Catatan Petualangan Ala-Ala (Part II): Pantai Babah Kuala

in hive-111300 •  2 months ago  (edited)

IMG_3328.jpeg

Pantai Babah Kuala Lampu'uek, Aceh Besar

Petualangan bukan hanya tentang keberanian mendaki puncak tertinggi atau menaklukkan alam liar. Dalam catatan kali ini, saya akan membawa Anda ke Pantai Babah Kuala, sebuah destinasi di Aceh Besar yang menawarkan pesona yang memanjakan mata.

Pantai Babah Kuala yang berlokasi di Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga adalah sebuah permata tersembunyi di pantai barat Aceh. Sementara Pantai Krueng Raya yang saya kunjungi sebelumnya terletak di pantai timur.

Ketika memasuki area pantai, saya harus merogoh kocek sebesar 3.000 rupiah per orang untuk tiket masuk. Bukan angka yang terlalu besar untuk keindahan yang ditawarkan. Tidak ada harga yang bisa dibandingkan dengan nikmat alam yang telah dititipkan Tuhan kepada kita.

Langit sore itu sedikit mengernyitkan dahi. Awan kelabu perlahan berkumpul di kejauhan, lalu menggantung berat dan siap tumpah kapan saja. Awallnya kedatangan saya ke sini dengan harapan bisa menikmati matahari terbenam, namun sepertinya alam punya rencana lain.

IMG_3349.png

Orang-orang yang menikmati indahnya suasana sore di pantai Babah Kuala Lampu'uek, sebalum badai menerjang

Angin mulai bertiup kencang, lalu menyapu pasir-pasir putih yang membentang di sepanjang pantai. Pasir putih di sini memang luar biasa halusnya. Seandainya saja tidak ada angin kencang, mungkin saya sudah bisa duduk tenang menikmati sore itu.

Ketika angin mulai mendesing di telinga, saya tahu bahwa badai tak akan lama lagi. Dari kejauhan terlihat garis badai yang ditandai oleh kumpulan awan tebal dan angin kencang yang datang mendadak. Fenomena ini terjadi ketika massa udara panas bertemu dengan massa udara dingin yang membuat atmosfer menjadi labil sehingga menyebabkan hujan badai tiba-tiba.

Sederhananya adalah, kalau anda datang ke Babah Kuala (atau ke pantai-pantai lain) dan menyaksikan awan pekat hitam dari kejauhan seolah olah menyentuh permukaan laut, terlebih jika angin kencang mulai mengarah ke arah anda dengan kecepatan yang tidak wajar, ingat kata Jenny Curran: run forrest, run!

Sebagai orang yang terbiasa menjalani kondisi kehidupan di laut, saya tidak kaget melihat fenomena ini. Di pantai yang terbuka, Anda harus berlari mencari perlindungan secepat yang Anda bisa. Kafe-kafe yang berjajar di sepanjang pantai Babah Kuala tampaknya menjadi satu-satunya pilihan perlindungan yang paling mungkin.

Saya bergegas masuk ke salah satunya, mengambil tempat duduk di sudut yang terlindung dari hujan yang mulai turun dengan derasnya. Tetesan air pertama terasa lembut, dan beberapa saat kemudian disusul hujan deras.

Di sela-sela menunggu badai berlalu, saya menunaikan sholat asar di mushola yang disediakan. Sekitar 30 menit kemudian, badai mulai mereda. Hujan yang deras berubah menjadi rintik-rintik lembut, dan langit yang tadinya gelap perlahan mulai memperlihatkan rona senja. Ada badai setelah mentari, eh kebalik.

Matahari yang mulai terbenam menampilkan warna-warna oranye, merah, dan kuning yang membakar langit. Salah satu hal yang menarik dari Babah Kuala adalah lokasinya yang menghadap langsung ke arah barat. Dalam perspektif geografis, pantai ini adalah salah satu tempat terbaik untuk menikmati sunset. Arah barat selalu diasosiasikan dengan tenggelamnya matahari.

IMG_3350.jpeg

Babah Kuala tidak hanya menggoda di siang hari. Kafe-kafe di sekitar pantai ini tetap buka hingga malam untuk menawarkan suasana santai bagi mereka yang ingin melanjutkan obrolan sembari menikmati semilir angin malam. Banyak pengunjung yang datang untuk menikmati keindahan senja, lalu melanjutkan malam dengan makan malam ringan atau sekadar berbincang dengan orang-orang terdekat. Saya menyaksikan beberapa pasangan yang duduk berdua, mereka terlihat rileks menikmati keheningan malam.

Hujan reda, badai berlalu.. Udara yang tadinya beraroma garam laut kini terasa lebih bersih segar setelah dicuci oleh hujan. Saya meninggalkan Babah Kuala malam itu dengan secangkir kopi kosong dan setumpuk kenangan yang ikut saya bawa. Malam di Babah Kuala memang tak seindah senjanya, tetapi peesonanya tidak kalah meski dalam kesunyian yang hanya dipecahkan oleh suara ombak.

Jadi, bagi Anda yang sedang merasa jenuh dengan kehidupan sehari-hari, mungkin bisa mempertimbangkan Babah Kuala sebagai destinasi melepas penat.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.

Thank you for publishing a post on the Hot News Community, make sure you :

  1. Join at least #club5050.
  2. Don't plagiarize.
  3. Use original photos or copyright-free images by linking the source.
Description
Action
Verified User✔️
Club Status#club5050
steemexclusive✔️
Plagiarism Free✔️
AI Article Free✔️
Bot-Free✔️
Beneficiary Rewards
@𝘯𝘶𝘭𝘭 25%
@𝘩𝘰𝘵.𝘯𝘦𝘸𝘴

Verified by : @fantvwiki



Lagak pantai Adoe