GAMBAR HANYA ILUSTRASI, SUMBER GAMBAR: GOOGLE GRATIS
Assalamualaikum warhmatullah wabarakatuh,,
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS : At Tahrim ayat 6).
Agama menegaskan kemerdekaan hakiki adalah kemerdekaan dan kebebasan dari api neraka, lalu sudahkan kita merdeka ? dengan segala keburukan yang kita lakukan, dengan segala aib yang kita miliki, dengan segala bentuk kezaliman yang kita tebar di muka bumi,,dengan segala pencurian dan perampokan yang kita praktekkan?, kita semua membantah pada orang lain bahwa kita adalah orang jahat, bahwa kita bukan orang mendalimi, bahwa kita tidak pernah merampok apapun, sekarang,,tanyakan pada diri sendiri, tanyakan pada hati nurani,,?
Kita yang punya kuasa (baik tingkat keluarga ataupun tingkat nasional – presiden) membuat kebijakan yang menentang dengan hukum Allah, padahal Allah menegaskan dalam al quran surah al maidah ayat 44 dan ayat 47 bahwa orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka orang tersebut adalah orang fasik, dalam ayat yang lain adalah orang kafir (kufur dengan nikmat Allah).
Lalu hari ini kita memperingati hari kemerdekaan dengan menghamburkan milyaran uang pajak rakyat, pada sisi yang lain masih ada rakyat yang kelaparan, masih ada anak yatim yang tidak makan, janda yang tidak punya tempat tinggal, lalu apa makna sebuah seremoni.
Hiasan ornamen menghiasi panggung pentas perayaan, tepuk tangan menggema, padahal di sana masih ada rakyat mencari keadilan dengan air mata, penjahat kadang kala diberi karpet merah, pejuang malah mendapat bangku paling belakang (itupun kalau ada).
Saya tertarik dengan tulisan mas Tere liye..
*Merdeka. Mbuh
Beberapa hari sebelum 17-an, kita dipertontonkan seorang ketua BPIP yang memahami jika 'bhinneka tunggal ika' itu harus sama, seragam. Paskibraka perempuan harus seragam semua, lepas jilbabnya.
Beberapa hari sebelum 17-an, kita juga dipertontonkan seorang presiden yang bicara tentang bau kolonial di gedung2 istana peninggalan Belanda. Whaaat?
Duh Gusti. Penjajahan itu ada berawal dari pola pikir. Saat pola pikir yang dipenuhi ambisi, kekuasaan, keserakahan dari penjajah Belanda, Portugis, Jepang, Inggris duluu. Kemudian pola pikir ini membentuk sikap. Aksi. Jadilah dia penjajahan. Gedung? Itu tuh bangunan fisik. Tidak punya hati, tidak bisa bicara.
Pantes saja, 79 tahun Indonesia merdeka, kita kacau sekali soal remisi koruptor. Karena pola pikir pejabat2 negeri ini terbalik. Salah kaprah.
Dengan mampetnya pemahaman, bagaimana mereka bisa memahami fakta memilukan: saat kita mengenang kepahlawanan Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Kapiten Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nya Dien, eeh, kita malah memberikan remisi alias diskon besar2an ke koruptor, yang jelas2 adalah pengkhianat bangsa. Maling duit rakyat. Dimana logikanya?
Hari ini, pemerintah memberikan remisi ke 2.618 pengkhianat bangsa. 'Londo2 ireng'. Yang saat kita berjuang membuat negeri ini maju, eh dia malah maling, tukang nyuap, ngembat duit rakyat.
Sungguh, my dear rakyat Indonesia,
Kita itu masih jauh sekali dari hakikat merdeka. Dari urusan ngasih remisi korupsi ini saja, yang terang-benderang, kita nggak paham loh. Apalagi saat mau bahas kemerdekaan dalam pendidikan. Kemerdekaan dalam politik. Kemerdekaan dalam seluruh aspek kehidupan.
Hari ini, apanya yang merdeka saat jutaan rakyat terbelit pinjol, tambahkan judol. Kebodohan dimana2 soal ini. Hari ini, apanya yang merdeka saat jutaan rakyat pusing mikirin KPR, pinjaman ke bank, pun cicilan panci, lemari, dll. Tiba2 di PHK. Sementara besok kontrakan harus dibayar, uang sekolah anak2 harus disetor. Pun jutaan lainnya menganggur. Lulusan2 cumlaude, susah payah nyari pekerjaan.
Hari ini, apanya yang merdeka saat puluhan juta rakyat menghirup polusi dimana2. Kualitas udara yang kotornya bukan main. Jangan tanya sungai2, jadi lautan sampah. Jakarta, Bandung, Surabaya, dll dsbgnya, apanya yang merdeka saat bayi, anak2, orang tua dipaksa menghirup udara beracun tiap hari. Sementara itu, nun di Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, hutan2 dibabat habis demi tambang, perkebunan.
Hari ini, sungguh apanya yang merdeka saat orang tua cemas memikirkan besok anaknya kuliah dimana, bayar UKT berapa. Saat anak2nya yang pintar tidak bisa menggapai akses FK di kampus2 top. Fakultas2 elit di kampus2 lainnya, karena 'ngeri' menatap surat pemberitahuan UKT dan uang pangkal. 'Swasta saja, Nak'.
Dan nasib. Duh. Sementara para pejabat2, sibuk dengan definisinya sendiri tentang kemerdekaan. Mereka memahaminya dengan seremonial, pesta, peresmian, proyek2 megah yang entahlah mendesak atau tidak, penting atau tidak. Mereka membual demi rakyat, demi pemerataan ekonomi Indonesia timur, bla bla, tapi luput, ratusan trilyun itu justeru dicemplungkan di satu titik saja. Dinikmati oleh segelintir orang. Lebih2 yg perjalanan dinasnya dibayari habis2an oleh negara.
Lihatlah, kawan,
Mending jadi koruptor di negeri ini. Setiap 17 Agustus, mereka dikasih remisi diskon 50%. Jangan lupakan, mereka juga sepanjang tahun dikasih makan gratis 3x sehari, layanan kesehatan, bisa main HP, beraktivitas santai, nikmat sekali. Sementara jutaan penduduk Indonesia, hari ini tetap harus narik ojol, masuk ngantor, kerja, mencari sesuap nasi demi keluarganya.
Hanya koruptor yang benar2 menikmati kemerdekaan hari ini. Tanyakanlah ke 2.618 orang ini. Beberapa hari ini malah bebas murni.
Tahniah rakyat Indonesia. Tidak usahh sedih. Yuk mari dijogetin saja.
*Tere Liye, penulis novel 'Teruslah Bodoh Jangan Pintar'
Tulisan ini bukan bersifat mesti benar, setidaknya ini adalah sebuah perbandingan dengan kondisi saat ini, tetapi yang mesti kita tekankan bahwa kita sebenarnya belum merdeka, marilah kita berjuang untuk meraih kemerdekaan hakiki, yaitu merdeka dari Api Neraka dan marah Allah..
Salam perjuangan, salam sajahtera, semoga semua ahli syurga nya Allah
Thank you for publishing a post on the Hot News Community, make sure you :
Verified by : @fantvwiki
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit