Hallo sahabat Hot News Community, harapan terbaik untuk kita semua.
Minggu ini media sosial terutama dikalangan guru, di hebohkan dengan peristiwa atau kabar resign (berhenti) guru berstatus ASN (Aparatur Sipil Negara). Berita yang sudah hampir beberapa hari ini selalu muncul di beranda media sosial saya dan mungkin juga teman-teman lainnya, istilah lama yang mungkin terdengar baru yaitu Lingkungan kerja toxic diduga menjadi penyebab utama tindakan seorang Guru ASN tersebut.
Sebenarnya saya tidak tahu pasti detail kenapa seorang guru ASN tersebut memutuskan untuk resign, namun kabar besarnya dia mengaku mengalami hal yang tidak mengenangkan atau bisa jadi perasaan tidak mengenakan di lingkungan kerjanya, yang dalam hal ini tentunya sekolah tempat dia mengajar dan bertugas. Sehingga timbullah kata-kata yang lagi viral tersebut, ya...Lingkungan kerja toxic.
Sebenarnya apa yang di maksud dengan Lingkungan kerja toxic. tersebut? sedikit menarik untuk saya cerita, ya tentunya Sepengetahuan yang saya miliki. Coba saya bahas sedikit tentang hal ini. Mungkin saya pernah juga mendengar cerita tentang ini, tapi itu seingat saya.
Jika diartikan sebenarnya, Lingkungan kerja toxic adalah lingkungan kerja beracun. Beracun di sini memiliki istilah negatif dari segi keadaan dan situasi bukan tentang racun yang sebenarnya, istilahnya sinonim lah... mungkin dapat diartikan demikian.
Namun jika merujuk dari istilah penggunaan kalimat ini, maka Lingkungan kerja toxic di artikan sebagai kondisi saat norma, nilai sosial dan praktek di tempat kita bekerja membawa pengaruh atau dampak buruk terhadap diri kita dan bersifat negatif. Ini dapat mengganggu motivasi dan semangat kerja kita tentunya, dan terkadang menjadi tekanan tersendiri. Alhamdulillah saya tidak pernah merasakan hal itu lagi, setelah 20 tahun yang lalu sempat juga mengalami hal tersebut.
Kabar cerita, menggosip untuk teman sekantor juga di sebut dengan toxic di lingkungan kerja, bentakan dengan suara bernada keras juga masuk dalam kategori tersebut. Dan tentu masih banyak hal lainnya, seperti ruang untuk berkembang tidak ada, persaingan yang kurang bahkan tidak sehat adalah contoh lainnya.
Namun, dulu itu merupakan hal yang biasa terjadi, budaya yang di lestarikan untuk membuktikan diri lebih baik dari orang lain, walau pada kenyataannya tidak. Artinya hal ini merupakan hal biasa yang buruk dan sudah semestinya tidak ada agar lingkungan kerja menjadi sehat dan tidak disebut toxic.
Sebenarnya sulit menciptakan suasana yang sesuai dengan rasa aman dan nyaman sesuai dengan ekspektasi kita, karena kita terlahir dengan sifat bawaan yang melekat dan secara terus menerus kita hadirkan. Ada kerakter teman kerja si paling sok tau, ada karakter teman kerja si paling menderita, ada teman kerja si paling emosi, ada teman kerja si paling suka menghilang, ada teman kerja si paling sok ganteng dan sok cantik, ada teman kerja si paling Hedon, ada teman kerja si paling kerja,kerja,kerja, ada teman kerja si paling sok perintah, ada teman kerja si paling melow, ada teman kerja si paling kasar, ada teman kerja si paling lelet, ada teman kerja si paling penjilat dan lain sebagainya, lelah juga saya memikirkan si paling ini semua.
Saya harus mengakui bahwa dampak buruk dari Lingkungan kerja toxic memang ada, dan ini akan merusak rencana, tata kerja, tujuan dan juga harapan dari tempat kita bekerja. Dan masalah buruk yang cukup besar mungkin terjadi adalah tentang kesehatan mental, bukan saja masalah untuk kita, namun juga untuk teman kerja, sejawat atau rekan kerja.
Tapi itulah nikmatnya berinteraksi dengan lingkungan kerja, kita dapat belajar karakter baik dan menjauhi karakter buruk, tapi saran saya jangan jauhi orangnya. Bukan malah berhenti dan menyerah dalam ekosistem yang harus kita hadapi dan kita jalani, ini bagian dari hidup dan pantang untuk menjauh dari masalah karena hidup berbicara tentang mengatasi masalah. Masalah menjaga diri, masalah memenuhi kebutuhan, masalah menjaga kesehatan, masalah menghindari hal buruk, masalah, masalah dan masalah.
Penting untuk tumbuh menjadi orang yang mampu bertahan dalam situasi terburuk dalam lingkungan kerja, kita punya cara untuk mengatasi hal ini, baik secara alami atau dengan cara memaksakan diri. Pada akhirnya Lingkungan kerja toxic adalah cerita lama, tinggal kita harus berusaha untuk jangan mencoba menjadi bagian dari racun tersebut, alangkah baiknya kita menjadi penawar untuk Toxic tersebut...Setujukah anda...
Terima kasih kepada sahabat semua yang telah membaca postingan sederhana ini, semoga bisa menjadi bacaan yang manarik.
Period | 14 september to 14 December 2024 |
---|---|
Transfer to Vesting | 1,913.19 Steem |
Cash Out | 0 Steem |
Result | Club100 |
CSI | 12.7 (0.00 % self, 85 upvotes, 58 accounts, last 7d) |
Mudah2an kita semua tidak ada yang mengalami lingkungan toksic tapi insya Allah kita semua bisa menciptakan lingkungan kerja yang asic..aamiin
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Aamiin, Aamiin, kita selalu asic apapun kondisinya. Terima kasih ibu elagusella telah hadir di postingan ini.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Dear such a amazing knowledge which you share with all of us. Your work show your Passion about this platform
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit