Halo teman-teman ini adalah keluargaku, keluarga tempat aku bercerita, tempat aku pulang tempat aku berbagi keluh kesah, dan sejauh apapun aku berkelana tetap merekalah tempat aku kembali. Di sini pertama kalinya aku menceritakan tentang keluargaku yang mungkin bisa menjadi pertimbangan dan pembelajaran bagi kita yang mana mampu melihat dari sudut pandang orang tua dan sudut pandang seorang anak.
Kami bukanlah keluarga yang saling terbuka seperti kebanyakan orang. Kami terkenal dengan keluarga yang penuh dengan gengsi bahkan gengsi kami setinggi gunung Everest hahaha... Saling memuji ataupun menunjukkan cinta secara langsung itu bukan style keluarga kami namun kami lebih dominan kepada tindakan daripada menunjukkan kasih sayang secara langsung. Mungkin itulah sebabnya sekarang aku jarang terbuka kepada orang lain ataupun memiliki sifat gengsi dan introvert yang diturunkan oleh orang tuaku.
Tapi itu dulu, Karena sekarang kami telah membangun keluarga yang saling terbuka saling berbagi cerita, saling berbagi keluh kesah di ruang tv bersama dan saling memberikan pendapat satu sama lain. Aku memiliki 6 saudara yaitu tiga laki-laki dan 3 perempuan dan aku adalah anak ketiga, diantara kami bertujuh akulah yang paling banyak memendam masalah sendiri dan memiliki gengsi yang paling tinggi dan tidak pernah terbuka kepada orang tuaku, dan satu lagi aku jarang menangis bahkan bisa dihitung dalam setahun berapa kali aku menangis.
Hal ini terjadi karena masa lalu yang membuat aku tidak berani untuk cerita kepada orang tuaku, di mana masa-masa kami mengalami krisis ekonomi dulu. Waktu itu aku selalu berusaha menutupi bagaimana caranya agar aku tidak banyak pengeluaran sekolah karena aku tidak ingin melihat kedua orang tuaku pusing harus mencari uang ke mana, alhasil aku harus bisa putar otak bagaimana caranya aku tidak menyusahkan mereka namun sekolahku tetap lanjut.
Terkadang aku iri melihat adik-adikku yang berani minta ini itu kepada orang tuaku namun kenapa aku tidak berani? Padahalkan aku berhak juga? Bisa dibilang aku juga sering mengalah namun itu tidak dianggap oleh mereka karena Dimata mereka aku selalu tampak baik-baik saja dan terlihat aku mampu melakukannya sendiri. Hingga di mana waktu aku pertama kali pergi kuliah di Aceh di situ aku beranikan diri untuk menceritakan masa sekolah aku dari aku SD sampai SMA yang nggak pernah aku ceritakan sama sekali oleh orang tuaku. Aku ceritakan bagaimana dulu di SD aku pernah tidak memiliki teman karena menjadi kesayangan guru dan selalu masuk rangking paralel, aku rela tidak beli buku cetak saat SMA demi tidak banyak pengeluaran, aku yang selalu meminjam baju olahraga orang lain karena waktu itu belum beli baju olahraga dan aku berbohong kepada guru tidak ada ukuran baju batik padahal satu orang tuaku belum ada uang membelikan aku baju batik. Aku jualan tulisan kaligrafi agar bisa membantu uang bulanan sekolah, saat sekolahku termasuk sekolah elit walaupun negeri namun biaya nya mahal karena ada focus learning, sekolah Tahfiz, dan sekolah umum jadi pulangnya bisa sampai magrib.
Mendengar ceritaku dihari itu, aku bisa melihat bahwa ibuku hampir menangis dia nggak menyangka bahwa anak yang setenang ini, anak yang selalu melakukan apa-apa sendiri ternyata sedang menyimpan beban di balik tubuh kecilnya. Di situ ibuku merasa bersalah kenapa baru cerita sekarang kenapa kami baru tahu hari ini. Mereka kira aku selama ini baik-baik saja karena aku tidak pernah cerita apapun dengan mereka di situ orang tuaku menangis, ya walaupun aku sendiri hampir menangis namun aku termasuk anak yang sulit untuk mengekspresikan diriku apalagi untuk menangis itu sangat jarang untuk aku. Dan semenjak hari itu sebelum keberangkatan aku ke Aceh orang tuaku bilang untuk selalu terbuka sama mereka kalau ada masalah cerita ke mereka apalagi sekarang aku jauh, jangan ditutup-tutupin karena mereka paham bagaimana sakitnya aku mendem semua itu dari kecil dan aku baru cerita setelah aku umur 18 tahun.
Namun saat ini kami perlahan mulai merubah sifat gengsi tersebut menjadi sifat yang saling terbuka untuk saling mengungkapkan apa yang kami rasakan, orang tuaku memang tidak pernah memaksa kami untuk selalu juara 1 dan aku bangga karena memiliki orang tua yang tidak pernah mengekang kami, aku juga bangga karena orang tuaku mau membebaskan kami berkelana kemanapun asalkan kami tetap ingat bahwa rumah tetaplah tempat kami kembali. Di saat anak-anak lain dituntut harus bisa naik kelas, harus bisa juara 1 harus bisa ini itu namun kami diberikan kesempatan memilih diberi kepercayaan penuh tidak dikekang dibiarkan untuk mencoba hal-hal baru, mungkin itulah makanya saat ini aku terbiasa apa-apa sendiri dan aku bisa memilih apa yang terbaik untuk aku sendiri tanpa disetir orang tua.
Kalau dulu kami yang dirayakan mereka saat ulang tahun, mulai sekarang kami yang akan merayakan untuk orang tua kami setiap mereka ulang tahun kami selalu mengusahakan bagaimana kami bisa berkumpul di rumah tersebut dan merayakan hari ulang tahun mereka. Mungkin bagi sebagian orang itu hal sepele namun tidak bagi keluargaku, kami selalu mengabadikan momen-momen yang mungkin nggak bakal kami dapatkan di hari selanjutnya. Mungkin bagi mereka 7 Anak itu terlalu banyak namun orang lain nggak bakal tahu bahwa 7 anak yang sudah mulai beranjak dewasa ini sudah mulai meninggalkan rumahnya satu persatu. Bagaimana sepinya rumah saat semua orang pergi sekolah, bagaimana serunya saat bercerita dan berkumpul di ruang tv, bagaimana rasanya shalat berjamaah bersama di ruang keluarga kemudian membaca Alqur'an dibimbing oleh Abi, orang lain nggak bakal tahu bahwa keluarga kita seseru itu.
Abi,Mama... Anak kecil yang dulu pemalu ini sekarang udah berani ngomong di depan banyak orang, anak perempuan yang hampir gagal kuliah waktu itu sekarang lagi susah-susahnya nyusun skripsi hahaha.. anak kecil yang dulu selalu ngikutin Mama sama Abi kemanaa mana sekarang udah berani pergi sendiri bareng teman-temannya. Anak kecil yang dulu sering sakit-sakitan sekarang di kos enggak pernah sakit. Makasih karena udah mau jadi orang yang paling berperan penting dalam hidupku. Maaf kalau dulu aku sering ngelawan, sering kesal sering merasa nggak adil dan sering merasa bahwa kalian pilih kasih terhadap aku kepada adik-adik dan abang.
Makasih ya udah mau dengerin kegiatan kuliah aku walaupun kita teleponannya sebulan cuman 4 kali hehehe... Makasih udah doain aku dan selalu siap penuhi apa yang lagi aku butuhkan disini. Asal Abi sama Mama tauu,, aku sebangga itu punya orang tua kayak kalian walaupun Mama cuman tamat SD aku nggak pernah kok mikir mama itu rendah, bahkan Mama lebih keren dari orang lain. Kalau nggak ada doa mama mungkin aku sekarang nggak ada di tahap ini mungkin sekarang aku nggak dapat temen-temen yang baik dan kuliah aku ga selancar ini. Dan untuk Abi walaupun Abi pemarah, sering ceramahi aku ini itu tapi Abi tetap ayah yang terbaik di dunia, dari aku kecil abi selalu nurutin apa yang aku mau sampai terkadang kalau Abi nggak nurutin aku ngerasa Abi nggak sayang lagi sama aku hehehe.. walaupun sekarang aku kelihatan cuek sama Abi tapi sebenarnya aku tuh sayang kali sama Abi cuman malu kan aku udah besar.
Kalau Allah ngasih kesempatan sekali lagi untuk hidup aku tetap mau kita jadi keluarga lagi, kita buat keluarga yang lebih baik lagi ya, kita bangun keluarga harmonis itu, semenjak aku ngekos di sini aku jadi dapat jati diri aku dan aku bisa merenungi kesalahan aku sama orang tua dan aku jadi lebih dewasa di sini. Emang sih kita nggak tahu umur kita sampai kapan tapi boleh nggak ya Allah aku berharap semoga orang tuaku hidup lebih lama lagi minimal aku bisa ngasih apa yang mereka mau dulu aku bisa bales semua yang udah mereka korbankan untuk aku.
Pesan untuk teman-teman kalau saat ini kalian masih gengsi cerita ke orang tua masih canggung sama orang tua ayo deh pikirin lagi! Kita nggak tahu sampai kapan kita dikasih waktu, kadang momen-momen bersama keluarga saat ini masih biasa aja namun ketika nanti kita sudah jauh dari mereka atau mereka sudah meninggalkan kita, kita baru merasa kalau ternyata keluarga itu penting. Sebanyak apapun teman kita, orang-orang di sekitar kita, tetap keluarga yang mampu menerima baik buruknya kita. Dan ingat sejauh apapun kalian berkelana sejauh apapun kalian menjelajah dunia tetap ingat rumah kalian itu keluarga.
Salam manis @trielsi
TEAM 7
Congratulation!!!
Your post has been supported. We support quality posts, good comments anywhere and any tags.
Curated By : @wirngo
TERM
AVENGERS ALLIES
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih telah mendukung postingan saya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
wahh wahh wahh 😄 Happy banget bacaanyaa mbakkk beluntung sekali saya bisa jadi teman baiknyaaa mbakkk💗
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Waduhhhh maluuu,, untung cuma dirimu yang tau wkwkwk
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
wkwkwkwkwk😂😆💅🍓💐
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit