by the Seven Team.
Support partner witnesses
We are the hope!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit